Desa Iloheluma merupakan salah satu desa yang menjadi prioritas penanganan stunting tahun 2019. Intervensi stunting dapat dilakukan melalui pemanfaatan pangan lokal sumber protein dan zink seperti kerang dan kelor. Tujuan kegiatan ini adalah meningkatkan pengetahuan masyarakat tentang potensi pangan lokal, dan menghasilkan produk pangan lokal yang dapat dimanfaatkan dalam pencegahan dan penanggulangan stunting di desa Iloheluma. Target yang diharapkan dari kegiatan ini adalah meningkatnya pengetahuan masyarakat tentang sadar stunting, meningkatkan partisipasi masyarakat dalam pemberdayaan potensi lokal untuk perbaikan gizi, dan dihasilkannya produk pangan yang bervariasi berbasis kerang dan kelor yang dapat dimanfaatkan sebagai makanan tambahan balita. Metode pelaksanan kegiatan adalah pelatihan dan pendampingan. Hasil yang dicapai dalam kegiatan ini, yaitu mahasiswa peserta KKN PPM dan masyarakat telah memiliki pengetahuan tentang stunting, faktor penyebab, memahami sumber sumber makanan lokal yang berkaitan dengan pencegahan stunting, mampu menghasilkan produk yang berupa kerupuk kerang darah, bakso kerang darah, nugget kerang darah, dan bubur daun kelor, dan terbentuk kelompok ibu –ibu PKK yang secara mandiri mempraktekkan pembuatan bubur kelor yang diimplementasi dalam kegiatan Posyandu. Kegiatan KKN PPM ini mendapat dukungan yang sangat besar dari pemerintah Desa dan Kecamatan yang diwujudkan dengan program penanaman 1000 pohon kelor di desa desa Kecamatan Patilanggio. Kata kunci: Kelor., Kerang., Pemberdayaan, Stunting. Abstract Iloheluma village is one of the priority villages for stunting eradication program in 2019. Stunting intervention can be implemented through the utilization of local food sources as the sources of protein and zinc, including clams and moringa. This study was aimed at increasing people’s knowledge of local food products potential and producing local food products that could be utilized to prevent and curb stunting in Iloheluma village. The main activity was to increase community awareness on stunting, to increase community participation in local potential empowerment to improve nutritional status, and to produce local food products variety based on clams and moringa that could be used as additional meals for under five-year-old children. These objectives were met through training and intensive community assistance. This activity revealed that the students as participants of community outreach (KKN PPM) and the local community have understood the notion of stunting and the causes as well as the source of local food products related to stunting prevention. Further, they can produce blood cockle chips, and blood cockle -based meatballs, blood cockle nugget, and moringa leave porridge, and have established women’s group, which independently practiced the making of moringa porridge in Posyandu activity. The KKN PPM activity has gained support from village and sub-district level governments, in which they have planted 1000 moringa trees in villages around the Patilanggio sub-district. Keywords: Moringa, Clams, Empowerment, Stunting.
Tumbuhan suku Piperaceae merupakan kelompok tumbuhan berbunga yang mempunyai ciri khas aromatik dan hidup di daerah hutan hujan tropika. Berdasarkan survei awal di kawasan air terjun Lombongo Provinsi Gorontalo, wilayah Taman Nasional Bogani Nani Wartabone, didapati berbagai spesies dari suku Piperaceae. Namun belum teridentifikasi jenis Piper apa saja serta bagaimana nilai indeks keanekaragaman di kawasan air terjun tersebut. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana keanekaragaman jenis tumbuhan suku Piperaceae yang ada di kawasan air terjun Lombongo Provinsi Gorontalo. Teknik pengumpulan data menggunakan metode eksploratif atau jelajah dengan menggunakan teknik sampling Probability Sample. Hasil penelitian menemukan 9 jenis tumbuhan suku Piperaceae dengan dua cara hidup yang berbeda yakni, terstrial dan epifit. Nilai indeks keanekaragaman tumbuhan suku Piperaceae yang terdapat di kawasan air terjun Lombongo adalah 2.17 dengan kriteria sedang yang menunjukan keadaan ekosistem yang cukup stabil.
