Keanekaragaman budaya yang dimiliki Indonesia merupakan potensi luar biasa yang perlu dijaga dan dilestarikan. Pemetaan budaya merupakan salah satu upaya untuk mendokumentasikan potensi budaya yang ada di suatu tempat/kawasan baik perkotaan maupun pedesaan. Penelitian ini fokus pada proses pemetaan di kawasan pedesaan di Kawasan Borobudur, salah satu dari 10 destinasi wisata prioritas yang ditetapkan oleh Kementerian Pariwisata. Tren wisata yang berkembang di Borobudur saat ini adalah tidak hanya fokus ke candinya, tapi mulai merambah ke desa-desa sekitarnya, sehingga menuntut kesiapan setiap desa untuk pengembangan pariwisata pedesaan yang berkelanjutan. Penelitian ini bertujuan untuk menemukan metode pemetaan budaya yang cocok dengan kondisi pedesaan, dengan mengambil studi kasus di salah satu desa di Kawasan Borobudur yakni Desa Giritengah, mengidentifikasi dan memetakan potensi budaya yang dimiliki desa tersebut, sehingga bisa dijadikan dasar untuk penyusunan perancanaan pariwisata yang berkelanjutan (sustainable village tourism planning). Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan pendekatan partisipatif. Perolehan data dilakukan melalui observasi lapangan, interview terhadap tokoh masyarakat dan warga setempat, studi literatur, dan Focus Group Discussion. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemetaan budaya di kawasan pedesaan tetap mengikuti langkah-langkah prosedur baku pemetaan budaya, namun dalam pelaksanaan di lapangan menyesuaikan dengan kondisi masyarakat setempat, terutama budaya dan kearifan lokalnya.
The village is an integral part of cities in Indonesia since its inception. Each village is unique because it represents historical uniqueness, diverse physical patterns, complex and dynamic social systems. Jakarta City as the largest city in Indonesia has its own challenges in managing the Urban Villages. One of the urban villages in Jakarta is Tanjung Gedong Village, located in RT.05 / RW.08 Tomang Village, Grogol Petamburan District. The selection of RT.05 / RW.08 as a PKM activity partner was because the location of the target partner was around the UNTAR campus, so the PKM activity became a tangible manifestation of UNTAR's contribution to the surrounding environment. The Proposing Team has also conducted PKM activities at the Partner's location, so it is hoped that the proposed program will be sustainable. Tanjung Gedong Village RT.05 / RW.08 Tomang Village has an area of 1.3 hectares with a population of 300 people (60 households). Problems owned by Partners to create a healthy and comfortable environment for residents: First, spatial planning is not optimal and flexible to accommodate a variety of social activities from the community. Secondly, the partners currently lack green open space. The proposed solution is the Proposed Green Village Structuring Concept by involving active participation from Partners (RW-RT leadership, Residents) using 3 approaches, namely: Green Planning and Design, Green Open Space and Green community. The proposed Green Village concept is expected to overcome the problems faced by partners so that a healthy and comfortable residential environment for residents is achievedABSTRAK:Kampung merupakan bagian integral kota-kota di Indonesia sejak awal pembentukannya. Setiap kampung memiliki keunikan karena merepresentasikan kekhasan sejarah, pola fisik yang beragam, sistem sosial yang kompleks dan dinamis. Kota Jakarta sebagai kota terbesar di Indonesia memiliki tantangan tersendiri dalam mengelola Kampung Kotanya. Salah satu kampung kota di Jakarta adalah Kampung Tanjung Gedong yang terletak di RT.05/RW.08 Kelurahan Tomang, Kecamatan Grogol Petamburan. Pemilihan RT.05/RW.08 sebagai Mitra kegiatan PKM karena lokasi mitra sasaran berada di sekitar kampus 1 UNTAR, sehingga kegiatan PKM ini menjadi salah satu wujud nyata kontribusi UNTAR terhadap lingkungan sekitar. Tim Pengusul juga telah melakukan kegiatan PKM di lokasi Mitra, sehingga diharapkan program yang diusulkan akan berkesinambungan. Kampung Tanjung Gedong RT.05/RW.08 Kelurahan Tomang memiliki luasan 1,3 Ha dengan jumlah penduduk 300 orang (60 KK). Permasalahan yang dimiliki oleh Mitra untuk menciptakan lingkungan yang sehat dan nyaman untuk warga: Pertama, tata ruang belum optimal dan fleksibel untuk mewadahi beragam aktivitas sosial dari masyarakat. Kedua, saat ini mitra masih kekurangan ruang terbuka hijau. Solusi yang diusulkan adalah Usulan Konsep Penataan Kampung Hijau dengan melibatkan partisipasi aktif dari Mitra (pemangku pimpinan RW-RT, Warga) menggunakan 3 pendekatan, yaitu: Green Planning and Design, Green Open Space dan Green community. Usulan konsep Kampung Hijau diharapkan dapat mengatasi permasalahan yang dihadapi oleh mitra sehingga tercapai sebuah lingkungan hunian yang sehat dan nyaman untuk warga.
