Stunting is a condition of chronic growth failure experienced by toddlers that can cause children to experience difficulties in achieving optimal growth and development according to their age. Stunting can be minimized if the factors that affect stunting in the region can be controlled properly. Many factors are thought to influence the incidence of stunting, one of which is food security. If food insecurity occurs in a household, this can increase the proportion of stunting events that are increasing which can directly increase the national stunting incidence rate and will continue to be a major health problem in Indonesia. Indonesia. The purpose of this study was to analyze the relationship between household food security and household social factors with the incidence of stunting. The research was conducted in Palembang City, precisely at the 11 Ilir Health Center in Palembang. The research method used is a cross-sectional design. The determination of the research sample was carried out by purposive sampling based on the inclusion and exclusion criteria of the sample that had been determined in this study. The research sample was toddlers aged 0 – 59 months totaling 40 people. Analysis of the data used is chi-square with = 0.05. In this study, it was found that there was a significant relationship between household food security (p = 0.031), and household size (p = 0.000) with the incidence of stunting, while for the variable mother's age (p = 0.393) and mother's education level (p = 0.283) is known to have no significant relationship with the incidence of stunting. Household food security is directly related to the incidence of stunting, families in households who are not food insecure tend to have children under five who are classified as stunting, this is due to the lack of nutritional intake received both in terms of quantity and quality and does not meet the nutritional adequacy standard for stunting toddlers. It is hoped that to reduce the incidence of stunting, the government needs to add a local food-based work program in reducing the incidence of stunting.
Latar belakang: Anemia merupakan kekurangan sel darah merah (eritrosit), umumnya sebagai akibat dari kekurangan zat besi dari konsumsi makanan atau kehilangan darah yang berlebihan. Defisiensi lainnya yang juga dapat menyebabkan anemia, termasuk defisiensi vitamin B12 atau asam folat (anemia megaloblastik), vitamin E atau perdarahan/ hemorangi (anemia hemolitik). Kurma mengandung zat besi dan vitamin C yang tinggi dan dapat digunakan untuk pengobatan anemia. Vitamin C berperan dalam meningkatkan penyerapan zat besi. Selain kurma, air kelapa muda (Cocos Nucifera L) juga mengandung zat gizi yang dapat membantu pembentukan darah yaitu asam folat sebagai bahan pokok pembentuk inti sel hemoglobin. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui pengaruh pemberian jus Kurlapa yang berbahan dasar dari kurma dan air kelapa muda dalam meningkatkan hemoglobin penderita anemia pada remaja putri. Metode: Desain penelitian ini adalah quasi eksperimen dengan rancangan penelitian pre-test and post-test without control group. Penelitian ini dilakukan pada bulan Januari-April 2019. Hasil penelitian diketahui rata-rata peningkatkan hemoglobin adalah 0,8600 g/dl. Hasil uji statistik (uji t-dependen) didapatkan nilai p value = 0.000 (p < 0,05). Kesimpulan: Jus Kurlapa berpengaruh dalam meningkatkan hemoglobin penderita anemia pada remaja putri di MA AL-Mu’aawanah Ogan Ilir.
Diabetes Mellitus merupakan penyakit metabolik yang ditandai dengan hiperglikemia sebagai akibat dari defek sekresi insulin, kerja insulin atau keduanya. Diabetes Mellitus disebabkan karena tidak seimbangnya asupan makanan sehingga meningkatkan kadar glukosa darah. Makanan camilan dengan indeks glikemik rendah dan tinggi serat dibutuhkan untuk penderita DM. Tujuan penelitian ini yaitu untuk mengetahui pengaruh pemberian puding d’bingu terhadap penurunan kadar glukosa darah pada penderita DM di Puskesmas Sosial Palembang. Jenis penelitian ini adalah penelitian kuantitatif dengan desain quasi eksperiment. Analisa data ini menggunakan paired t-test dan t-independen.Hasil penelitian menyatakan sebagian besar kelompok perlakuan rata-rata asupannya kurang yaitu asupan energi 50%, karbohidrat 50% dan serat cukup 66.7%. Sedangkan pada kelompok kontrol asupan energi 53.3%, karbohidrat 60%, dan serat 46,7%. Rata-rata kadar glukosa darah sebelum pada kelompok perlakuan 275.17 mg/dl dan kelompok kontrol 263.77 mg/dl sedangkan rata-rata kadar glukosa darah setelah pada kelompok perlakuan 221.87 mg/dl dan kelompok kontrol 250.03 mg/dl. Perbedaan kadar glukosa darah sebelum dan setelah kelompok perlakuan yaitu p-value 0.000 dan kelompok kontrol yaitu p-value 0.011. Ada pengaruh pemberian puding d’bingu terhadap penurunan kadar glukosa darah dengan p-value 0.000. Kesimpulan yang didapat adalah puding D’bingu dapat menurunkan kadar glukosa darah pada penderita DM Tipe 2 di Puskesmas Sosial Palembang.
