Schizophrenia is a combination of psychotic
Research has been conducted with a purpose to find out the potential of the extracts of leaves Ageratum conyzoides and Artocarpus champedan as an antioxidant compared with vitamin C.Research was done by infused extraction method, and combination both of them with a partition 1:1, 1:2, 2:1. Keywords: Ageratum conyzoides L, Artocarpus champeden, DPPH, antioxidant ABSTRAKKombinasi ekstrak daun bandotan (Ageratum conyzoides L) dan daun cempedak (Artocarpus champeden) memiliki aktivitas antioksidan harga IC 50 yang kuat dengan menggunakan kombinasi daun bandotan : daun cempedak perbandingan 1:1, 1:2, dan 2:1. Kata kunci: daun bandotan (Ageratum conyzoides L), daun cempedak (Artocarpus champeden), DPPH, antioksidan PENDAHULUANAntioksidan yakni senyawa pereduksi yang dapat mencegah oksidasi suatu molekul menjadi radikal bebas atau menghentikan reaksi berantai radikal bebas agar tidak menjadi liar agar merusak sistem yang bekerja di dalam tubuh kita. Satu-satunya cara untuk menjinakkan bahaya radikal bebas adalah dengan menggunakan antioksidan yang memadai untuk melawannya (Lingga, 2012) Sesungguhnya, alam telah menyediakan antioksidan alami yang berlimpah. Kita dapat memperolehnya dari makanan alami yang sehari-hari kita konsumsi. Ada banyak zat yang terkandung dalam makanan berkhasiat sebagai antioksidan. Senyawa-senyawa tersebut berupa nutrisi ataupun senyawa bukan nutrisi (senyawa nirgizi) yang mempunyai kemampuan untuk mereduksi bahaya radikal bebas. Senyawa polifenol, vitamin C, vitamin E dan flavonoid yang terdapat pada tanaman mampu berfungsi sebagai antioksidan primer (Lingga, 2012).Daun cempedak yang mengandung berbagai metabolit sekunder seperti; triterpenoid, steroid, senyawa fenol, flavonoid dan tannin, memiliki efek sebagai antioksidan. Begitu pula dengan daun bandotan yang mengandung flavanoid, alkaloid, minyak atsiri, fenol dan kumarin.Efek antioksidan ini terutama disebabkan oleh adanya kandungan senyawa fenol. Senyawa fenol merupakan kelas utama antioksidan yang berada dalam tumbuh-tumbuhan. Senyawa fenol dapat meredam radikal bebas dengan menyumbangkan elektronnya melalui atom hidrogen gugus hidroksil.
ABSTRAKStroke Iskemik adalah tanda klinis disfungsi atau kerusakan jaringan otak yang disebabkan kurangnya aliran darah ke otak karena adanya penyumbatan pada pembuluh darah otak sehingga mengganggu kebutuhan darah dan oksigen di jaringan otak. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui karakteristik pasien dan penggunaan obat stroke pada pasien stroke iskemik yang menjalani rawat inap di Rumah Sakit Abdul Wahab Sjahranie Samarinda. Penelitian ini merupakan penelitian non ekperimental dengan rancangan analisis deksriptif menggunakan data rekam medik yang dikumpulkan secara retrospektif dan jumlah sampel dalam penelitian ini adalah 110 pasien. Pemilihan sampel penelitian dilakukan dengan rancangan non probability sampling menggunakan teknik purposive sampling. Hasil penelitian menunjukkan karakteristik pasien stroke iskemik tertinggi berdasarkan jenis kelamin adalah laki-laki (59,09%), berdasarkan usia adalah kelompok usia 41-65 tahun (70,00%), berdasarkan pendidikan terakhir adalah SMA atau sederajat (20,00%) dan berdasarkan pekerjaan adalah pegawai swasta (40,00%). Obat yang paling banyak digunakan pada terapi stroke iskemik adalah obat golongan aktivator serebral dan vasodilator perifer yaitu obat citicolin (82,73%) dengan dosis obat 500 mg dan lama pengobatan yang paling banyak terjadi pada hari ke 5 -10 hari (56,37%).Kata Kunci : Stroke iskemik, karakteristik pasien, penggunaan obat PENDAHULUANStroke merupakan penyakit atau gangguan fungsional otak berupa kelumpuhan saraf (deficit neurologic) akibat terhambatnya aliran darah ke otak. Secara sederhana stroke akut didefinisikan sebagai penyakit otak akibat terhentinya suplai darah ke otak karena sumbatan (stroke iskemik) atau perdarahan (stroke hemorrhagic).Menurut Basjiruddin (2007) menyatakan bahwa di Amerika Serikat, stroke