Background: Occipital neuralgia defined as a pain such as being stabbed in the skin according to the dermatomes of the greater occipital nerves (GON) and lesser occipital nerves (LON). Case: An 80-year-old male patient diagnosed with occipital neuralgia. Previously, patients were diagnosed with lung cancer six months ago and planned for follow-up chemotherapy. Patient already receive medications including paracetamol, Non-steroidal anti-inflammatory drugs (NSAIDs), minor tranquilizers, and antidepressants, but the pain still exist. Patient then scheduled to receive blocks of GON and LON-ultrasound-guided using plain lidocaine 2% and steroids dexamethasone 10 mg. Fifteen days later, patient receive perineural deep injection along with prolo-hydrodissection in GON and LON using dextrose 15% and local anesthesia lidocaine plain 2% with a volume of 3 cc each nerve. The intervention give a positive outcomes, pain is reduced with NRS rest 0-1, NRS motion 2-3, hearing improves, and the noise in the ear disappears. The patient can sleep using a pillow. Conclusion: Block GON and LON, perineural deep injection along with prolo-hydrodissection provides a positive outcome for occipital neuralgia pain management. This case showed an opportunity for pain specialist to develop pain intervention based on prolotherapy.
Pain is one of the most common complain encountered in outpatient clinic. Inadequate pain management has been widely reported. As an anesthesiologist and pain physician, we perform a social service of pain management for patients unresponsive to conservative treatment. The social service was held from April - June 2022. We enrolled thirty-two patients from other physician reference and Primary Health Care in several districts around Malang city to come to Brawijaya University Hospital with the age range of 30-80 years old. The pain interventions given to the participants mainly include prolotherapy, pulsed radiofrequency (PRF), and others. The pain measurement of the patients were assessed with Numerical Rating Scale (NRS), pre and post-intervention. The social service is performed on 32 patients (male 34,37%, female 65.62%), majority aged 60 years od and older (34.37%) with low back pain become the major complaint (43.75%). The majority of patients receive prolotherapy (68%). The mean NRS decrease from 6.19 ± 0.18 (before treatment) to 2.69 ± 0.10 (after treatment). After this social service, most patients (96.875%) have obtained better pain control after given pain interventions.
Latar belakang: Fentanyl merupakan opioid sintetik yang poten, dengan berbagai kelebihannya sehingga fentanyl dijadikan pilihan utama agen premedikasi dan induksi anestesi umum. Kejadian batuk setelah pemberian bolus fentanyl intravena/ fentanyl induce cough (FIC) merupakan sesuatu yang tidak diharapkan pada kasus pembedahan tertentu sehingga pencegahan FIC haruslah dilakukan. Beberapa penelitian telah dilakukan namun kurang efisien, oleh karenanya pada penelitian ini dilakukan pemberian pre-emptive fentanyl dosis 25 μg untuk menurunkan FIC.Tujuan: Mengetahui efek pemberian pre-emptive fentanyl 25 μg intravena terhadap insiden batuk setelah bolus fentanyl 2 μg/kgBB intravena.Metode: Empat puluh pasien yang menjalani operasi dengan anestesi umum dipilih secara acak untuk diikutkan dalam penelitian. Dibagi menjadi dua kelompok, kelompok pertama (20 pasien) mendapat injeksi intravena normal salin 0,5 ml dan diikuti fentanyl 2 μg/kgBB dalam 2 detik, dan kelompok sisanya mendapatkan injeksi intravena fentanyl 25 μg sebelum fentanyl induksi. Digunakan tes Mann-Whitney dan uji korelasi Spearman untuk membandingkan dan menilai hubungan variabel.Hasil: Pemberian pre-emptive fentanyl menunjukkan nilai signifikansi 0.183 pada timbulnya batuk dibandingkan kelompok yang mendapat normal saline namun berkorelasi negatif. Hubungan insiden batuk diantara kedua kelompok bernilai tidak signifikan (p=0,08). Dari derajat batuknya, berbeda signifikan (p=0,043), dengan nilai koefisien korelasi negatif (-0,326) dan nilai yang signifikan (p=0,04).Simpulan: Pemberian pre-emptive fentanyl 25 μg dapat menurunkan insiden FIC namun secara statistik tidak bermakna.Perlu penelitian selanjutnya untuk mengetahui rentang dosis pre-emptive fentanyl yang tepat serta teknik lainnya sebagai alternative untuk menurunkan insiden FIC
Latar belakang: Tuberkulosis pyopneumothorax adalah kejadian yang mengarah pada komplikasi parah dan serangkaian tantangan pengobatan terutama dalam manajemen anestesi. Penggunaan teknik epidural thorakal telah mengalami peningkatan seiring dengan perkembangan operasi abdomen, thorakal dan kardiovaskuler. Tujuan dari penggunaan anestesi epidural thorakal tidak semata untuk menghalangi rangsangan nyeri melalui serabut saraf afferent luka operasi tetapi juga simpatektomi yang selektif pada daerah thorakal. Kombinasi dengan teknik anestesi umum akan mengurangi kedalaman anestesi, kondisi hemodinamik yang lebih stabil dan pemulihan lebih cepat. Kasus: Seorang laki-laki usia 52 tahun, dengan diagnosis pyopneumothorax spontan dan tuberculosis paru, menjalani operasi thorakotomi dekortikasi dengan anestesi umum dikombinasi epidural thorakal. Anestesi epidural dilakukan dengan cara pendekatan median setinggi vertebra T7-T8 dengan target blok T2-T6, dan insersi dengan cara loss of resistancepada kedalaman 3,5 cm dan kateter sedalam 6 cm. Setelah dilakukan test dose negatif, dilanjutkan dengan intubasi endotrakeal menggunakan double lumen tube. Ropivacaine 0,375 % 6 ml+ fentanil 50 µg diberikan ke dalam kateter epidural. Selama operasi ditemukan kondisi yang stabil dengan tingkat sedasi cukup dalam. Kesimpulan: Teknik anestesi epidural thorakal memiliki efek yang menguntungkan seperti analgesia, kejadian perubahan hemodinamik yang minimal dan risiko komplikasi pascaoperasi yang lebih rendah. Hal tersebut bermanfaat dalam tindakan bedah thoraks dan tatalaksana nyeri pascaoperasi.
scite is a Brooklyn-based organization that helps researchers better discover and understand research articles through Smart Citations–citations that display the context of the citation and describe whether the article provides supporting or contrasting evidence. scite is used by students and researchers from around the world and is funded in part by the National Science Foundation and the National Institute on Drug Abuse of the National Institutes of Health.
customersupport@researchsolutions.com
10624 S. Eastern Ave., Ste. A-614
Henderson, NV 89052, USA
This site is protected by reCAPTCHA and the Google Privacy Policy and Terms of Service apply.
Copyright © 2025 scite LLC. All rights reserved.
Made with 💙 for researchers
Part of the Research Solutions Family.