Dermatofitosis adalah penyakit akibat kolonisasi jamur dermatofit dengan agen penyebab terbanyak yaitu jamur Trichophyton rubrum. Daun kesum (Polygonum minus Huds.) mengandung senyawa-senyawa metabolit sekunder yang dapat digunakan sebagai antijamur. Tujuan penelitian ini adalah menentukan efek ekstrak etanol daun kesum sebagai antifungi terhadap Trichophyton rubrum, menentukan konsentrasi ekstrak etanol daun kesum yang efektif sebagai antifungi dan menentukan diameter zona hambatan ekstrak etanol daun kesum terhadap Trichophyton rubrum. Metodologi penelitian ini merupakan eksperimental murni. Analisis fitokimia pada daun kesum menggunakan uji KLT. Aktivitas antifungi diuji dengan metode difusi cakram. Itrakonazol digunakan sebagai kontrol positif dan DMSO 10% digunakan sebagai kontrol negatif. Hasil penelitian pada skrining fitokimia didapatkan flavonoid, saponin, alkaloid, terpenoid, dan fenol. Ekstrak etanol daun kesum memiliki aktivitas antifungi pada konsentrasi 5%; 10%; 20%; 40%; 80%. Respon hambatan yang terbentuk yaitu pada konsentrasi 5% dengan kategori hambatan sedang (9 mm); konsentrasi 10% dengan kategori sedang (9,75 mm); konsentrasi 20% dengan kategori kuat (14 mm); konsentrasi 40% dengan kategori kuat (15 mm); dan konsentrasi 80% dengan kategori sangat kuat (21 mm). Simpulan dari penelitian ini yaitu ekstrak etanol daun kesum memiliki aktivitas antifungi terhadap Trichophyton rubrum dan konsentrasi yang efektif yaitu 20%.
AbstrakDermatofitosis adalah penyakit akibat kolonisasi jamur dermatofit dengan agen penyebab terbanyak yaitu jamur Trichophyton rubrum. Daun kesum (Polygonum minus Huds.) mengandung senyawa-senyawa metabolit sekunder yang dapat digunakan sebagai antijamur. Tujuan penelitian ini adalah menentukan efek ekstrak etanol daun kesum sebagai antifungi terhadap Trichophyton rubrum, menentukan konsentrasi ekstrak etanol daun kesum yang efektif sebagai antifungi dan menentukan diameter zona hambatan ekstrak etanol daun kesum terhadap Trichophyton rubrum. Metodologi penelitian ini merupakan eksperimental murni. Analisis fitokimia pada daun kesum menggunakan uji KLT. Aktivitas antifungi diuji dengan metode difusi cakram. Itrakonazol digunakan sebagai kontrol positif dan DMSO 10% digunakan sebagai kontrol negatif. Hasil penelitian pada skrining fitokimia didapatkan flavonoid, saponin, alkaloid, terpenoid, dan fenol. Ekstrak etanol daun kesum memiliki aktivitas antifungi pada konsentrasi 5%; 10%; 20%; 40%;80%. Respon hambatan yang terbentuk yaitu pada konsentrasi 5% dengan kategori hambatan sedang (9 mm); konsentrasi 10% dengan kategori sedang (9,75 mm); konsentrasi 20% dengan kategori kuat (14 mm); konsentrasi 40% dengan kategori kuat (15 mm); dan konsentrasi 80% dengan kategori sangat kuat (21 mm). Simpulan dari penelitian ini yaitu ekstrak etanol daun kesum memiliki aktivitas antifungi terhadap Trichophyton rubrum dan konsentrasi yang efektif yaitu 20%. Kata kunci: antifungi, ekstrak etanol daun kesum, Trichophyton rubrum Abstract Dermatophytosis is a disease caused by colonization of dermatophyte fungi with the most common causative agents is Trichophyton rubrum. The leaves of kesum (Polygonum minus Huds.) containing secondary metabolite compounds that can be used as antifungal. The objective of this study was to determine the antifungal actvity of ethanol extract of kesum leaves on Trichophyton rubrum, to determine the concentration of ethanol extract of kesum leaves as an antifungal and to determine the inhibition zone diameters of ethanol extract of kesum leaves against Trichophyton rubrum. Method of this study was an experimental study. Phytochemical analysis of kesum leaves usethe TLC test. Antifungal activity was determined using disc diffusion methods. Itraconazple was used as the positive control and 10% DMSO was used as the negative control. Result of phytochemical screening showed that kesum leaves contain flavonoids, saponins, alkaloids, terpenoids, and phenols. Ethanol extract of kesum leaves had antifungal activity at a concentration of 5%; 10%; 20%; 40%; 80%. The inhibitory zone that formed was at a concentration of 5% with the medium category (9 mm); 10% concentration with the medium category (9.75 mm); 20% concentration with a strong category (14 mm); 40% concentration with a strong category (15 mm); 80% concentration with a very strong category (21 mm). The conclusion is ethanol extract of kesum leaves had antifungal activity against Trichophyton rubrum and an effective concentration was at 20%.
