An experiment was conducted to measure forage production of Leucaena leucocephala cv Tarramba planted in a multiple rows of live fencing model. Plants were arranged in 8 rows which planted 2 meters from the main live fence of 1ha land. The plants were cut at of 1m height and then again at +30cm from the ground level. Measurement of forage production was conducted to observe its ability in providing forage. Areas of 8x20 m on each of the 4 land sides (replications) were allocated for the measurements. Half of the observation plot (8x10m) was allocated for 2 months cutting interval and the other half (8x10m) were allocated for 4 months cutting interval. Measurements conducted were on fresh and dry matter of edible parts (leaf and stem skin), plant height, stem diameter and number of branches. The results showed that each plant produced in average of 8 to 11 branches at 2 months interval, while the 4 months interval produced 2 to 4 branches only. Plant heights and diameters were 150-280 cm and 0.6-2.5 cm on the 2 months cutting interval, and from 465-560 cm and 2.6-3.4 cm on the 4 months cutting interval. At 2 months interval, two harvests produced a total edible DM of 4 ton. While the 4 months interval obtained 1 harvest with 3.6 tons DM per harvest, able to support about 4-5 heads of Bali cattle for fattening during the 4 months. Thus, during the wet season the 2 months cutting interval is recommended.
ABSTRAKPermasalahan utama yang ditemui dalam pengawetan hijauan sumber protein menjadi silase adalah proses pembusukan akibat dari sifat buffer protein yang tinggi dalam hijauan yang mungkin berkaitan dengan rasio karbon:nitrogen (C/N) yang rendah. Penelitian ini bertujuan untuk menguji pengaruh rasio C/N dalam proses ensilage terhadap kualitas silage Chromolaena odorata yang merupakan salah satu hijauan sumber protein. Telah diuji empat perlakuan yaitu C0N = Chromolaeana tanpa penambahan sumber karbon (rasio C/N 14,9); CN 20 = Chromolaeana + tepung putak (Corypha gebanga) sebagai sumber karbon untuk mencapai rasio C/N 20, atau 25 (CN25) atau 30 (CN30) menggunakan prinsip rancangan acak lengkap 4 × 3. Variabel yang diamati adalah profil organoleptik, proporsi yang rusak, dan kandungan nutrisi silase. Data dianalisis menggunakan analisis varian untuk RAL dan perbedaan perlakuan ditentukan menggunakan Duncan test yang ditetapkan pada nilai Alfa 0,05. Hasil penelitian menunjukkan bahwa meninggkatkan rasio C/N hingga 30, secara nyata meningkatkan profil organoleptik, kandungan bahan organik, protein kasar, serta menurunkan komponen serat kasar dalam silase. Disimpulkan bahwa rasio C/N dalam proses pembuatan silase hijauan sumber protein sangat penting di mana hasil terbaik dicapai dalam penelitian ini adalah rasio C/N 30. Namun, belum dapat direkomendasikan sebagai rasio yang terbaik karena hingga rasio 30, tren pengaruhnya masih berbentuk linear.Kata kunci: Chromolaena odorata, rasio C/N, silase, hijauan sumber protein, nutrisi
Rice is a major issue in food security and independence because more than 90% of the population in Indonesia is highly dependent on rice. The need for rice is increasing as the population exponentially grows, but the area of paddy fields is decreasing. In the era of the industrial revolution 4.0, one of the goals was to increase the knowledge and skills of the farming community. In this connection, the attention of the government and the community is focused on increasing rice production through various innovations and the use of rice intensification technology based on the use of organic fertilizer. Innovation