merupakan penyebab kematian ketiga di negara-negara industri Eropa dan sebagai penyebab utama kecacatan pada orang dewasa. Insiden global meningkat karena jumlah penduduk berusia lebih dari 65 tahun juga mengalami peningkatan dari 390 juta penduduk pada saat sekarang akan menjadi 800 juta pada tahun 2020. Stroke dapat terjadi pada semua usia terutama pasien berusia lebih dari 64 tahun yang mencapai 75% dari seluruh kejadian stroke sedangkan di Indonesia prevalensi stroke terjadi 1-2% dari penduduk Indonesia yaitu sekitar 2-3 juta jiwa. Hasil riset Kesehatan Dasar Departemen Kesehatan RI pada tahun 2007 menunjukkan bahwa stroke merupakan penyebab kematian terbanyak di Indonesia pada penduduk berusia diatas lima puluh tahun (Depkes, 2008).Angka kejadian stroke terus meningkat dengan tajam, apabila tidak ada upaya penanggulangan yang lebih baik maka jumlah penderita stroke ini pada tahun 2020
Sediaan gel yang baik dapat diperoleh dengan cara memformulasikan beberapa jenis bahan pembentuk gel, namun yang paling penting untuk diperhatikan adalah pemilihan gelling agent. HPMC (Hidroxy Propyl Methyl Cellulose) merupakan gelling agent yang sering digunakan dalam produksi kosmetik dan obat karena dapat menghasilkan gel yang bening, mudah larut dalam air, dan toksisitasnya rendah. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui konsentrasi HPMC sebagai gelling agent dengan kombinasi humektan yaitu gliserin dan propilen glikol, yang memiliki karakteristik fisik yang sesuai dengan persyaratan. Formulasi gel dibuat dengan variasi konsentrasi HPMC 3%, 5% dan 7%, selanjutnya dilakukan evaluasi sifat fisik yang meliputi viskositas, pH, daya sebar, organoleptis, homogenitas. Evaluasi fisik dilakukan selama 4 minggu pada suhu kamar. Hasil yang diperoleh menunjukan bahwa basis gel dengan konsentrasi HPMC 3% memenuhi persyaratan dengan nilai viskositas yaitu 4,69 ± 0,14 Pa., nilai pH yaitu 5,17 ± 0,02, daya sebar yaitu 32,98 ± 0,85 cm, organoleptis yaitu berwarna bening, tidak memiliki bau dan berbentuk agak cair, serta homogen.
Telah dilakukan penelitian mengenai identifikasi metabolit sekunder dan aktivitas antioksidan ekstrak bunga tapak dara (Catharanthus rosus) dengan metode DPPH (2,2difenil-1-pikrilhidrazil). Hasil uji fitokimia menunjukkan bahwa ekstrak metanol bunga tapak dara mengandung alkaloid, flavonoid, fenolik, tanin, dan terpenoid, sedangkan fraksi n-heksan mengandung tanin, fraksi etil asetat mengandung alkaloid, flavonoid, fenolik dan tanin, serta fraksi n-butanol mengandung alkaloid, flavonoid, fenolik, tanin dan terpenoid. Sementara, nilai IC50 yang diperoleh dari metode DPPH menunjukkan bahwa ekstrak bunga tapak dara memiliki potensi antioksidan dengan nilai IC50 sebesar 142,914 ppm, fraksi nheksan dengan nilai IC50 sebesar 503,037 ppm, fraksi etil asetat dengan nilai IC50 sebesar 50,069 ppm, dan fraksi n-butanol dengan nilai IC50 sebesar 170,122 ppm. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa ekstrak bunga tapak dara berpotensi sebagai antioksidan, hal ini ditandai dengan nilai IC50 yang diperoleh dan dengan adanya senyawa metabolit sekunder yang berkhasiat sebagai antioksidan. Kata kunci : Tapak dara (Catharanthus roseus), Metabolit Sekunder, Antioksidan.
scite is a Brooklyn-based organization that helps researchers better discover and understand research articles through Smart Citations–citations that display the context of the citation and describe whether the article provides supporting or contrasting evidence. scite is used by students and researchers from around the world and is funded in part by the National Science Foundation and the National Institute on Drug Abuse of the National Institutes of Health.
customersupport@researchsolutions.com
10624 S. Eastern Ave., Ste. A-614
Henderson, NV 89052, USA
This site is protected by reCAPTCHA and the Google Privacy Policy and Terms of Service apply.
Copyright © 2024 scite LLC. All rights reserved.
Made with 💙 for researchers
Part of the Research Solutions Family.