Dermatofitosis merupakan penyakit kulit yang diakibatkan oleh kolonisasi jamur dermatofita yang menyerang jaringan keratin epidermis bagian superfisial seperti kulit, kuku, dan rambut. Salah satu spesies terbanyak penyebab dermatofitosis yaitu Trichophyton mentagrophytes. Tanaman Kesum (Polygonum minus Huds.) memiliki kandungan senyawa metabolit sekunder yang berpotensi sebagai anti jamur. Tujuan: Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui aktivitas anti jamur ekstrak etanol daun Kesum terhadap jamur Trichophyton mentagrophytes, dan mengetahui diameter zona hambat oleh ekstrak etanol daun Kesum terhadap Trichopyton mentagrophytes. Metode: Aktivitas anti jamur diuji dengan metode difusi cakram. Analisis metabolit sekunder ekstrak etanol daun Kesum menggunakan metode kromatografi lapis tipis. Kontrol positif yang digunakan adalah Itrakonazol 8µg, dan kontrol negatif adalah DMSO 10%. Hasil: Ekstrak etanol daun Kesum memiliki aktivitas anti jamur pada konsentrasi 40% dan 80% dengan rata-rata diameter zona hambat 10,125 mm dengan kategori sedang dan 20,625 mm dengan kategori sangat kuat. Hasil skrining fitokimia didapatkan terpenoid, flavonoid, alkaloid, saponin dan fenol. Simpulan: Ekstrak etanol daun Kesum berpotensi sebagai obat anti dermatofita terhadap Trichophyton mentagrophytes.
Metamizole merupakan obat yang memiliki efek analgesik, antipiretik, dan spasmolitik. Metamizole diketahui memiliki toksisitas yang dipengaruhi oleh penyakit penyerta, dosis dan interaksi obat. Hal ini yang menjadi salah satu latar belakang bagi peneliti untuk membahas lebih lanjut terkait pengaruh penyakit penyerta terhadap toksisitas metamizole. Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji pengaruh penyakit penyerta terhadap toksisitas obat metamizole. Desain penelitian yang digunakan adalah literature review dan data yang digunakan berasal dari Google Schoolar, PubMed, dan Science Direct. Hasil dari review sepuluh jurnal menunjukkan bahwa adanya pengaruh penyakit penyerta seperti kardiovaskular, autoimun, infeksi virus, acute liver injury, kanker dan asma terhadap toksisitas obat metamizole. Pengaruh ini sering kali diperberat oleh interaksi obat seperti obat aspirin, antibiotik, antikonvulsan, dan cDMARD (methotrexate). Kesimpulan review ini adalah adanya pengaruh penyakit penyerta terhadap toksisitas obat metamizole. Penyakit penyerta tersebut antara lain adalah kardiovaskular yang dapat menyebabkan MACCE (P<0,001), autoimun yang dapat meningkatkan resiko agranulositosis dengan OR 2,28 (CI 95%: 1,294,04), infeksi virus, acute liver injury, kanker dan asma.
Serbat drink is a traditional drink typical of the Malay of West Kalimantan made from plant spices usually served in the Saprahan tradition. Serbat drinks are widely circulated among the public because, empirically, they are useful for health problems, one of which is to treat diarrhea. Objectives: To analyzed the content of secondary metabolites, antioxidant activity, and antibacterial activity of serbat drink on the growth of Escherichia coli bacteria which were known from the presence or absence and measurement of the length of the inhibition zone (the clear area around the disc) with the positive control, namely ciprofloxacin, and negative control, namely distilled water. Methods: The plant spices used in this research include cardamom, cloves, star anise, cinnamon, pandan leaves, sappan wood, anise, and ginger. Serbat drink was made in 3 variations, namely composition A, composition B, and composition C. The three composition variations were carried out for two soaking times, namely 15 minutes and 540 minutes. This study used the thin-layer chromatography (TLC) method for phytochemical screening, the DPPH (2,2-diphenyl-1-pikrilhidrazil) method for examination of antioxidant activity, and Escherichia coli bacteria cultured in 3 agar and tested using the disc diffusion method (Kirby-Bauer) to determine its antibacterial activity. Results: The secondary metabolites contained in each serbat water sample, antioxidant activity from strongest to weakest among the serbat samples, and the absence of visible inhibition zones. Conclusion: Serbat drink does not have antibacterial activity against Escherichia coli.Keywords: secondary metabolites, serbat drink, variations in composition, variations in the soaking time
scite is a Brooklyn-based organization that helps researchers better discover and understand research articles through Smart Citations–citations that display the context of the citation and describe whether the article provides supporting or contrasting evidence. scite is used by students and researchers from around the world and is funded in part by the National Science Foundation and the National Institute on Drug Abuse of the National Institutes of Health.
customersupport@researchsolutions.com
10624 S. Eastern Ave., Ste. A-614
Henderson, NV 89052, USA
This site is protected by reCAPTCHA and the Google Privacy Policy and Terms of Service apply.
Copyright © 2024 scite LLC. All rights reserved.
Made with 💙 for researchers
Part of the Research Solutions Family.