Antibiotics are drugs to prevent and treat infections disease, the use of antibiotics must be in accordance with a doctor’s prescription therefore it is safe for patients. Improper use of antibiotics is often done in self-medication. Incorrect use of antibiotics will cause negative impacts, such as resistance to one or several antibiotics, increased drug side effect, expensive health care costs and even death. This research was conducted to determine the level of knowledge and behaviour of using antibiotics in the community in Manado City. This research is a prospective study using a descriptive – analytic research method that is observational to 323 respondents who fit the inclusion criteria. The results show that at the level of knowledge of the respondent’s antibiotics 25% falls in good category, 24% in enough, and less category 51%. At the level of antibiotics use, the percentage of respondent’s were in the categorized as good 25%, in enough 54%, and 21% in less. Spearman test results obtained a significant value of 0,000, the correlation coefficient value of 0,322, and the direction of the correlation is positive (+). This study shows a meaningful correlation between knowledge and use of antibiotics in the community of Manado City. Keyword : Knowledge, Uses, Antibiotics, Self-Medicated, Resistance ABSTRAKAntibiotik merupakan obat untuk mencegah dan mengobati penyakit infeksi, penggunaanya harus sesuai dengan resep dokter supaya aman bagi pasien. Penggunaan antibiotik yang tidak tepat sering dilakukan dalam swamedikasi. Penggunaan antibiotik yang salah akan menimbulkan dampak negatif, seperti terjadi resistensi terhadap satu atau beberapa antibiotik, meningkatnya efek samping obat, biaya pelayanan kesehatan yang mahal bahkan akan mengakibatkan meninggal dunia. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui tingkat pengetahuan dan perilaku penggunaan antibiotik pada masyarakat di Kota Manado. Penelitian ini merupakan penelitian prospektif dengan menggunakan metode penelitian deskriptif - analitik yang bersifat observasional tehadap 323 responden yang sesuai dengan kriteria inklusi. Hasil menunjukkan bahwa pada tingkat pengetahuan antibiotik responden yaitu kategori baik 25%, cukup 24% dan kurang 51%. Pada tingkat penggunaan antibiotik responden yaitu kategori baik 25%, cukup 54% dan kurang 21%. Hasil uji spearman didapatkan nilai signifikan 0,000, nilai koefisien korelasi sebesar 0,322, dan arah korelasi yaitu positif (+). Penelitian ini menunjukkan bahwa adanya hubungan yang bermakna antara pengetahuan dan penggunaan antibiotik pada masyarakat di Kota Manado Kata Kunci : Pengetahuan, Penggunaan, Antibiotik, Swamedikasi, Resistensi
Malaria is an infectious disease caused by the Plasmodium parasite (class of Sporozoa) that attacks red blood cells. In indonesia, there are 4 (four) species of malaria parasites, namely Plasmodium falciparum as the cause of tropical malaria which often causes brain malaria with death, Plasmodium vivax as the cause of malaria tertiana, Plasmodium malariae as the cause of malaria quartana and Plasmodium ovale as the cause of ovale malaria. This study aims to determine the patient characteristics and treatment patterns in malaria patients at the inpatient installation of the Mimika District Hospital in period June – December 2018. This study was a descriptive study with retrospective data collection against 68 medical records of malaria patients who were hospitalized inclusion criteria. There were more men group than women, 41 patiensts (60,29%). Most of malaria patients are in the 0 – 5 year age group with 30 patients (44,12%). The most common type of malaria is uncomplicated vivax malaria 21 patients (33,82%). The most drug use of patients was Primaquin as many as 57 (83,82%) of 68 patients. The exact percentage of drug use for patients is 100%, right drug 89.71%, right dose 92.65%, timely 97.06% and right route 100%. Keywords : Malaria, Drug Utilization Study, Hospitalization. ABSTRAK Malaria merupakan penyakit menular disebabkan oleh parasit Plasmodium (kelas Sporozoa) yang menyerang sel darah merah. Di Indonesia dikenal 4 (empat) macam spesies parasit malaria yaitu Plasmodium falciparum sebagai penyebab malaria tropika yang sering menyebabkan malaria otak dengan kematian, Plasmodium vivax sebagai penyebab malaria tertiana, Plasmodium malariae sebagai penyebab malaria quartana dan Plasmodium ovale sebagai penyebab malaria ovale. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui karakteristik pasien dan pola pengobatan penyakit malaria pada pasien malaria di instalasi rawat inap RSUD Kabupaten Mimika periode bulan Juni – Desember 2018. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif dengan pengambilan data secara retrospektif terhadap 68 data rekam medik pasien malaria rawat inap yang memenuhi kriteria inklusi. Jumlah pasien laki-laki lebih banyak dibandingkan perempuan yaitu sebanyak 41 pasien (60,29%). Pasien Malaria kebanyakan berada pada kelompok usia 0-5 tahun sebanyak 30 pasien (44,12%). Jenis malaria yang paling sering terjadi adalah Malaria vivax tanpa komplikasi sebanyak 23 pasien (33,82%). Penggunaan obat pasien paling banyak yaitu Primakuin sebanyak 57 (83,82%) dari total 68 pasien. Persentase ketepatan penggunaan obat yang tepat pasien 100%, tepat obat 89,71%, tepat dosis 92.65%, tepat waktu 97,06% dan tepat rute 100%. Kata kunci : Malaria, Studi Penggunaan Obat, Rawat Inap.