Solang M, Lamondo D, Kumaji SS. 2017. Zinc, calcium, protein, lead, mercury, and the sensorics quality of cireng snacks supplemented with blood cockle (Anadara granosa). Nusantara Bioscience 9: 385-391. Blood cockle (Anadara granosa) is a potential nutritious food with high economic value. This study aims at evaluating the level of zinc, calcium, protein, mercury, lead, and the sensorics quality of cireng (traditional Indonesian snack made from fried-tapioca flour dipped into sauces) supplemented with blood cockle. This study used complete randomised design, where the treatment factors consisted of flour made from blood cockles to supplement the flour used in making the cireng snacks. The concentration of the treatment factors were 0%, 5%, 10%, 15%, and 20%. The data were analyzed using the One Way ANOVA test and LSD test. This study shows that blood cockles’ supplementation significantly increases the level of protein (p=0.05), zinc (p=0.031), calcium (p= 0.016), lead (0.000), mercury (p= 0.022) of the cireng snacks. Supplementation of blood cockles has increased the preference toward cireng’s flavor, aroma, and color by 10%, whereas the level of preference toward the texture of cireng which used the blood cockle has increased by 20% compared to cireng product with non-supplemented flour. The level of lead (Pb), and Mercury (Hg) are below the Indonesian National Standard (SNI). Supplementation of blood cockles from Gorontalo in the flour used in making the cireng snacks produced snacks with a better nutrition value and safe to consume. Also, the flavor, color, texture, and aroma are acceptable.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui mikroalga epilitik sebagai bioindikator perairan sungai Bulango. Penelitian ini adalah penelitian deskriptif menggunakan metode survey. Sampel yang ditemukan diidentifikasi dengan menggunakan kunci identifikasi dan data dianalisis menggunakan analisis deskriptif. Berdasarkan hasil penelitian diperoleh bahwa pada perairan sungai Bulango ditemukan 5 mikroalga epilitik, yaitu Oscillatoria sp, Melosira sp, Oedogonium sp, Navicula sp, dan Gonium sp.
<p style="text-align: justify;">Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh lama penyimpanan telur ayam ras pada suhu refrigerator terhadap jumlah bakteri. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode rancangan acak lengkap dengan 5 (lima) perlakuan dan 5 (lima) ulangan. Perlakuan yang dimaksud adalah perlakuan tanpa penyimpanan pada suhu refrigerator, perlakuan dengan penyimpanan selama 7 hari, 14 hari, 21 hari dan 28 hari pada suhu refrigerator. Hasil penelitian juga menunjukkan bahwa terdapat perbedaan yang nyata jumlah bakteri pada telur ayam ras selama masa penyimpanan pada suhu refrigrator. Dari hasil perhitungan diperoleh nilai Fhitung sebesar 65,53. Harga ini lebih besar bila dibandingkan dengan Ftabel pada taraf signifikan = 0,05 dengan derajat bebas pembilang (1) = 4 dan derajat luas penyebut (2) = 20 atau Fo = 0,05 (4,20) = 2,87. Dengan demikian hipotesis tentang terdapat pengaruh lama penyimpanan telur ayam ras pada suhu refrigerator terhadap jumlah bakteri diterima.</p>
scite is a Brooklyn-based organization that helps researchers better discover and understand research articles through Smart Citations–citations that display the context of the citation and describe whether the article provides supporting or contrasting evidence. scite is used by students and researchers from around the world and is funded in part by the National Science Foundation and the National Institute on Drug Abuse of the National Institutes of Health.
customersupport@researchsolutions.com
10624 S. Eastern Ave., Ste. A-614
Henderson, NV 89052, USA
This site is protected by reCAPTCHA and the Google Privacy Policy and Terms of Service apply.
Copyright © 2024 scite LLC. All rights reserved.
Made with 💙 for researchers
Part of the Research Solutions Family.