Sistem pengaturan suhu merupakan sistem yang sangat penting pada ruang server. Ruang server yang memiliki suhu dan kelembapan yang tinggi akan mempengaruhi kinerja dari perangkat jaringan yang mengakibatkan perangkat jaringan akan mudah rusak. Kemudian jika lampu pada ruang server menyala secara terus menerus mengakibatkan bertambahnya suhu ruangan dan pemborosan daya listrik yang berdampak pada peningkatan pembayaran tagihan listrik. Maka dari itu diperlukan sistem yang dapat melindungi devices yang tersimpan di dalam ruang server serta dapat mengelola ruang server. Mengatasi permasalahan tersebut dikembangkan sebuah alat yang bertujuan untuk dapat mengontrol suhu dan lampu pada ruang server secara otomatis serta melakukan monitoring suhu dan kelembapan. Metode pengembangan sistem ini menggunakan prototype yang dimulai dengan mewawancarai secara langsung staf IT, membuat dan memperbaiki prototype dan staf IT menguji coba prototype, serta metode black box digunakan untuk mengevaluasi sistem ini. Hasil pengujian didapatkan bahwa sensor DHT11 dapat mendeteksi suhu dan kelembapan, IR Transmitter dapat mengontrol Air Conditioner (AC), Sensor Passive InfraRed dapat mendeteksi pergerakan dan mikrokontroler NodeMCU dapat mengendalikan alat serta mengirimkan dan menyimpan data suhu dan kelembapan ke dalam database. Kesimpulannya adalah sistem dapat mengontrol suhu dan monitoring pada ruang server dengan baik dan dapat mengontrol lampu secara otomatis.
The 2013 curriculum in Arabic subjects is same as the demands of learning procedures for other subjects that require teacher responsibility and competence in implementing creatively and innovatively. The ideality of learning in the 2013 Curriculum in fact has not been realized as it should be because it is related to aspects of teacher competence. Pedagogic competence, as one of the aspects of competence that is absolutely inherent in teachers, is still found in the field to be insufficient for teachers, including Arabic teachers at MTs. Negeri Palu, especially in the sub-competency ability to design and develop learning plans according to the 2013 Curriculum standards and the demands of strengthening literacy, Higher of Thingking Skills (HoTS) and 4C. The Problem to the implementation and application of teacher pedagogical competences are grouped into two categories, namely: internal constraints and external constraints so that serious and strategic efforts are needed to overcome the weaknesses of teacher competence in learning
scite is a Brooklyn-based organization that helps researchers better discover and understand research articles through Smart Citations–citations that display the context of the citation and describe whether the article provides supporting or contrasting evidence. scite is used by students and researchers from around the world and is funded in part by the National Science Foundation and the National Institute on Drug Abuse of the National Institutes of Health.
customersupport@researchsolutions.com
10624 S. Eastern Ave., Ste. A-614
Henderson, NV 89052, USA
This site is protected by reCAPTCHA and the Google Privacy Policy and Terms of Service apply.
Copyright © 2024 scite LLC. All rights reserved.
Made with 💙 for researchers
Part of the Research Solutions Family.