Keywords: physical maturity, mature religion, spiritual development, early childhood AbstrakKedewasaan jasmani belum tentu berkembang setara dengan perkembangan rohani. Umumnya orang dewasa memiliki pola kematangan rohani tetapi dalam beberapa kasus keduanya tidak berkembang secara seimbang. Secara fisik, seseorang mungkin sudah dewasa tetapi secara rohani ia ternyata belum matang, termasuk kematangan keberagamaannya. Nilai-nilai keagamaan perlu ditanamkan kepada anak sejak usia dini. Perkembangan jasmani diukur berdasarkan umur kronologis. Puncak perkembangan jasmani yang dicapai manusia disebut dengan kedewasaan. Perkembangan rohani diukur berdasarkan tingkat kemampuan; pencapaian tingkat abilitas tertentu bagi perkembangan rohani disebut dengan istilah kematangan.Kata kunci: kedewasaan jasmani, kematangan keberagamaan, perkembangan spiritual, anak usia dini
Penelitian ini bertujuan mendeskripsikan dan mengetahui hasil pelaksanaan pengembangan kecerdasan interpersonal serta memberikan kontribusi positif sekaligus menjadi bahan pertimbangan untuk RA Bintang Zuhra Takengon Aceh Tengah, Aceh. Penelitian kualitatif ini, menggunakan pendekatan psikologis dan sosiologis. Teknik pengumpulan data melalui pengamatan partisipatif, wawancara, dan dokumentasi. Selanjutnya dianalisis melalui reduksi data, penyajian data, pengambilan kesimpulan, dan verifikasi data. Subjek penelitian kelas B sebanyak 19 orang terdiri dari 12 perempuan dan 7 laki-laki disemester genap. Kegiatan beragam dilakukan anak untuk pengembangan sikap, kebiasaan, dan pemahaman dengan bermain sambil belajar. Hasil penelitian menunjukkan; (1) Pengembangan kecerdasan interpersonal anak dilakukan dengan menanamkan sikap keteladanan, tanggung jawab, pembiasaan, keberanian, dan displin; (2) Hasil penilaian menunjukkan bahwa persentase penilaian anak berjumlah 81,82%. Itu artinya kecerdasan interpersonal anak berada pada level baik; dan (3) Dari hasil yang dicapai menunjukkan adanya relevansi peningkatan kecerdasan interpersonal anak dengan kegiatan yang ada di RKH.
Penelitian ini bertujuan mendeskripsikan dan mengetahui hasil pelaksanaan pengembangan kecerdasan interpersonal serta memberikan kontribusi positif sekaligus menjadi bahan pertimbangan untuk RA Bintang Zuhra Takengon Aceh Tengah, Aceh. Penelitian kualitatif ini, menggunakan pendekatan psikologis dan sosiologis. Teknik pengumpulan data melalui pengamatan partisipatif, wawancara, dan dokumentasi. Selanjutnya dianalisis melalui reduksi data, penyajian data, pengambilan kesimpulan, dan verifikasi data. Subjek penelitian kelas B sebanyak 19 orang terdiri dari 12 perempuan dan 7 laki-laki disemester genap. Kegiatan beragam dilakukan anak untuk pengembangan sikap, kebiasaan, dan pemahaman dengan bermain sambil belajar. Hasil penelitian menunjukkan; (1) Pengembangan kecerdasan interpersonal anak dilakukan dengan menanamkan sikap keteladanan, tanggung jawab, pembiasaan, keberanian, dan displin; (2) Hasil penilaian menunjukkan bahwa persentase penilaian anak berjumlah 81,82%. Itu artinya kecerdasan interpersonal anak berada pada level baik; dan (3) Dari hasil yang dicapai menunjukkan adanya relevansi peningkatan kecerdasan interpersonal anak dengan kegiatan yang ada di RKH.
Semua anak mempunyai potensi untuk kreatif dengan tingkatan kreativitasnya yang beragam, maka diperlukanlah dukungan dari lingkungan yang baik. Sejatinya pembelajaran di PAUD lebih menekankan pada kemampuan berpikir akademik (konvergen) sementara proses berpikir kreatif (divergen) menjadi jarang disentuh. Orangtua dan guru dapat membantu mengembangkan kreativitas anak dengan menciptakan situasi belajar sambil bermain. Anak dapat mengembangkan kreativitasnya dengan menaruh kepercayaan terhadap kemampuan dirinya, berani mengembangkan gagasan baru, dan memiliki kesempatan bermain sesuai dengan minat dan bakatnya. Pendidikan yang diberikan dapat menstimulasi anak usia dini agar mereka lebih berkembang dan kreatif. Guru dan orangtua tidak hanya membuat anak pintar dalam sesaat dengan memaksakan anak harus belajar sesuatu yang tidak sesuai dengan daya kemampuannya. Tindakan itu akan mematikan kreativitas anak dan hasilnya anak tidak mempunyai kepercayaan diri. Memberikan penghargaan bagi setiap hasil karya anak akan memberikan dorongan positif bagi anak dari pada hukuman dan komentar negatif yang membuat anak menjadi takut dan terpojokkan. Kreativitas akan tumbuh pada tempat yang tepat, tempat yang memiliki dua syarat yaitu; (1) rasa aman dari gangguan dan tekanan; dan (2) kemerdekaan psikologis. Anak-anak yang tidak merasa aman karena dinakali teman, takut kotor, takut jatuh, takut dimarahi, takut dicela, takut dicemooh, akan mengalami hambatan proses kreativitas. Sebaliknya, anak-anak yang memperoleh rasa aman, akan memulai segala aktivitas dengan perasaan lapang dan menyenangkan. “Inovasi-inovasi” akan lahir ketika anak merasakan ketiadaan ancaman. Bagaimana mungkin seorang anak dapat bermain dan belajar dengan nyaman bila mereka harus berada dalam ruang yang sempit, pengap dan gelap. Lantas bagaimana bisa tumbuh rasa ingin tahu anak bila ia selalu berhadapan dengan lingkungan yang kosong”, “rapi” dan “steril”. Adanya praktik pendidikan yang kurang menghargai kebebasan anak sebagai praksis pendidikan yang membelenggu, bukan membebaskan.
scite is a Brooklyn-based organization that helps researchers better discover and understand research articles through Smart Citations–citations that display the context of the citation and describe whether the article provides supporting or contrasting evidence. scite is used by students and researchers from around the world and is funded in part by the National Science Foundation and the National Institute on Drug Abuse of the National Institutes of Health.
customersupport@researchsolutions.com
10624 S. Eastern Ave., Ste. A-614
Henderson, NV 89052, USA
This site is protected by reCAPTCHA and the Google Privacy Policy and Terms of Service apply.
Copyright © 2025 scite LLC. All rights reserved.
Made with 💙 for researchers
Part of the Research Solutions Family.