Javanese lurik is weaved fabric with striped motives, and it has very simple appearance. In the past, lurik only used two colors, namely: black and white. But, as it develops, some of lurik fabrics use more than two colors, and one of the colors usually still consists of black or white color. After lurik becomes one of the prosper trading commodities, the artisans attempt to make lurik more appealing and varying in term of appearance so that it will be favored by consumers. The objective of this research is to investigate how the artisans can develop lurik patterns to stay appealing. This paper used the qualitative research with the case study strategy and phenomenological approaches. The study aims at understanding the methods employed by artisans in Cawas Klaten in developing lurik patterns. The result of the study show that (1) lurik pattern has been developed by using various alternatives of line composition and color coherence; (2) the idea of development comes from traditional lurik patterns which already existed long time ago; and (3) line and color composition used a minimum of three colors so that it looks like a rainbow, and this kind of lurik pattern becomes the characteristic of modern weaved fabric from Cawas.
Javanese is one of Indonesia's ethnic living in the region of Central Java, Yogyakarta and East Java. Having three typical types of traditional are clothing, namely batik, lurik (striated weaving), and jumputan (tye dye). In Klaten district, Central Java found striated weaving centers, one in the Cawas district. The main problem faced by the artisans of striated weaving in this place is likely difficult in marketing products, because they have to compete the other types of textile markets. As a result, the craftsman run out of capital, and led to ups and downs state. Therefore, they work together in a association called the Society of Craftsmen Cawas Lurik Center. This study aims to determine how the artisans of striated weaving Cawas seek to be able to continue their efforts. This research paper uses a form of qualitative research using case study strategy with phenomenological approach. The results showed (1) the artisans joined the association as a forum for cooperation between them; (2) creates synergy among craftsmen to improve the ability and knowledge, and (3) develop synergies with the outside association to strengthen the group in order to have a bargaining position in the middle of the competition.
Latar belakang proyek perancangan karya Tugas Akhir ini menciptakan batik kontemporer/kreasi baru dengan memanfaatkan visual wedang uwuh guna memperkenalkan dan melestarikan minuman tradisional wedang uwuh dimana di era modern ini minuman tradisional sudah mulai terlupakan. Karya ini akan mengeksplorasi bentuk wedang uwuh dengan komponen-komponen bahan penyusun wedang uwuh yang nantinya akan divisualkan kedalam desain motif batik cap.Tujuan dari perancangan ini yaitu untuk menambah alternative desain corak batik di pasaran. Yang nantinya bukan hanya dinikmati sebagai kuliner saja tetapi juga melalui motif batik dan menjadi inovasi baru yang dapat menambah daya tarik masyarakat. Metode yang digunakan terdiri dari metode perancangan dengan mengacu pada teoripen ciptaan seni kriya menurut SP.Gustami, yang meliputi 3 tahap metode penciptaan seni kriya. Berdasarkan tahapannya, terdiri dari eksplorasi, perancangan, dan perwujudan. Tahap eksplorasi melakukan pengamatan pengumpulan data melalui studi pustaka, studi visual, ekplorasi visual tentang tema yang diambil. Tahap perancangan dengan pembuatan desain untuk kemudian menghasilkan 8 alternatif desain. Pada tahap perwujudanya itu dengan merealisasikan desain terpilih. Hasil perancangan ini berupa motif batik cap dengan visual wedang uwuh yang di fungsikan untuk pakaian ready to wear wanita untukusia 18-25 tahun.
Potensi sumber daya alam perikanan saat ini terus digali, namun mengubah potensi sumber daya alam menjadi penciptaan kreasi batik masih sangat terbatas. Tujuan tulisan ini adalah menghasilkan eksperimentasi berdasarkan sumber ide krustasea Arafura yang dikembangkan menjadi desain busana batik. Metode yang dipergunakan adalah deskriptif-eksperimentatif, memakai model 4-D Thiagarajan (1974) yaitu (1) Definisi; (2) Desain; (3) Pengembangan; dan (4) Diseminasi. Dimulai dengan mengidentifikasi potensi lokal Arafura, seleksi, merumuskan ide-ide, eksperimentasi, hingga penciptaan desain. Hasil dari eksperimen ini adalah purwarupa busana batik berdasarkan ide krustasea yang melimpah di Arafura. Kesimpulan berupa potensi ekonomi kreatif bersumber ide lokal sumber daya alam laut Arafura, dapat menambah nilai ekonomi bagi masyarakat setempat. Rekomendasi yang diberikan adalah terus menggali potensi-potensi alam lainnya yang terkait dengan sumber daya alam kelautan untuk diubah menjadi produk ekonomi kreatif.
Ketika dunia sedang dilanda pandemi, semua sektor ekonomi mengalami kemacetan dan berdampak pada penurunan yang cukup signifikan. Namun, yang menarik adalah produk hasil dari kreativitas semacam batik justru masih mempunyai kesempatan yang cukup baik untuk tetap bertahan. Apalagi dengan kemudahan melalui media online. Bisnis online sebagai sektor perekonomian baru di Indonesia berdampak pada pola pikir masyarakat termasuk masyarakat tradisional, termasuk masyarakat perajin batik. Kesempatan ini memberi peluang besar bagi dunia perbatikan khususnya para kriyawan dan perajin batik untuk melakukan pengembangan tanpa batas demi tercapainya kebaruan corak yang sesuai dengan selera pasar saat ini. Salah satu dari sekian banyak varian batik pesisir yang memiliki sejarah cukup panjang adalah batik Tiga Negeri Surakarta, yang pernah diproduksi di Surakarta dan saat ini berhenti karena satu-satunya perusahaan yang memproduksi batik jenis ini sudah tutup pada tahun 2014; padahal corak ini masih mungkin untuk dikembangkan. Batik dengan motif utama burung berekor panjang dan bunga berkelopak banyak ini terkait dengan filosofi Cina dan dipadukan dengan isen ciri khas batik pedalaman khususnya Surakarta. Target untuk memberikan nuansa baru, yang sesuai dengan konsumen masa kini, memerlukan teknik khusus agar tepat sasaran. Penelitian kualitatif ini memanfaatkan pendekatan analisis tren mode untuk mendapatkan masukan ke arah mana pengembangan motif harus dimulai. Melalui analisis tren dapat diukur tren yang sedang terjadi di pasar beberapa tahun ke depan, sesuai dengan kondisi dan perubahan masyarakat yang sedang terjadi.
scite is a Brooklyn-based organization that helps researchers better discover and understand research articles through Smart Citations–citations that display the context of the citation and describe whether the article provides supporting or contrasting evidence. scite is used by students and researchers from around the world and is funded in part by the National Science Foundation and the National Institute on Drug Abuse of the National Institutes of Health.
customersupport@researchsolutions.com
10624 S. Eastern Ave., Ste. A-614
Henderson, NV 89052, USA
This site is protected by reCAPTCHA and the Google Privacy Policy and Terms of Service apply.
Copyright © 2024 scite LLC. All rights reserved.
Made with 💙 for researchers
Part of the Research Solutions Family.