Stigma terhadap ODHA menjadi salah satu hambatan paling besar dalam pencegahan, perawatan, pengobatan, dan dukungan HIV/AIDS. Pengetahuan tentang HIV/AIDS mempengaruhi terjadinya stigma terhadap ODHA. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui hubungan pengetahuan tentang HIV/AIDS dengan stigma terhadap ODHA di kalangan remaja usia 15-19 tahun di Indonesia. Penelitian ini menggunakan data Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) Tahun 2012 dengan disain cross-sectional. Sampel penelitian sebanyak 8.316 orang. Hasil studi menunjukkan 71,63% remaja mempunyai stigma terhadap ODHA, 49,10% remaja mempunyai pengetahuan yang kurang tentang HIV. Pengetahuan yang kurang tentang HIV/AIDS berhubungan dengan stigma terhadap ODHA (PR= 1,210 95% CI: 1,149-1,273) setelah dikontrol oleh keterpaparan media massa. Perlu dilakukan peningkatan pengetahuan tentang HIV/AIDS pada remaja guna mengurangi stigma terhadap ODHA.
Hipertensi sampai saat ini masih menjadi masalah kesehatan di dunia termasuk Indonesia. Prevalensi hipertensi di Indonesia, cukup tinggi yaitu sebesar 25,8% (Riskesdas, 2013). Sebagian besar penderita hipertensi termasuk dalam kelompok hipertensi derajat 1 dan separuhnya tidak menyadari sebagai penderita. Hipertensi bukan penyakit kausal tunggal, ada berbagai faktor yang berkontribusi terhadap munculnya hipertensi, salah satunya yang sering ditemukan adalah obesitas. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui besarnya hubungan antara obesitas dengan kejadian hipertensi derajat 1 di Posbindu PTM Kantor Kesehatan Pelabuhan Bandung. Desain penelitian adalah cross sectional , menggunakan data sekunder kegiatan Posbindu PTM KKP Bandung tahun 2016. Subjek penelitian adalah pegawai instansi Pemerintah dan BUMN di lingkungan Bandara Husein Sastranegara Bandung dan Pelabuhan Cirebon yang melakukan pemeriksaan kesehatan di Posbindu PTM KKP Bandung pada tahun 2016 yaitu sebanyak 206 orang. Hasil penelitian menunjukan bahwa proporsi hipertensi derajat 1 di Posbindu PTM KKP Bandung tahun 2016 yaitu sebesar 41,7% dan obesitas sebesar 54,9%. Berdasarkan analisis cox regresi, responden yang obesitas (IMT ≥25) memiliki risiko sebesar 1,681 kali untuk menderita hipertensi derajat 1 dibandingkan yang tidak obesitas setelah dikontrol variabel umur, riwayat hipertensi keluarga dan aktivitas fisik. Pengoptimalan Posbindu PTM, meningkatkan peran serta masyarakat dan mengaplikasikan perilaku GERMAS diharapkan dapat mengendalikan obesitas dan hipertensi. Kata kunci: Hipertensi derajat 1, Obesitas, Posbindu PTM
Mild cognitive impairment (MCI) is predicted to be a common cognitive impairment in primary health care. Early detection and appropriate management of MCI can slow the rate of deterioration in cognitive deficits. The current methods for early detection of MCI have not been satisfactory for some doctors in primary health care. Therefore, an easy, fast, accurate and reliable method for screening of MCI in primary health care is needed. This study intends to develop a decision tree clinical algorithm based on a combination of simple neurological physical examination and brief cognitive assessment for distinguishing elderly with MCI from normal elderly in pri-mary health care. This is a diagnostic study, comparative analysis in elderly with normal cognition and those presenting with MCI. We enrolled 212 elderly people aged 60.04-79.92 years old. Multivariate statistical analysis showed that the existence of subjective memory complaints, history of lack of physical exercise, abnormal verbal semantic fluency, and poor one-leg balance were found to be predictors of MCI diagnosis (p ≤ 0.001; p = 0.036; p ≤ 0.001; p = 0.013). The decision trees clinical algorithm, which is a combination of these variables, has a fairly good accuracy in distinguishing elderly with MCI from normal elderly (accuracy = 89.62%; sensitivity = 71.05%; specificity = 100%; positive predictive value = 100%; negative predictive value = 86.08%; negative likelihood ratio = 0.29; and time effectiveness ratio = 3.03). These results suggest that the decision tree clinical algorithm can be used for screening of MCI in the elderly in primary health care.
