Augmented Reality (AR) merupakan teknologi terkini yang dapat menjadi solusi bagi pendidik untuk menyajikan pembelajaran yang inovatif, informatif, menarik, dan dapat menyajikan objek maya secara virtual 3D dalam bentuk nyata serta disajikan secara real time (waktu nyata), sehingga mampu menyajikan konsep abstrak menjadi lebih nyata. Penelitian ini bertujuan untuk mengembangkan aplikasi pembelajaran Biologi menggunakan teknologi AR berbasis Android pada konsep sistem saraf yang layak dan efektif digunakan dalam pembelajaran Biologi. Metode penelitian pengembangan yang digunakan pada penelitian ini adalah model pengembangan menurut Akker dengan empat tahapan, yaitu tahapan penelitian pendahuluan (Preliminary Research), tahapan prototipe (Prototyping Stage), tahapan evaluasi sumatif (Summative Evaluation) serta refleksi sistematik dan dokumentasi (Systematic Reflection and Documentation). Instrumen penelitian yang digunakan terdiri atas tes (penguasaan konsep) dan non tes (lembar penilaian ahli, angket, dan wawancara).Data kemudian dianalisis secara kualitatif dan kuantitatif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa media pembelajaran Biologi berbasis AR yang dikembangkan menurut penilaian ahli termasuk layak (valid) digunakan dengan ketegori sangat baik untuk aspek media, kategori baik untuk aspek konten, dan kategori sangat baik untuk aspek pedagogik. Berdasarkan hasil implementasi dalam pembelajaran Biologi media AR yang dikembangkan tergolong efektif dan dapat meningkatkan pencapaian ketuntasan belajar siswa sebesar 76%.
Dunia kerja abad 21 menghendaki pekerja memiliki penguasaan di bidang sains dan teknologi serta berbagai keterampilan berkomunikasi, berpikir kritis, kreativitas dan kemampuan kolaboratif. Pembelajaran IPA khususnya di Indonesia pada umumnya belum mengarahkan siswanya untuk menguasai keteramapilan tersebut. Untuk itu perlu dikembangkan pembelajaran yang mampu mengintegrasikan Science, Technology, Engineering, Arts and Mathematics melalui Implementasi STEAM dalam pembelajaran abad 21 ini. Pembelajaran STEAM mampu meningkatkan penguasaan akademis siswa juga mengimplementasikannya dalam kehidupan siswa sehari-hari sehingga diharapkan melalui pembelajaran STEAM ini mampu melatih keterampilan abad 21 pada siswa. Implementasi STEAM dalam Pembelajaran merupakan proses penerapan ide, gagasan, dan konsep yang terkandung dalam meta disiplin ilmu dalam sebuah pembelajaran yang diharapkan dapat meningkatkan kemampuan baik dalam aspek kognitif, afektif maupun psikomotorik peserta didik dalam menghadapi kemajuan Teknologi. Dalam penelitian ini dibahas bagaimana implementasi STEAM dalam pembelajaran Abad 21, khususnya pembelajaran IPA. Penelitian ini bertujuan untuk memberikan manfaat terkait STEAM (Science, Technologi, Engineering, Arts and Mathematics dan Imlementasinya dalam pembelajaran Abad 21 khususnya pembelajaran IPA di sekolah, baik guru, maupun dosen sebagai pelaku pembelajaran.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kelayakan dan ketertarikan dari media pembelajaran praktikum virtual berbasis aplikasi android pada konsep materi hewan invertebrata. Penelitian ini merupakan penelitian pengembangan (R&D) yang mengadopsi model pengembangan Thiagrajan, S., dkk. Menggunakan teknik pengumpulan data non tes berupa angket pakar/ahli media, ahli materi, dan ahli bahasa dan angket respon respon siswa. Hasil penilaian kelayakan media pembelajaran praktikum virtual berbasis androis oleh pakar/ahli media 71,7% dengan kriteria layak, penilain ahli materi 91,5% dengan kriteria sangat layak, penilaian ahli bahasa 89,5% dengan kriteria sangat layak,. Hasil respon siswa sebesar 77% dalam kategori menarik. Berdasarkan hasil penelitian ini bahwa penegembangan media pembelajaran praktikum virtual berbasis android pada konsep hewan invertebrata dapat dijadikan salah satu alternatif pembelajaran biologi khususnya dalm kegiatan praktikum, serta meningkatkan berpikir kreatif siswa. Kata Kunci : praktikum virtual, media pembelajaran, berpikir kreatif, hewan invertebrata.
Information technology is determinant factor in creating learning environment among the 21st Century generation. This qualitative descriptive research aimed to obtain theoretical views and empirical evidences of the blended-problem based learning (PBL) application. The data were collected through non-test technique through observation. The observations were made to analyze student activities in each step of the blended-PBL. In addition, the observations were also constructed to get a view of students' off-task behaviors during learning. The results of this study indicated that Google Classroom-assisted blended-PBL was well implemented in Biology learning. The all students actively participated in searching for information related to the topics covered as well as exhibiting off-task behavior. Based on the findings in this study it can be concluded that blended-PBL can be implemented as an alternative model for learning Biology in the 21st Century.
Background and Objectives: Food hygiene and sanitation in various food industries or processed food service providers requires special attention from the government during this pandemic, where the sector remains a necessity for the entire community. Monitoring and evaluation are urgently needed in order to break the chain of transmission and eliminate the risk of contamination of food during processing or during packaging. This study was conducted to determine the relationship between knowledge and food hygiene and sanitation practices at public facilities providing processed food.Methods: This research is an observational study using a cross sectional design. The population in this study is the food service industry of class A2 and A3. Determination of respondents in this study was done by purposive sampling. The instrument used in this study was a questionnaire from FAO related to policies regarding the impact of COVID-19 on food safety and nutrition.Results: The results showed that the knowledge of the majority of food handler and presenters was 18 (47.4%) and the application of food hygiene and sanitation was also low 28 (73.8%). Food handlers and presenters with good knowledge have better compliance in implementing food hygiene and sanitation compared to food handlers and presenters who have sufficient and less knowledge (p value 0.05).Conclusions and Implications: Low knowledge of food handlers and presenters is known to be one of the factors not implementing food hygiene and sanitation so that it has the potential to increase the spread of the SAR-CoV-2 virus. One strategy that can be done is to provide continuous socialization and education through various mass media using a cultural approach. Keywords: Hygiene; Sanitation; Food; Pandemic.
scite is a Brooklyn-based organization that helps researchers better discover and understand research articles through Smart Citations–citations that display the context of the citation and describe whether the article provides supporting or contrasting evidence. scite is used by students and researchers from around the world and is funded in part by the National Science Foundation and the National Institute on Drug Abuse of the National Institutes of Health.
customersupport@researchsolutions.com
10624 S. Eastern Ave., Ste. A-614
Henderson, NV 89052, USA
This site is protected by reCAPTCHA and the Google Privacy Policy and Terms of Service apply.
Copyright © 2024 scite LLC. All rights reserved.
Made with 💙 for researchers
Part of the Research Solutions Family.