Latar belakang: Penyakit gagal-ginjal-kronis ialah kondisi renal yang tidak lagi bisa mengeluarkan limbah metabolisme tubuh yang berakibat pada gangguan fungsi endokrin dan metabolisme. Dua faktor dapat mengembangkan anemia pada pasien gagal ginjal kronis. Pertama, dibandingkan dengan pasien tanpa gagal ginjal kronis, mereka dengan gagal ginjal kronis menghasilkan lebih sedikit erythropoietin (EPO), dan kedua, hepcidin meningkat pada pasien dengan gagal ginjal kronis.Tujuan:Mengetahui pengaruh pemberian cookies berbahan dasar tepung labu kuning dan ikan gabus terhadap hemoglobin pasien gagal ginjal hemodialisis anemia di RSUP Dr. M. Hoesin Palembang.Metode: Penelitian ini dilakukan dalam 2 tahap, tahap pertama menggunakan Rancangan Acak Lengkap Non Faktorial untuk menentukan formulasi produk yang digunakan sebagai intervensi, dan tahap kedua menggunakan desain penelitian quasi eksperimen dengan one group pre -test dan post-test desain penelitian. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh pasien gagal ginjal yang menjalani hemodialisis. Sampel penelitian dipilih dengan menggunakan metode Purposive Sampling dengan jumlah 40 responden. Analisis data menggunakan uji Friedman dan uji T-Dependent.Hasil: Uji organoleptik menunjukkan bahwa formula terpilih adalah formulasi F2. Sedangkan hasil intervensi menunjukkan adanya perbedaan kadar hemoglobin sebelum dan sesudah intervensi, rata-rata peningkatan kadar hemoglobin responden adalah 0,78 g/dl dengan p <0,001.Simpulan: Dapat disimpulkan bahwa cookies dengan penambahan labu kuning dan ikan gabus berpengaruh terhadap peningkatan kadar hemoglobin pada penderita gagal ginjal yang menjalani hemodialisa dan dapat dijadikan sebagai produk alternatif pencegahan anemia pada penderita gagal ginjal.
Evaporation of water in food during frying causes fat break down into hydroperoxides. The peroxide indicates the initial stage of oxidation. This study aims to determine the exact temperature and time of frying and the effect of frying frequency on the peroxide. The research was carried out in 2 stages, namely preliminary research aimed at getting the right temperature and cooking time, the main research aimed at getting the peroxide value of cooking oil. This study used experimental research, a completely randomized design with five treatments, two replications and deep frying. Research object: "X" brand cooking oil. Determination of peroxide using the titration method. The effect of frying frequency on peroxide was analyzed by ANOVA (α = 5%). The treatment that had a significant effect was continued with LSD. The results showed that frying tempeh (7-9 minutes, temperature 120-130°C), tofu (6-9 minutes, temperature 120-130°C), fish (9-10 minutes, temperature 140-170°C). The peroxide for frying tempeh is the 1st frequency (0.375±0.0021), 20th (0.950±0.198), frying tofu is the 1st frequency (0.385±0.777), 20th (0.710 ±0.042), frying fish is 1st the frequency (0.325±0.163) and 20th (1,470 ±0.007). Conclusion, the frequency of frying has a significant effect on the peroxide with p-values of tempe (0.016), tofu (0.088), fish (0.093). It is hoped the next research can measure the acid number and smoke deposit at each frequency of frying.
scite is a Brooklyn-based organization that helps researchers better discover and understand research articles through Smart Citations–citations that display the context of the citation and describe whether the article provides supporting or contrasting evidence. scite is used by students and researchers from around the world and is funded in part by the National Science Foundation and the National Institute on Drug Abuse of the National Institutes of Health.
customersupport@researchsolutions.com
10624 S. Eastern Ave., Ste. A-614
Henderson, NV 89052, USA
This site is protected by reCAPTCHA and the Google Privacy Policy and Terms of Service apply.
Copyright © 2024 scite LLC. All rights reserved.
Made with 💙 for researchers
Part of the Research Solutions Family.