Antibiotics are chemicals produced by microorganisms that have ability to inhibit the growth or kill other microorganisms. Used of antibiotics in a self-medication is influenced by user knowledge. So that if the user knowledge is incorrect can cause errors in use. This research aims to determinate the level of knowledge and use of antibiotics on the community of Tomohon City. This research was an descriptive study tend to observational, with a cross-sectional approach to 262 respondents who met the inclusion criteria. The results to showed the level of knowledge of antibiotics by community in Tomohon City which are categorized as good (31%), moderate (21%) and less (48%); for the level of used antibiotics by community in Tomohon City which are categorized as good (39%), moderate (44%) and less (17%) and there is a direct correlation between knowledge and the used of antibiotics with significant value of 0.000 and correlation coefficient value of 0.524 which means if the proper knowledge then was done in proper use.Keywords: Antibiotics, self-medication, knowledge, use Abstrak: Antibiotik merupakan zat kimiawi yang dihasilkan oleh mikroorganisme yang mempunyai kemampuan untuk menghambat pertumbuhan atau membunuh mikroorganisme lainnya. Penggunaan antibiotik secara swamedikasi dipengaruhi oleh pengetahuan pengguna, sehingga apabila pengetahuan pengguna tidak tepat dapat menyebabkan kesalahan dalam penggunaan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tingkat pengetahuan antibiotik dan penggunaan antibiotik pada masyarakat di kota Tomohon. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif yang bersifat observasional dengan pendekatan cross-sectional terhadap 262 responden yang memenuhi kriteria inklusi. Hasil penelitian yang diperoleh yaitu tingkat pengetahuan antibiotik pada masyarakat di Kota Tomohon yang termasuk kategori baik (31%), cukup (21%) dan kurang (48%); untuk tingkat penggunaan antibiotik pada masyarakat di Kota Tomohon yang termasuk kategori baik (39%), cukup (44%) dan kurang (17%) serta terdapat hubungan yang searah antara pengetahuan dan penggunaan antibiotik dengan nilai signifikansi sebesar 0,000 dan nilai koefisien korelasi sebesar 0,524 yang berarti apabila pengetahuan yang dimiliki tepat maka penggunaan pun dilakukan secara tepat.Kata kunci: Antibiotik, swamedikasi, pengetahuan, penggunaan.
Medication Error is every event that can be avoided which can cause or result in improper drug service or harm the patient while the drug is under the supervision of health personnel or patients. The aim of the study was to find out the prevalence of Medication Errors, which occur, in the precscribing phase and the dispensing phase of internal outpatient clinic. This research is a descriptive analysis research with prospective data collection. Study sample is 332 prescriptions of internal outpatient clinic who entered the pharmaceutical installation of Bhayangkara Hospital, Level III, in the period of January 2019. The results showed that there was a Medication Error in both phases. Medication Error that occurs in the prescribing phase includes; no birth date (age) 80.12%, no dosage form 38.85%, no consentration/dosage 27.71%, incomplete prescription of hard drugs 6.32%, can’t read prescribing letter 3.01%, incorrect/unclear patient name 1.20 %, there is no number of drugs 0.30% and there are no administration rules 0.30%. Medication Error that occurs in the dispensing phase includes; drug delivery outside the instructions is 8.13%, the drug delivered is less that 1.81%, and writing etiquette is wrong or incomplete 0.30%. Based on the data above, it can be concluded that there is a potensial of Medication Error in the prescribing and dispensing phase at Bhayangkara Hospital, Level III, Manado. Keywords: Medication Error, Prescribing, Dispensing, Clinic Internally Bhayangkara Hospital Tk.III Manado. ABSTRAKMedication Error adalah setiap kejadian yang dapat dihindari yang dapat menyebabkan atau berakibat pada pelayanan obat yang tidak tepat atau membahayakan pasien sementara obat berada dalam pengawasan tenaga kesehatan atau pasien. Tujuan penelitian yaitu mengetahui prevalensi Medication Error yang terjadi pada fase prescribing dan fase dispensing pasien rawat jalan poli interna. Penelitian ini merupakan penelitian analisis deskriptif dengan pengumpulan data secara prospektif. Terhadap 332 resep pasien rawat jalan Poli Interna yang masuk di instalasi farmasi Rumah Sakit Bhayangkara Tk.III Manado periode bulan Januari 2019. