The pastor, as the leader of the people, has an important role in the church. One of his important roles is to participate in breaking the chain of the spread of Covid-19, ending the pandemic period until it becomes a Covid-19 endemic. This is undertaken as a reflection of the value of love: to love God and human beings. The purpose of this study is to describe the reality of the pastor's participation in breaking the chain of the spread of Covid-19, as a call to love God and others as oneself. This action explains the motivation and mutual understanding in the form of love. The method used is qualitative research with a descriptive-interpretation approach to the text of Matthew 22:37-40. The results of this study, namely the actions taken by the pastor toward the GKE Kapakat Tumbang Samba congregation, it appears that the pastor's motivation is to support the government's health program with the aim of protecting his congregation by supporting the provision of vaccines to his people as an action to stop the spread of Covid-19 and stay healthy. This motivational goal can be realized if there is a mutual agreement between the pastor and the congregation. Through this motivation and agreement, the pastor's participation has a vital role in breaking the chain of the spread of Covid-19 based on Matthew 22:37-40 as a real and active activity that begins with loving oneself in loving God and others to achieve the goal of using vaccines. AbstrakPendeta, sebagai pemimpin umat, memiliki peran penting dalam gereja. Salah satu peran pentingnya adalah ikut berpartisipasi dalam memutus mata rantai penyebaran Covid-19, mengakhiri masa pandemi hingga menjadi endemi Covid-19 Hal tersebut dilakukan sebagai refleksi atas nilai kasih; mengasihi Allah dan sesama manusia. Tujuan penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan realitas partisipasi pendeta dalam memutus mata rantai penyebaran Covid-19, sebagai panggilan mengasihi Allah dan sesama seperti diri sendiri. Aksi ini menjelaskan motivasi dan saling pengertian dalam wujud cinta. Metode yang digunakan yaitu penelitian kualitiatif dengan pendekatan deskriptif-interpretasi teks Matius 22:37-40. Hasil penelitian ini yaitu tindakan yang telah dilakukan oleh pendeta terhadap jemaat GKE Kapakat Tumbang Samba tampak bahwa motivasi pendeta tersebut mendukung program kesehatan pemerintah dengan tujuan dapat melindungi jemaatnya dengan mendukung pemberian vaksin kepada umatnya sebagai tindakan pemutusan persebaran Covid-19 dan tetap sehat. Tujuan motivasi tersebut dapat terealisasi, jika ada kesepakatan bersama antara pendeta dan jemaat. Melalui motivasi dan kesepakatan tersebut, maka partisipasi pendeta memiliki peran vital dalam memutus mata rantai persebaran Covid-19 berdasarkan Matius 22:37-40 sebagai perbuatan nyata dan aktif yang dimulai dengan mencintai diri sendiri dalam mengasihi Tuhan dan sesama demi mencapai tujuan dari penggunaan vaksin.
The encounter between Christianity and Dayak culture since its inception has created a controversy. The main problem is the difficult to separate between religion and culture. The customs indeed have a close relationship with the religious structure of the Dayak people. Their live and mind follow the customs, traditions, and the provisions that have been inherited from their ancestors. Apparently, the Gereja Kalimantan Evangelis (GKE)/The Kalimantan Evangelical Church face this problem in dealing with the practice of marriage in the Ngaju Dayak culture. Some groups regard the cultural practice as a sin against the teachings of Christianity, while others consider that it is acceptable in the Christian faith. This article finds that contextual theology allows GKE accommodate Dayak customary practice in the context of the theology of Christianity. Wedding custom of Dayak people of Ngaju has rooted from their tradition but the meaning behind the process refers to the Christian values. [Pertemuan antara Kristen dan Dayak budaya sejak awal telah menciptakan kontroversi. Masalah utama adalah sulitnya memisahkan antara agama dan budaya. Kebiasaan memang memiliki hubungan dekat dengan struktur keagamaan masyarakat Dayak. Mereka hidup dan pikiran mengikuti adat istiadat, tradisi, dan ketentuan yang telah diwarisi dari nenek moyang mereka. Rupanya, Gereja Kalimantan Evangelis (GKE) menghadapi masalah ini dalam menangani praktik pernikahan dalam budaya Dayak Ngaju. Beberapa kelompok menganggap praktik budaya sebagai dosa terhadap ajaran Kristen, sementara yang lain menganggap bahwa hal itu dapat diterima dalam iman Kristen. Artikel ini menemukan bahwa teologi kontekstual memungkinkan GKE mengakomodasi praktik adat Dayak dalam konteks teologi Kristen. Kebiasaan pernikahan orang Dayak Ngaju telah berakar dari tradisi mereka tetapi makna di balik proses mengacu pada nilai-nilai Kristen
The practice of interfaith marriage has occurred in the Dayak Ngaju community for various reasons and considerations. Similar reasons include love, pregnancy before marriage, and thinking that he is the only match. Interfaith marriage is not easy to unite thoughts and wills together in an ideal marriage. This is because interfaith marriage couples need very high understanding, patience and loyalty in carrying out their married life as an effort to build high tolerance for differences that occur between them through mutual agreement and commitment. Unavoidable phenomenon. This can be seen in couples who marry different religions with a background of emotional experiences together. Through this agreement, a join commitment is neeeded to carry it out responsibly as joint commitment is needed to carry it out responsibly as a form of loving God and others (Matthew 22:37-40). Abstrak: Praktik perkawinan beda agama telah terjadi pada masyarakat Dayak Ngaju dengan bermacam pertimbangan dan alasan. Alasan yang hampir sama antara lain terjadi atas dasar cinta, hamil sebelum menikah, dan adanya pemikiran bahwa hanya dia pasangan yang cocok. Perkawinan beda agama tidaklah mudah menyatukan pikiran dan kehendak bersama dalam sebuah perkawinan yang ideal. Hal ini dikarenakan pasangan perkawinan beda agama membutuhkan pengertian, kesabaran dan kesetiaan yang sangat tinggi dalam menjalankan kehidupan perkawinan mereka sebagai upaya membangun toleransi yang tinggi terhadap perbedaan-perbedaan yang terjadi di antara mereka melalui kesepakatan dan komitmen bersama. Fenomena yang tak bisa dihindari. Hal ini nampak pada pasangan yang menikah beda agama dengan dilatarbelakangi oleh pengalaman emosional bersama. Melalui kesepakatan ini, maka diperlukan komitmen bersama untuk melaksanakannya dengan penuh tanggung jawab sebagai salah satu bentuk mengasihi Tuhan dan sesama (Matius 22:37-40).
