Latar belakang. Tujuan utama perawatan pasien di PICU adalah untuk menyelamatkan jiwa pasien yang mengalami sakit kritis, tetapi masih dapat disembuhkan. Sarana, prasarana, sumber daya manusia yang terbatas di PICU dengan biaya rawat yang mahal masih menjadi perhatian utama. Sistem skoring digunakan untuk memprediksi luaran dan prognosis pasien. Sampai saat ini, belum ada sistem skoring yang digunakan di PICU secara baku untuk penilaian awal pasien di Indonesia. Tujuan. Menganalisis perbandingan kemampuan prediktor mortalitas antara skor PRISM III dan skor PELOD 2 pada anak sakit kritis non bedah. Metode. Penelitian kohort dilakukan dengan subyek pasien anak berusia 1 bulan-18 tahun yang dirawat di PICU RSUD Dr. Moewardi Surakarta, dari kelompok pasien non bedah. Hasil. Studi kohort dari bulan Maret sampai dengan Juli 2017 terhadap 40 pasien anak berumur 1 bulan-18 tahun yang dirawat di PICU. Didapatkan hasil skor PELOD 2 >20 berisiko terjadi mortalitas sebesar 7,75 kali lipat dibandingkan dengan pasien dengan skor PELOD 2 <20 ), p<0,001). Pasien dengan skor PRISM III ≥8 berisiko terjadi mortalitas sebesar 10 kali lipat dibandingkan dengan pasien dengan skor PRISM III <8 (RR 10,), p<0,001). Skor PRIM III memiliki sentitivitas 76,9% dan spesifisitas 100,0%, sedangkan skor PELOD 2 memiliki sensitivitas 69,2% dan spesifisitas 100,0% untuk memprediksi mortalitas. Kesimpulan. Skor PRISM III lebih unggul dalam memprediksi mortalitas pada pasien anak sakit kritis non bedah bila dibandingkan dengan skor PELOD 2. Sari Pediatri 2018;19(5):284-9
Latar belakang. Strategi ventilasi protektif paru (protective lung strategy) direkomendasikan dalam penanganan pasien acute respiratory distress syndrome (ARDS). Strategi tersebut mencakup pembatasan PEEP dan delta pressure pada penggunaan ventilator untuk mencegah mortalitas. Pembatasan delta pressure ≤13 mmHg diharapkan dapat menurunkan angka mortalitas pasien ARDS dengan ventilator. Tujuan. Mengetahui perbandingan mortalitas pasien anak dengan ARDS yang menggunakan delta pressure tinggi dan rendah. Metode. Penelusuran rekam medis pasien anak berusia 1 bulan-18 tahun yang menderita ARDS yang dirawat di PICU dengan menggunakan ventilator. Hasil. Studi cross sectional dari bulan September 2016 sampai dengan Maret 2017 terhadap 32 pasien anak berumur 1 bulan-18 tahun yang menderita ARDS, didapatkan hasil bahwa mortalitas pasien anak dengan ARDS lebih tinggi pada penggunaan setting ventilator dengan delta pressure tinggi (ΔP>13 cmH 2 O) dibandingkan dengan yang menggunakan pengaturan ventilator dengan delta pressure yang rendah (ΔP≤13 cmH 2 O) (p<0,001, OR 45,00 (IK95%: 5,02). Kesimpulan. Pasien anak dengan ARDS yang menggunakan setting ventilator dengan delta pressure rendah, mortalitasnya lebih rendah dibandingkan dengan yang menggunakan pengaturan ventilator dengan delta pressure tinggi. Sari Pediatri 2017;19(3):156-60
scite is a Brooklyn-based organization that helps researchers better discover and understand research articles through Smart Citations–citations that display the context of the citation and describe whether the article provides supporting or contrasting evidence. scite is used by students and researchers from around the world and is funded in part by the National Science Foundation and the National Institute on Drug Abuse of the National Institutes of Health.
customersupport@researchsolutions.com
10624 S. Eastern Ave., Ste. A-614
Henderson, NV 89052, USA
This site is protected by reCAPTCHA and the Google Privacy Policy and Terms of Service apply.
Copyright © 2024 scite LLC. All rights reserved.
Made with 💙 for researchers
Part of the Research Solutions Family.