use of ABG (Amazing Bio Growth) biostimulant fertilizer with a target of achieving 8-15 tons/ha of rice compared to conventional 3-4 tons/ha. Efforts to increase rice production with the technology "Organic-Based Aerobic Controlled Rice Intensification (IPAT-BO)" is the answer to support the industrial revolution 4.0 in agriculture. The success of IPAT-BO technology in irrigated rice fields and rainfed rice fields apparently can also be applied in rice fields that use live water or water from bore wells on dry land in semi-arid tropical ecosystems in NTT. IPAT-BO technology applied to farmers in Bipolo Village, Sulamu and Babau Districts, East Kupang District, Kupang Regency using limited water along with drainage arrangements on dry land, grain production can reach 6-8 tons/ha. The successful application of this technology is highly dependent on the development of the root system, biodiversity, and balance in the supply of nutrientsABSTRAK:Beras merupakan isu utama dalam ketahanan dan kemandirian pangan karena lebih dari 90% penduduk di Indonesia sangat tergantung pada beras. Kebutuhan beras semakin meningkat seiring pertumbuhan eksponensial penduduk, namun luas lahan sawah semakin berkurang. Di era revolusi industri 4.0 salah satu sasarannya adalah peningkatan pengetahuan dan keterampilan masyarakat tani. Dalam kaitannya dengan hal tersebut, perhatian pemerintah dan masyarakat difokuskan untuk meningkatkan produksi padi melalui berbagai inovasi dan penggunaan teknologi intensifikasi padi berbasis pada penggunaan pupuk organik. Terobosan penggunaan biostimulan pupuk ABG (Amazing Bio Growth) dengan target pencapaian produksi padi 8-15 ton/ha dibanding dengan produksi 3-4 ton/ha secara konvensional. Upaya peningkatan produksi padi dengan teknologi “Intensifikasi Padi Aerob Terkendali Berbasis Organik (IPAT-BO)” merupakan jawaban untuk mendukung revolusi industri 4.0 di bidang pertanian. Keberhasilan teknologi IPAT-BO di lahan sawah irigasi dan sawah tadah hujan ternyata juga dapat diterapkan di lahan sawah yang menggunakan air hidup atau air dari sumur bor pada lahan kering di ekosistem tropis semi kering di NTT. Teknologi IPAT-BO yang diterapkan pada petani di Desa Bipolo, Kecamatan Sulamu dan Babau, Kecamatan Kupang Timur, Kabupaten Kupang dengan menggunakan air secara terbatas disertai pengaturan drainase di lahan kering, produksi gabahnya dapat mencapai 6-8 ton/ha. Keberhasilan penerapan teknologi tersebut sangat tergantung pada perkembangan sistem perakaran, keanekaragaman hayati dan keseimbangan pasokan nutrisi.
Program Tanam Jagung Panen Sapi (TJPS) di Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT) bertujuan mendongkrak ekonomi petani melalui integrasi jagung-ternak. Penelitian ini mengukur penyediaan bahan baku pakan, serta estimasi daya dukung pakan bagi pengembangan ternak sapi, babi, dan ayam pada priode tanam jagung 2019-2021. Metode yang digunakan adalah Kaji Tindak. Lokasi penelitian di semua kelompok tani (n=1.867) penerima program TJPS. Pengukuran produksi biomasa jagung dilakukan saat panen memakai teknik ubinan (2,5×2,5 m). Seluruh biomasa dipanen, dipisahkan biji dari limbah (biji, klobot, tongkol, daun, batang) lalu ditimbang. Sampel setiap komponen diambil, selanjutnya semua sampel digabung sesuai komponen tanaman. Sub-sampel diambil dan diproses untuk analisis kandungan nutrisi. Variabel yang diukur adalah produksi biomasa, persentase komponen tanaman, produktivitas, dan kandungan nutrisi. Kontribusi penyediaan bahan baku, produksi pakan komplit, dan ternak dikalkulasi dari produksi