Kapitasi berbasis pemenuhan komitmen pelayanan (KBKP) merupakan salah satu sistem pembayaran dalam program jaminan kesehatan nasional pada puskesmas untuk meningkatkan pelayanan yang efektif dan efisien sehingga mutu layanan yang diberikan dapat terjaga. Kabupaten Jember sebagai salah satu kabupaten yang menjalankan kebijakan tersebut, namun diketahui terdapat kendala dalam pelaksanaan kebijakan tersebut. Penilaian terhadap puskesmas melalui KBKP dilihat berdasarkan pencapaian indikator yang meliputi angka contact rate, rasio rujukan rawat jalan non spesialistik, rasio peserta prolanis dan 1 indikator tambahan yaitu kunjungan rumah. Namun pelaksanaan kebijakan ini terdapat beberapa permasalahan yang dapat menghambat pencapaian target. Penelitian ini menggunakan metode Riset Implementasi. Riset ini membahas berbagai masalah implementasi dalam konteks yang beragam dimana pengambilan datanya dilakukan secara kualitatif (indepth interview) dan kuantitatif (analisis data sekunder). Evaluasi pelaksanaan KBKP tahun 2016 menunjukkan masih banyaknya tantangan dan hambatan sehingga BPJS Kesehatan mengeluarkan petunjuk teknis terkait KBKP. Tujuan penyusunan petunjuk teknis tersebut adalah memberikan panduan bersama pelaksanaan pembayaran kapitasi berbasis pemenuhan komitmen pelayanan di FKTP. Pemerintah daerah diketahui kurang terlibat dalam kebijakan KBKP tersebut, tidak terdapat kebijakan yang mendukung kebijakan KBKP di tingkat kabupaten. Pencapaian target indikator yang telah ditetapkan dalam regulasi KBKP masih sulit dicapai oleh puskesmas khususnya pada indikator contact rate, pencapaian target indicator contact rate hanya 15 puskesmas (30%). Pencapaian indikator rujukan non spesialistik yang telah ditetapkan dalam regulasi KBKP selalu dapat dicapai oleh puskesmas (100%), namun indikator prolanis target pencapaiannya hanya 38 puskesmas dari 50 puskesmas yang dapat mencapai (76%). Sulitnya pencapaian target indikator contact rate karena petugas kesehatan di puskesmas tidak sempat meng-entry data kontak sehat dan kontak sakit pada aplikasi P Care. Diketahui KBKP dapat meningkatkan kepuasan peserta karena memaksa puskesmas untuk meningkatkan contact rate dengan peserta JKN dan merasa di ‘spesial’kan dengan program prolanis. Kebijakan KBKP juga dapat meningkatkan mutu pelayanan puskesmas karena puskesmas harus meningkatkan sarana prasarana agar 145 diagnosis tersebut dapat diselesaikan.
WHO menyebutkan bahwa persentase akibat penyakit tidak menular lebih besar dibandingkan penyakit penular. Tren kematian akibat Penyakit Tidak Menular di Indonesia mengalami peningkatan setiap tahunnya. Tujuan penelitian adalah peramalan terkait jumlah kasus penyakit hipertensi di Kabupaten Jember sebagai bahan pertimbangan dalam pengambilan keputusan terkait perencanaan pengembangan maupun perbaikan strategi pengendalian penyakit hipertensi. Metode peramalan menggunakan metode time series dibantu oleh aplikasi POM-QM. Hasil penelitian menunjukkan kemungkinan kasus hipertensi untuk 36 bulan yang akan datang memiliki pola yang sama dengan data actual. Nilai MAPE untuk kasus hipertensi pada laki-laki adalah 25,71% ; pada perempuan adalah 19,63%; pada usia ≤ 44 tahun 98,42%; dan usia ≥ 45 tahun adalah 13,98%. Kesimpulan penelitian adalah kasus hipertensi di masa yang akan datang kemungkinan memiliki kemiripan kasus dengan pola data aktual. Rekomendasi penelitian adalah metode peramalan dapat digunakan sebagai alternatif untuk membantu mengambil keputusan terkait kasus hipertensi. Selain itu, dapat dilakukan penghitungan health expenditure dari kasus hipertensi untuk dapat memperkirakan kemungkinan biaya yang dibutuhkan kasus hipertensi di masa yang akan datang perencanaan strategi untuk meningkatkan keberhasilan baik program, kegiatan maupun anggaran untuk mengendalikan kasus hipertensi di Kabupaten Jember.
Marketing mix in hospital is a group of controllable variables that can be used by hospitals to influence the reaction of service buyers. The marketing mix consisting of 7P (Product, Price, Place, Promotion, Process, Person, and Physical Evidence) can affect patient loyalty. This study aims to analyze the relationship between marketing mix and patient loyalty. The study method used is analytic with cross sectional design. The sample of study is 90 respondents using systematic random sampling technique. The result showed that most respondents rated the product mix (82%), the price mix (81%), the place mix (72%), the process mix (79%), the mix (84%), and the physical evidence mix (82% ) is good. However, most respondents rated promotion mix (92%) classified as less good. Based on the results, it is concluded that there is no significant relation between place mix and physical proof mix with patient loyalty, and there is significant relation between product mix, price mix, promotion mix, and process mix with patient loyalty. To increase loyalty patients can improve or maintain product mix, price mix, promotion mix, process mix, and people mix.
