Latar belakang: Jumlah Posyandu di Indonesia semakin bertambah setiap tahunnya, tetapi tidak sebanding dengan penambahan kader posyandu, hal ini terbukti dari data yang menunjukan bahwa rata-rata jumlah kader aktif adalah 3-4 orang pada setiap Posyandu. Sedikitnya jumlah kader aktif menggambarkan peran serta masyarakat yang masih rendah, maka perlu diupayakan penambahan jumlah kader posyandu melalui pelatihan. Tujuan penelitian : Untuk mengukur pengaruh pelatihan kader posyandu dengan modul terintegrasi terhadap peningkatan pengetahuan, sikap dan keikutsertaan kader posyandu. Metode : Menggunakan desain penelitian Quasy experiment pre-test and post-test with control group. Penelitian ini dilakukan di Manonjaya, menggunakan data primer terhadap ibu yang tidak bekerja dan mempunyai waktu luang sebanyak 30 orang pada setiap kelompok. Data kemudian dianalisis secara univariat, bivariat, dan multivariat. Hasil : Data menunjukan sebelum diberikan pelatihan pada kedua kelompok pengetahuan sebesar 80,4 dan 81,2, serta sikap sebesar 69,7 dan 71,9, kemudian setelah pelatihan pengetahuan menjadi 88,1 dan 87, sikap menjadi 85,5 dan 75. Keikutsertaaan responden berturut-turut pada post-test 1 dan post-test 2 antara kelompok intervensi dan kelompok kontrol sebanyak 25 orang dan 22 orang. Simpulan : Pelatihan kader Posyandu dengan modul terintegrasi terbukti lebih meningkatkan pengetahuan dan sikap responden, tetapi tidak lebih baik dalam meningkatkan keikutsertaan kader.
Program Pembangunan Kesehatan di Indonesia dewasa ini masih diprioritaskan pada upaya peningkatan derajat kesehatan ibu dan anak, terutama pada kelompok yang paling rentan kesehatannya yaitu ibu hamil, ibu bersalin dan bayi pada masa perinatal. Hal ini ditandai dengan tingginya Angka Kematian Ibu (AKI). Menurut Survei Demografi Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 2012, AKI tahun 2007 sebesar 228/100.000 Kelahiran Hidup (KH) meningkat menjadi 359 /100.000 KH. Penyebab langsung kematian ibu adalah faktor yang berhubungan dengan komplikasi kehamilan, persalinan dan nifas seperti perdarahan, preeklamsi/eklamsi dan infeksi. Preeklamsi merupakan gangguan multifaktorial. Beberapa penelitian memperlihatkan adanya bukti yang mendukung tentang kadar vitamin D yang berperan untuk terjadinya komplikasi kehamilan. Sumber vitamin D berasal dari sintesis endogen (matahari) dan sintesis eksogen (makanan). Sinar ultraviolet dapat mengubah pre vitamin D menjadi vitamin D3. Indonesia terletak didaerah tropis yang kaya akan sinar ultraviolet, tetapi masih banyak ibu hamil yang menderita preeklamsi, sehingga tujuan dari penelitian ini adalah menganalis hubungan antara kadar vitamin D dengan kejadian preeklamsi. Populasi dalam penelitian ini adalah semua ibu hamil yang di diagnosis preeklamsi dan di diagnosis hamil normal yang melakukan pemeriksaan di RSUD H.M. Rabain dan empat puskesmas di wilayah kabupaten Muara Enim. Total sampel 76 orang yang terdiri dari 38 orang kelompok kasus dan 38 orang kelompok kontrol. Rancangan penelitian dengan metode analitik yang dilakukan secara cross sectional. Analisis hasil dengan uji korelasi Point Biserial. Hasil penelitian dengan uji korelasi Point Biserial menunjukkan bahwa tidak terdapat hubungan antara kadar vitamin D dengan kejadian preeklamsi dengan nilai p 0,052. Simpulan dalam penelitian ini adalah tidak terdapat hubungan antara kadar vitamin D dengan kejadian preeklamsi awitan dini. Kadar vitamin D berkaitan dengan awitan lanjut pada kejadian preeklamsi yang merupakan bagian dari faktor maternal, disamping itu kejadian preeklamsi sampai saat ini dipengaruhi oleh etiopatogenesis yang kompleks.