Moderasi beragama merupakan tema utama yang diangkat oleh Kementerian Agama sebagai upaya Kementerian Agama menetralisir berbagai geliat Gerakan ekstrimisme, intoleransi dan radikalisme. Kebaruan kegiatan pengabdian ini karena memberikan moderasi beragama dalam pendidikan inklusif gereja. Untuk itu para praktisi di Kementerian Agama mendapat mandat untuk menggemakan Moderasi Beragama ini dalam berbagai kegiatan pelatihan, penelitian dan Pendidikan. IAKN Palangka Raya sebagai salah satu institusi dalam Kementerian Agama juga bergerak dari prinsip ini termasuk dalam kegiatan Pengabdian Masyarakat. Pada tahun ini kegiatan dilakukan di Kawasan Kementerian Agama kabupaten Barito Timur. Pendekatan yang dilakukan menggunakan metode ABCD merupakan sebuah cara dalam menetralkan pendekatan problem-based atau pendekatan penelitian yang berbasis pada masalah dalam perkembangan komunitas dengan memaksimalkan potensi yang ada dalam masyarakat dengan anggapan bahwa pada wilayah ini telah ada potensi besar untuk dikembangkan sehingga TIM Pascasarjana IAKN selaku pemegang mandat PKM dari LP2M IAKN Palangka Raya berperan sebagai pendampingan bagi guru-guru agama Kristen, para rohaniawan Kristen, jemaat lokal dan para pelajar Kristen untuk menegakkan semangat moderasi beragama di lingkungan Kementerian Agama kabupaten Barito Timur. Kegiatan pengabdian kepada masyarakat ini dilakukan selama lima bulan dengan tiga kali kunjungan termasuk kunjungan survey, FGD dan kegiatan pengabdian kepada masyarakat itu sendiri. Kegiatan ini dihadiri oleh lebih dari 100 peserta dari kalangan guru-guru PAK, rohaniawan Kristen, para orang tua dan para remaja Kristen. Kegiatan ini menghasilkan MOU dengan GKE Resort Tamiang Layang, Sertifikat PKM, Laporan PKM dan Artikel PKM. Kegiatan ini dilaksanakan selama tiga hari berturut-turut dan mendapat sambutan baik dari masyarakat dan kedepannya, akan dilaksanakan berbagai program aktual pengembangan moderasi di lingkungan IAKN Palangka Raya dan Bimas Kristen Kementerian Agama kabupatn Barito Timur.Kata Kunci: Moderasi Beragama; Barito Timur; Tamiang Layang; Pendidikan Inklusif, ABCD.AbstractReligious moderation is the central theme raised by the Ministry of Religious Affairs as an effort by the Ministry of Religious Affairs to neutralize various movements of extremism, intolerance, and radicalism. The novelty of this holy activity is that it provides religious moderation in the inclusive education of the church. For this reason, practitioners in the Ministry of Religious Affairs are mandated to echo this Religious moderation in various training, research, and education activities. IAKN Palangka Raya, as one of the institutions in the Ministry of Religion, also moves from this principle, including in Community Service activities. This year the activity was carried out in the Ministry of Religious Affairs Area of East Barito district. The approach taken using the ABCD method is a way to neutralize a problem-based approach or a problem-based research approach in community development by maximizing the potential that exists in the community with the assumption that in this area, there is great potential to be developed so that the IAKN Postgraduate TEAM as the holder of the PKM mandate from LP2M IAKN Palangka Raya acts as a mentoring for Christian teachers, Christian clergy, local congregations, and Christian students to uphold the spirit of religious moderation within the Ministry of Religious Affairs of East Barito district. This community service activity was carried out for five months with three visits, including survey visits, FGDs, and community service activities themselves. The event was attended by more than 100 participants from PAK teachers, Christian clergy, parents, and Christian youth. This activity resulted in an MOU with GKE Resort Tamiang Layang, PKM Certificate, PKM Report, and PKM Article. This activity was carried out for three consecutive days and received a good response from the community, and in the future, various actual programs for the development of moderation will be carried out within IAKN Palangka Raya and Bimas Kristen Ministry of Religion Kabupaten Barito Timur.Keywords: Religious Moderation; Barito East; Tamiang Layang; Inclusive Education, ABCD.
scite is a Brooklyn-based organization that helps researchers better discover and understand research articles through Smart Citations–citations that display the context of the citation and describe whether the article provides supporting or contrasting evidence. scite is used by students and researchers from around the world and is funded in part by the National Science Foundation and the National Institute on Drug Abuse of the National Institutes of Health.
customersupport@researchsolutions.com
10624 S. Eastern Ave., Ste. A-614
Henderson, NV 89052, USA
This site is protected by reCAPTCHA and the Google Privacy Policy and Terms of Service apply.
Copyright © 2025 scite LLC. All rights reserved.
Made with 💙 for researchers
Part of the Research Solutions Family.