Cave Exploiting tradition have been started since a period Plestocen For till A period of Holocen. In Indonesia, cave sites present cultural footstep in the form of rock art, appliance petrify, kitchen garbage, construct human being, pottery and ceramic. The Cave sites of quite a lot found in North Moluccas and Moluccas presentedly is very finding vary. Data presented by each site give indication of early about function of cave. That way things of distribution map around. This article try to give picture of early function of cave pursuant to its finding and regional map distribution and also early asessment whereas cultural current, both for coming from Asia (west) and also from Australian or Pacifik (East).
In numbers of colonial archaeological research conducted by Balai Arkeologi AbstrakRangkaian hasil penelitian yang dilakukan oleh Balai Arkeologi Ambon khususnya bidang arkeologi kolonial menempatkan benteng sebagai salah satu tinggalan arkeologi yang dominan di wilayah Maluku. Hasil inventarisasi menunjukkan bahwa bangunan benteng tersebar di hampir setiap pulau di Maluku. Berbagai hasil penelitian yang bersifat eksploratif tersebut dirasakan tidak mampu menjelaskan konteks sejarah sebaran benteng yang ada di wilayah ini. Hal ini disebabkan karena setiap penelitian yang dilakukan hanya mengidentifikasi bangunan benteng dalam suatu daerah sehingga sebaran benteng tidak dipandang sebagai satu kesatuan konteks ruang wilayah tertentu. Melalui perspektif arkeologi-sejarah, tulisan ini berupaya memperoleh gambaran tentang konteks sejarah sebaran benteng khususnya dalam kaitannya dengan masa monopoli cengkih di Maluku. Dengan demikian, diperoleh kesimpulan bahwa keberhasilan sistem monopoli cengkih masa kolonial di Maluku tidak lepas dari sistem perbentengan yang telah dibangun oleh Belanda (VOC) sejak awal penguasaan mereka di wilayah ini.
The Ajatappareng region is known as the most important rice producer in South Sulawesi. Historical sources and archaeological evidence show that agricultural tradition in this region has been going on for at least the 14th century. In that time span, the Ajatappareng community carried out an agricultural system as a system of knowledge passed down from generation to generation. This study aims to obtain a record of knowledge related to the traditional farming system of the Ajatappareng community. It used etnographic method with data collection techniques through in-depth interviews and literature studies. The data obtained illustrates the belief system in the traditional farming system of the Ajatappareng community that has various stages and processes. This belief system is illustrated throught a series of rituals that become an integral part of Ajatappareng community’s agricultural system. In the process, this agricultural system has undergone various changes along with the development of knowledge. The recording of knowledge about agricultural traditions, belief system and the changes that surround them are important given the global trend that promotes sustainable food agriculture management. Wilayah Ajatappareng dikenal sebagai penghasil beras paling utama di Sulawesi Selatan. Sumber-sumber sejarah dan bukti-bukti arkeologi yang ada menunjukkan bahwa tradisi pertanian di wilayah ini telah berlangsung setidaknya sejak abad ke-14. Sejak itu pula, masyarakat Ajatappareng menjalankan sistem pertanian sebagai pengetahuan yang diwariskan secara turun temurun. Penelitian ini bertujuan untuk menjelaskan pengetahuan terkait sistem kepercayaan dalam pertanian tradisional masyarakat Ajatappareng. Penelitian menggunakan metode etnografi dengan teknik pengumpulan data melalui wawancara mendalam dan diikuti studi literatur. Sistem pertanian tradisional masyarakat Ajatappareng memiliki berbagai tahapan dan proses, pengetahuan masyarakat tidak hanya masalah teknis, tetapi juga menyangkut sistem kepercayaan yang diwujudkan melalui rangkaian ritual. Sistem pertanian ini telah mengalami berbagai perubahan seiring dengan perkembangan pengetahuan masyarakat. Rekaman pengetahuan tentang tradisi pertanian, sistem kepercayaan, serta perubahan-perubahan yang melingkupinya, menjadi penting mengingat tren global yang mengedepankan pengelolaan kawasan pertanian pangan berkelanjutan.
Maluku provincial government has the local characteristic as represented in the "pemerintahan negeri" as a unified system of customary communities in AbstrakProvinsi Maluku memiliki karakteristik pemerintahan yaitu sistem Pemerintahan Negeri sebagai kesatuan masyarakat hukum adat dalam wilayah pemerintahan Provinsi Maluku. Hal ini memberi pemahaman bahwa sistem pemerintahan negeri memiliki implikasi pada aspek hukum adat yang terkait dengan pemahaman sejarah budaya suatu negeri. Oleh karena itu, dalam konteks pelestarian sumber daya budaya, pemerintahan negeri merupakan memori kolektif masyarakat Maluku yang harus dilestarikan. Dalam kaitan pelestarian sumberdaya budaya tersebut, penelitian yang dilakukan di Negeri Sirisori Islam ini diharapkan dapat merangkum totalitas sejarah budaya negeri Sirisori Islam. Selanjutnya, hasil penelitian ini merupakan kajian konseptual pendirian museum negeri di Sirisori Islam. Berdasarkan kajian konseptual tersebut, alternatif bentuk pengelolaan museum dapat mengadaptasi bentuk eco-museum sebagai upaya untuk melestarikan sumberdaya budaya yang ada di Negeri Sirisori Islam. Tema-tema yang dapat ditampilkan dalam penyajian museum diataranya;
This study was conducted at three sites; Bukit Amaiha, Bukit Wawani, and Bukit Kapahaha. These sites had correlation in settlement, traditional defense and megalithic sites. The result shows that the dolmen is a product of megalithic culture found on traditional defense sites on the island of Ambon. The influence on megalithic culture on traditional defense sites caused by the strong megaliths concept in the early colonial period in Maluku. Megalithic concept in Bukit largest Amaiha related to people effort to maintain the social status of their leader. On the other hand, it also related to their effort to gain cosmological legitimacy between leaders and community at Bukit Wawani.Penelitian ini dilakukan di tiga situs yaitu; situs Bukit Amaiha, situs Bukit Wawani, dan situs Bukit Kapahaha. Ketiga situs inididuga memiliki korelasi antara situs pemukiman, situs pertahanan tradisional dan situs megalitik. Hasil penelitian menunjukkan bahwa batu meja adalah produk budaya megalitik yang banyak ditemui di situs-situs pertahanan tradisional di wilayah Pulau Ambon dan sekitarnya. Pengaruh megalitik pada situs-situs pertahanan tradisional yang ada di wilayah ini adalahkarena masih kuatnya konsep megalitik pada masa kolonial awal di Maluku. Konsep megalitik di Situs Bukit Amaiha berkaitan dengan upaya untuk mempertahankan status sosial seorang pemimpin. Sementara itu, di situs Bukit Wawani berkaitan dengan upaya untuk memperoleh legitimasi kosmos antara pemimpin dan komunitasnya.
scite is a Brooklyn-based organization that helps researchers better discover and understand research articles through Smart Citations–citations that display the context of the citation and describe whether the article provides supporting or contrasting evidence. scite is used by students and researchers from around the world and is funded in part by the National Science Foundation and the National Institute on Drug Abuse of the National Institutes of Health.
customersupport@researchsolutions.com
10624 S. Eastern Ave., Ste. A-614
Henderson, NV 89052, USA
This site is protected by reCAPTCHA and the Google Privacy Policy and Terms of Service apply.
Copyright © 2025 scite LLC. All rights reserved.
Made with 💙 for researchers
Part of the Research Solutions Family.