Persalinan preterm dini dan lanjut masih menjadi penyebab penting morbiditas dan mortalitas perinatal. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui karakteristik pasien, menganalisis hubungan faktor risiko demografi dan klinik dengan persalinan spontan preterm dini dan preterm lanjut periode Januari 2015-Desember 2016. Metode: Penelitian secara potong lintang retrospektif dilaksanakan pada bulan April-Juni 2017 dengan sumber data rekam medis Rumah Sakit Hasan Sadikin. Hasil: penelitian menunjukan insidensi persalinan preterm adalah 38,54%. Terdapat hubungan signifikan dari faktor risiko pendidikan, jumlah perawatan antenatal, riwayat persalinan preterm, dan ketuban pecah dini terhadap kejadian persalinan spontan preterm dini dan preterm lanjut. Pendidikan SD meningkatkan kejadian persalinan preterm dini 2,3 kali, perawatan antenatal kurang dari 4 kali selama kehamilan meningkatkan kejadian persalinan preterm dini 1,6 kali, riwayat persalinan preterm sebelumnya meningkatkan kejadian persalinan preterm dini 1,9 kali. Ketuban pecah dini meningkatkan kejadian persalinan preterm lanjut 2,6 kali (p<0,05). Kesimpulan: Terdapat hubungan antara tingkat pendidikan, jumlah perawatan antenatal, riwayat persalinan preterm, dan ketuban pecah dini, dengan persalinan spontan preterm dini dan preterm lanjut. Kata kunci: Faktor demografi, faktor klinik, persalinan spontan preterm dini, persalinan spontan preterm lanjut
Ekspresi berlebihan serta aktivasi beberapa matriks metaloproteinase (MMP) sebelum persalinan mengarah pada degradasi jaringan amnion korion yang secara klinis disebut ketuban pecah dini (KPD). Peningkatan aktivitas MMP akibat polimorfisme gen matrik metaloproteinase-9 (MMP-9) (C-1562T) akan diikuti oleh apoptosis. Penelitian ini bertujuan mencari perbedaan ekspresi MMP-9, indeks apoptosis (IA) sel serviks, serta polimorfisme gen MMP-9 (C-1562T) pada kehamilan 21-36 minggu tanpa dan disertai KPD. Penelitian ini merupakan penelitian kasus kontrol yang dilakukan di RS Dr. Hasan Sadikin dan RS jejaring Bandung (Mei−November 2009). Tidak terdapat hubungan bermakna antara ekspresi MMP-9 dan IA sel serviks dengan setiap variabel pada kedua kelompok. Tiga kasus KPD ditemukan pada ibu berusia di bawah 20 tahun. Usia kehamilan 28−34 minggu memiliki peluang mengalami KPD lebih besar dibandingkan dengan usia kehamilan 21−28 minggu. Ibu hamil dengan indeks massa tubuh (IMT) 19-26 memiliki risiko mengalami KPD. Hanya terdapat satu sampel yang menunjukkan polimorfisme MMP-9 (C-1562T) di kelompok kehamilan 21-36 minggu disertai KPD. Dapat disimpulkan, tidak ditemukan hubungan bermakna antara ekspresi MMP-9 dan IA sel serviks pada kedua kelompok penelitian, begitu pula dengan polimorfisme MMP-9 (C-1562T) yang dapat menyebabkan peningkatan ekspresi MMP-9. [MKB. 2011;43(4):199-206].
Teenagers are the next generation that needs to be the center of attention. Physical and mental development in adolescents occurs rapidly. The process of changing times with free association arises causing debate about their reproductive health. The purpose of this study was to determine the reproductive health problems of adolescents in Banten province. This study used a qualitative design and constructivism paradigm. The research method was using the in-depth interview guideline instrument with 11 informants conducted in Banten province in January− June 2017. Qualitative data analysis using content analysis. The results showed that environmental factors such as family, relationships, health workers, and the availability of prostitution practice were trigger teenagers' problems. The environment did not support them to learn about sexuality makes them seek information from sources that cannot be justified. This practice made adolescents have inappropriate knowledge about adolescent reproductive health. The availability of prostitution practice was a unique highlight for those who can channel their curiosity in fulfilling their sexual desires. In conclusions, adolescent reproductive health problems in Banten province consisted of premarital sex behavior, teenage pregnancy, teenage marriage, youth delivery, sexually transmitted diseases, and abnormal sexual behavior. These problems arise due to factors of knowledge, environment, and family economic status.
scite is a Brooklyn-based organization that helps researchers better discover and understand research articles through Smart Citations–citations that display the context of the citation and describe whether the article provides supporting or contrasting evidence. scite is used by students and researchers from around the world and is funded in part by the National Science Foundation and the National Institute on Drug Abuse of the National Institutes of Health.
customersupport@researchsolutions.com
10624 S. Eastern Ave., Ste. A-614
Henderson, NV 89052, USA
This site is protected by reCAPTCHA and the Google Privacy Policy and Terms of Service apply.
Copyright © 2024 scite LLC. All rights reserved.
Made with 💙 for researchers
Part of the Research Solutions Family.