ObjectivesFind the discriminant and calibration of APACHE II (Acute Physiology And Chronic Health Evaluation) score to predict mortality for different type of intensive care unit (ICU) patients.MethodsThis is a cohort retrospective study using secondary data of ICU patients admitted to Siloam Hospital of Lippo Village from 2014 to 2018 with minimum age ≥17 years. The analysis uses the receiver operating characteristic curve, student t-test and logistic regression to find significant variables needed to predict mortality.ResultsA total of 2181 ICU patients: men (55.52%) and women (44.48%) with an average age of 53.8 years old and length of stay 3.92 days were included in this study. Patients were admitted from medical emergency (30.5%), neurosurgical (52.1%) and surgical (17.4%) departments, with 10% of mortality proportion. Patients admitted from the medical emergency had the highest average APACHE score, 23.14±8.5, compared with patients admitted from neurosurgery 15.3±6.6 and surgical 15.8±6.8. The mortality rate of patients from medical emergency (24.5%) was higher than patients from neurosurgery (3.5%) or surgical (5.3%) departments. Area under curve of APACHE II score showed 0.8536 (95% CI 0.827 to 0.879). The goodness of fit Hosmer-Lemeshow show p=0.000 with all ICU patients’ mortality; p=0.641 with medical emergency, p=0.0001 with neurosurgical and p=0.000 with surgical patients.ConclusionAPACHE II has a good discriminant for predicting mortality among ICU patients in Siloam Hospital but poor calibration score. However, it demonstrates poor calibration in neurosurgical and surgical patients while demonstrating adequate calibration in medical emergency patients.
Kejadian luar biasa Hepatitis A di Pondok Pesantren X pada bulan Januari 2018 merupakan KLB Hepatitis A pertama di Kabupaten Cirebon. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi faktor risiko kejadian suspek Hepatitis A di Pondok Pesantren X Kabupaten Cirebon. Penelitian ini menggunakan desain kasus kontrol dengan jumlah kasus 30 orang dan kontrol 53 orang. Populasi penelitian adalah seluruh santri Pondok Pesantren X Kabupaten Cirebon. Kasus adalah suspek hepatitis A yaitu santri Pondok Pesantren X yang mengalami gejala jaundice dan air kencing berwarna seperti teh pada periode Desember 2017-Januari 2018. Kontrol adalah santri Pondok Pesantren X yang tidak mengalami gejala jaundice dan air kencing berwarna seperti teh pada periode Desember 2017-Januari 2018. Data perilaku higiene perorangan diperoleh melalui wawancara. Data dianalisis menggunakan analisis univariat, bivariat dan multivariat. Hasil uji regresi logistik menunjukkan umur (OR=4,1032, CI 95%=1,2929-13,0223, p=0,017) dan kebiasaan mencuci alat makan tanpa sabun (OR=16,8741, CI 95%=4,0917-69,5882, p<0,001) berhubungan dengan kejadian suspek Hepatitis A. Dapat disimpulkan bahwa faktor risiko kejadian suspek Hepatitis A di Pesantren X Kabupaten Cirebon adalah umur dan kebiasaan mencuci alat makan tanpa sabun. Upaya pencegahan kejadian Hepatitis A dapat dilakukan melalui edukasi tentang Hepatitis A dan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat serta meningkatkan intensitas inspeksi kesehatan lingkungan pesantren.
scite is a Brooklyn-based organization that helps researchers better discover and understand research articles through Smart Citations–citations that display the context of the citation and describe whether the article provides supporting or contrasting evidence. scite is used by students and researchers from around the world and is funded in part by the National Science Foundation and the National Institute on Drug Abuse of the National Institutes of Health.
customersupport@researchsolutions.com
10624 S. Eastern Ave., Ste. A-614
Henderson, NV 89052, USA
This site is protected by reCAPTCHA and the Google Privacy Policy and Terms of Service apply.
Copyright © 2024 scite LLC. All rights reserved.
Made with 💙 for researchers
Part of the Research Solutions Family.