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terjadi Medication Error pada kedua fase tersebut. Medication Error yang terjadi pada Fase prescribing meliputi; tidak ada tanggal lahir (usia) 80.12 %, tidak ada bentuk sediaan 38.85 %, tidak ada konsentrasi/dosis sediaan 27.71 %, tidak lengkap penulisan resep obat keras 6.32 %, tulisan resep tidak terbaca 3.01 %, salah/tidak jelas nama pasien 1.20 %, tidak ada jumlah obat 0.30 % dan tidak ada aturan pakai 0.30 %. Medication Error yang terjadi pada Fase dispensing meliputi; pemberian obat diluar instruksi 8.13 %, obat yang diserahkan kurang 1.81 %, dan penulisan etiket yang salah atau tidak lengkap 0.30 %. Berdasarkan data diatas dapat disimpulkan bahwa masih terjadi Medication Error pada fase prescribing dan dispensing di Rumah Sakit Bhayangkara Tk.III Manado. Kata kunci : Medication Error, Prescribing, Dispensing, Poli Interna Rumah Sakit Bhayangkara Tk.III Manado.
Most stroke patients receive polypharmacy, because most stroke patients have complications. Stroke therapy is important because if an interaction occurs, it can cause an increased risk of hospitalized patients and higher health care costs. This study is a descriptive study which aims to determine the prevalence of potential drug interactions that occur in inpatients of stroke hospitalization at Prof. Dr. R. D. Kandou Manado with retrospective data collection in October-December 2017. Samples were obtained as many as 40 patients. The results showed potential drug interactions in 20 patients (50%), with 57 potential interactions. Based on the mechanism, 30 events (52.63%) were pharmacokinetic, 15 events (26.31%) included in the pharmacokinetic and pharmacodynamic combination and 12 events (21.05%) were pharmacodynamic. The potential severity of the drug, at the moderate level was found to be 27 potential (47.36%), at the minor level 16 potential (28.07%) and at the major level with 14 potential (24.56%). Keywords: Drug Interaction, Stroke ABSTRAKKebanyakan pasien stroke menerima obat polifarmasi karena sebagian besar pasien stroke mengalami komplikasi. Terapi penyakit stroke sangat penting karena jika terjadi interaksi dapat menyebabkan peningkatan risiko pasien dirawat rawat inap dan biaya perawatan kesehatan akan lebih tinggi. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif yang bertujuan untuk mengetahui prevalensi interaksi obat potensial yang terjadi pada pasien stroke rawat inap di RSUP Prof. Dr. R. D. Kandou Manado dengan pengambilan data secara retrospektif pada bulan oktober-desember 2017. Sampel diperoleh sebanyak 40 pasien. Hasil penelitian menunjukan adanya interaksi obat potensial pada 20 pasien (50%), dengan jumlah potensial interaksi sebanyak 57 kejadian. Berdasarkan mekanismenya, 30 kejadian (52,63%) merupakan farmakokinetik, 15 kejadian (26,31%) termasuk dalam kombinasi farmakokinetik dan farmakodinamik dan 12 kejadian (21,05%) merupakan farmakodinamik. Tingkat keparahan potensial interaksi obat, pada tingkat moderate didapati 27 potensi (47,36%), pada tingkat minor 16 potensi (28,07%) dan pada tingkat major dengan 14 potensi (24,56%). Kata Kunci: Interaksi Obat, Stroke
scite is a Brooklyn-based organization that helps researchers better discover and understand research articles through Smart Citations–citations that display the context of the citation and describe whether the article provides supporting or contrasting evidence. scite is used by students and researchers from around the world and is funded in part by the National Science Foundation and the National Institute on Drug Abuse of the National Institutes of Health.
customersupport@researchsolutions.com
10624 S. Eastern Ave., Ste. A-614
Henderson, NV 89052, USA
This site is protected by reCAPTCHA and the Google Privacy Policy and Terms of Service apply.
Copyright © 2024 scite LLC. All rights reserved.
Made with 💙 for researchers
Part of the Research Solutions Family.