Food security has always been a topic of keen interest to policy-makers, practitioners, and academics worldwide. In the operational sense, food security concerns the availability, accessibility, and stability of its procurement. The leading indicators of food security at the household level access (physical and economic) to food, food availability and risks associated with food access and availability. A study was conducted by utilizing data from several government institutions to examine the level of regional and household food security of East Java Province. The result showed that the food security level of East Java Province has increased between 2010 and 2017, mainly because of improvements in several indicators of food security and nutrition. However, two main challenges require serious attention, namely: a) increasing economic access to food, mainly through increased investment and infrastructure and b) addressing increased vulnerability to the risk of climate change. In conclusion, this paper discusses information and suggestions to improve the food security level in the province, including approaching programs and policies related to the issues.
Tujuan pengabdian masyarakat adalah membangun persepsi yang baik terhadap pertanian dan menumbuhkan budaya bertani pada anak remaja agar kegiatan bertani menjadi kesenangan dan kebiasaan. Dengan menerapkan teknik vertikultur di lahan pekarangan rumah diharapkan akan dapat mengubah pandangan. Pengabdian masyarakat dilaksanakan pada bulan Agustus sampai September 2019 di desa Nglaban, Kecamatan Loceret, Kabupaten Nganjuk. Pelaksanaan kegiatan terdiri dari penyuluhan, pelatihan, pendampingan praktik serta monitoring dan evaluasi. Dengan metode penyuluhan dan pelatihan teknologi vertikultur ini berhasil menimbulkan persepsi yang positif serta minat para remaja untuk melanjutkan kegiatan pertanian. Para remaja dapat mempraktikkan budidaya dengan teknik vertikultur dan menyatakan menyukai kegiatan ini setelah melihat hasil dari pekerjaan yang dilaksanakan bersama dengan tim pendamping. Para remaja rajin melanjutkan pemeliharaan terhadap tanaman yang dibudidayakan hingga panen dan ingin mempraktikannya secara mandiri di rumah masing-masing dengan berbagai jenis tanaman pangan semusim yang diinginkan. Dengan dimulai dari membangun persepsi dan rasa senang akan timbul keinginan untuk melaksanakan yang kemudian akan menjadi kebiasaan yang sulit ditinggalkan. Dengan terbentuknya kebiasaan pada sesoreng, maka jika ada ruang dan waktu dan kesempatan akan timbul keinginan untuk mempraktikan, karena menurut teori Habitus , kabiasaan adalah penggerak pikiran.
The partnership in the broiler farming business triggers an increase in the broiler population. It motivates prospective breeders to do broiler farming due to the availability of assistance in terms of capital, management, as well as marketing. However, many prospective breeders believe the rumors that the partnership pattern is not that attractive. The purpose of this study was to determine the differences in the costs and income of the broiler farming business between the independent and partnership pattern business. The study also examined the differences in the feasibility of both patterns in the broiler farming business in Jombok Village, Pule District, Trenggalek Regency. This research utilized a case study method. From the study results, it was known that there was a significant difference in the cost of broiler farming business of both patterns. The cost of broiler farming of the partnership pattern was higher than of the independent pattern. The income of broiler farming of the partnership pattern tended to be smaller than the independent pattern. However, the average return from the partnership pattern broiler business was more significant than the independent pattern. Although the two patterns of broiler farming were feasible, the revenue and cost ratio in the independent broiler farming business was greater than that of the partnership broiler business. It can be concluded that from an economic point of view, broiler farming with an independent pattern was more profitable than a partnership pattern. Pola kemitraan pada usaha ternak ayam memicu meningkatnya populasi ayam. Pola kemitraan memotivasi calon peternak untuk melakukan usaha ternak ayam karena ketersediaan bantuan dalam hal modal, manajemen, dan juga pemasaran. Meski demikian, calon peternak banyak yang mempercayai rumor yang beredar yang menyatakan bahwa pola kemitraan tidak semenarik itu. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui perbedaan biaya dan pendapatan serta kelayakan usaha ternak ayam ras broiler pola kemitraan dan pola mandiri di Desa Jombok, Kecamatan Pule, Kabupaten Trenggalek. Penelitian menggunakan metode studi kasus. Dari hasil penelitian dapat diketahui bahwa terdapat perbedaan biaya yang signifikan pada biaya peternakan ayam ras broiler antara kedua model tersebut. Biaya peternakan ayam ras broiler model kemitraan lebih tinggi daripada model mandiri, dan pendapatan peternakan ayam ras broiler model kemitraan seringkali lebih rendah daripada model mandiri. Namun ratarata pendapatan dengan model kemitraan lebih besar dibandingkan dengan model mandiri. Meskipun kedua jenis model usaha peternakan ayam ras broiler tersebut layak, namun rasio pendapatan dan biaya dari usaha peternakan ayam ras broiler mandiri lebih tinggi dibandingkan dengan usaha broiler kemitraan. Dapat disimpulkan bahwa dari segi ekonomi, peternakan ayam ras broiler mandiri lebih menguntungkan daripada kemitraan.
Pemasaran memegang peranan vital dalam suatu sistem agribisnis dengan membentuk mata rantai distribusi produk yang menghubungkan petani dengan konsumen akhir. Penelitian di sentra produksi bawang merah, Desa Sumberjo Kabupaten Nganjuk dilakukan untuk mengkaji tingkat efisiensi ekonomis masing-masing saluran pemasaran bawang merah berdasarkan pola pemasaran yang terbentuk, nilai persentase marjin pemasaran dan bagian yang diterima petani bawang merah, dan mengkaji tugas dan fungsi lembaga-lembaga pemasaran bawang merah. Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan menunjukan terdapat tiga saluran pemasaran bawang merah, yaitu saluran pemasaran I yang terdiri dari petani, pedagang pengumpul, pedagang besar, dan pedagang luar kota; saluran pemasaran II terdiri dari petani, pedagang pengumpul, pedagang pengecer, dan konsumen rumah tangga; saluran pemasaran III terdiri dari petani, pedagang besar, dan pabrik/industri. Total biaya yang dikeluarkan saluran pemasaran I sebesar Rp1000/kg dengan total keuntungan sebesar Rp900/kg, sementara untuk total biaya saluran II sebesar Rp1000/kg dengan total keuntungan Rp1300/kg, dan untuk saluran III total biaya sebesar Rp800/kg dengan total keuntungan Rp700/kg. Berdasarkan marjin harga, saluran III merupakan saluran yang paling efisien secara ekonomis dengan bagian yang diterima petani sebesar 90,47.
scite is a Brooklyn-based organization that helps researchers better discover and understand research articles through Smart Citations–citations that display the context of the citation and describe whether the article provides supporting or contrasting evidence. scite is used by students and researchers from around the world and is funded in part by the National Science Foundation and the National Institute on Drug Abuse of the National Institutes of Health.
customersupport@researchsolutions.com
10624 S. Eastern Ave., Ste. A-614
Henderson, NV 89052, USA
This site is protected by reCAPTCHA and the Google Privacy Policy and Terms of Service apply.
Copyright © 2024 scite LLC. All rights reserved.
Made with 💙 for researchers
Part of the Research Solutions Family.