biomasa. Analisis data memakai statistik deskriptif. Hasil memperlihatkan bahwa total produksi biomasa jagung selama 3 tahun adalah 193.008,87 ton bahan kering dari 22.310,5 ha lahan. Proporsi biji sebesar 46,59% dan 53,63% limbah. Potensi pakan sebesar 386.017,7 ton. Estimasi jumlah ternak yang dapat pelihara per tahun adalah 197.367 babi, atau 49.341.896 ayam, dan 94.027 sapi. Disimpulkan bahwa Program TJPS mampu menyediakan biomasa bahan baku cukup besar untuk produksi pakan ternak di NTT. Kata kunci: jagung, limbah pangan, pakan, ternak
ABSTRAKKandungan karbohidrat struktural terutama lignin rumput Kume (Sorghum plumosum var. Timorense) kering relatif tinggi sehingga menurunkan nilai manfaatnya sebagai pakan. Penelitian ini bertujuan untuk menurunkan kandungan lignin, selulosa dan hemiselulosa rumput Kume dengan cara hidrolisis alkali menggunakan filtrat abu sekam padi (FASP) dan penambahan urea dan enzim urease pada rasio yang berbeda. Metode eksperimen laboratorium menggunakan rancangan acak lengkap (RAL) 6 × 3 untuk menguji 6 perlakuan yakni: RK1= Rumput Kume kering dipercik FASP 15% b/v dihidrolisis selama 3 jam, RK2= RK1 + urea 4%, RK3 = RK1 + urea 4% + urease 8% (1:2), RK4= RK1 + urea 4% + urease 12% (1:3), RK5= RK1 + urea 4% + urease 16% (1:4), dan RK6= RK1 + urea 4% + urease 20% (1:5). Sebagai kontrol adalah rumput Kume kering yang tidak dihidrolisis. Tiap unit percobaan digunakan 1 kg rumput Kume kering (basis bahan kering) sebagai substrat dan dihidrolisis dalam 1 silo kantong plastik selama 3 jam. Proses pembuatan FSAP sesuai petunjuk Dami Dato (1998). Ke dalam satu liter FASP ditambahkan 40g urea dan 10g kalsium karbonat sebagai sumber kalsium, 18g garam dapur sebagai sumber natrium, dan 2g belerang sebagai sumber sulfur. Prosedur hidrolisis dilakukan sesuai petunjuk Sutrisno dkk. (1986). Variabel yang diamati adalah perubahan kandungan neutral detergent fibre (NDF), hemiselulosa, selulosa, lignin, dan acid detergent fibre (ADF). Data yang diperoleh dianalisis secara statistik sesuai prosedur General linear model untuk RAL dan perbedaan antar perlakuan diuji menggunakan uji Duncan pada nilai α = 0,05. Hasil penelitian menunjukkan bahwa peningkatan rasio urea:urease dari 1:2 hingga 1:5 sangat nyata menurunkan kandungan NDF sebesar 7,87-19,49%, hemiselulosa sebesar 31,10-65,72%, selulosa sebesar 15,13-31,60%, lignin sebesar 3,97-20,16%, dan meningkatkan kandaungan ADF sebesar 8,84-13,78%; namun tidak ada perbedaan antara rasio 1:4 (RK5) dan 1:5 (RK6) untuk semua variabel. Disimpulkan bahwa, hidrolisis rumput Kume kering secara alkali menggunakan FASP dan ditambahi urea dan enzim urease dengan rasio 1:4 merupakan perlakuan terbaik untuk menurunkan kandungan NDF, hemiselulosa, selulosa, lignin, dan meningkatkan kandungan ADF dalam rumput Kume kering.
scite is a Brooklyn-based organization that helps researchers better discover and understand research articles through Smart Citations–citations that display the context of the citation and describe whether the article provides supporting or contrasting evidence. scite is used by students and researchers from around the world and is funded in part by the National Science Foundation and the National Institute on Drug Abuse of the National Institutes of Health.
customersupport@researchsolutions.com
10624 S. Eastern Ave., Ste. A-614
Henderson, NV 89052, USA
This site is protected by reCAPTCHA and the Google Privacy Policy and Terms of Service apply.
Copyright © 2024 scite LLC. All rights reserved.
Made with 💙 for researchers
Part of the Research Solutions Family.