Data tim pengelola Sistem Informasi Kesehatan (SIK) Lumajang Dinas Kesehatan Kabupaten Lumajang menyebutkan bahwa permasalahan dalam pemanfaatan SIK yaitu puskesmas atau pengguna yang belum siap dan menerima aplikasi SIK Lumajang. Hanya 11 dari 25 puskesmas yang telah memanfaatkan aplikasi SIK Lumajang sebagai aplikasi sistem informasi manajemen di puskesmas. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi kesiapan pengguna dan pengaruhnya terhadap penerimaan aplikasi SIK Lumajang sebagai aplikasi sistem informasi manajemen puskesmas di Kabupaten Lumajang dengan konsep teori TRI dan TAM. Penelitian ini adalah penelitian kuantitatif dengan rancangan cross sectional, dilakukan di 11 Puskesmas yang telah memanfaatkan aplikasi SIK Lumajang. Pengambilan data menggunakan metode wawancara dengan kuesioner dan dokumentasi SIK Lumajang bulan September 2016 sampai dengan Oktober 2017. Sampel sebanyak 54 responden diambil dengan teknik multistage random sampling. Data yang dikumpulkan berupa tingkat kesiapan pengguna sistem informasi manajemen di puskesmas sebagai variabel bebas, serta data persepsi kegunaan, persepsi kemudahan, sikap terhadap penggunaan teknologi, niat perilaku menggunakan teknologi, perilaku atau penggunaan teknologi sesungguhnya sebagai variabel terikat. Uji bivariat dianalisis menggunakan uji regresi linier sederhana. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pengaruh antar variabel penelitian seluruhnya berpengaruh positif dan signifikan (p<0.05) sesuai dengan teori yang ada. Variabel dengan pengaruh terbesar terdapat pada niat perilaku menggunakan terhadap penggunaan teknologi sesungguhnya. Kata kunci: kesiapan pengguna; puskesmas; SIK lumajang
Abstract PKPR is a program developed since 2003 at the primary care level aimed as well as for access by teenagers to improve the health status of adolescents since. PKPR implemented since 2007 in 11 health centers in the regency and already strata. Visit data utilization in the 15-19 age PKPR, KIE activities amounted to 14.26%; health care amounted to 76.75%; and counseling by 1.71%; as well as with the achievements of PKPR utilization of 92.72% (33 224 adolescents) who has yet to reach the expected target is equal to 100%.The purpose of this study to analyze the factors that affect the utilization PKPR by school adolescents (15-19 years) in the working area of the regency health centers in 2019. This research is an analytic research with cross sectional design where data collection is done at one time. The research samples 96 adolescent proportioned Tlogosari health center, tamanan and Maesan the regency with the technique multistage sampling, Data were obtained through a questionnaire and documentation study. Data was analyzed using statistical test of chi-square or fisher's exact test and logistic regression in the form forward with a significance level α = 0.05. The results showed that the statistical chi-square test and Fisher's exact test for the predisposing characteristics, namely there is no influence of age (p = 0.554); gender (p = 0.853); level of education (p = 0.348); and knowledge (p = 0.584). Enabling characteristics of no effect, the ownership of health insurance (p = 0.784) and accessibility to health care (p = 1.000); and there are significant variables is the availability of health workers (p = 0.002) and health care (p = 0.000), the competence of health professionals (p = 0.002), and the time/speed of service (p = 0.012). Factors needs (perceived need) no effect (p = 1.000). The test results of multivariate logistic regression with forward stepwise method (likelihood ratio) is the most influential factor on the utilization PKPR is not available health facilities (p = 0.045) and less competent health workers (p = 0.001). Keywords: PKPR program, utilization PKPR, youth, access Abstrak PKPR ialah suatu program yang dikembangkan sejak tahun 2003 di tingkat puskesmas yang ditujukan serta untuk diakses oleh remaja guna meningkatkan status kesehatan remaja sejak. PKPR dilaksanakan sejak tahun 2007 pada 11 puskesmas di Kabupaten Bondowoso dan sudah strata. Data kunjungan pemanfaatan PKPR usia 15-19 tahun pada kegiatan KIE sebesar 14,26%; pelayanan kesehatan sebesar 76,75%; dan konseling sebesar 1,71%; serta dengan capaian pemanfaatan PKPR sebesar 92,72% (33.224 remaja) yang masih belum mencapai target yang diharapkan yaitu sebesar 100%. Tujuan penelitian ini untuk menganalisis faktor yang mempengaruhi pemanfaatan PKPR oleh remaja sekolah (15-19 tahun) di wilayah kerja puskesmas Kabupaten Bondowoso tahun 2019. Penelitian ini merupakan penelitian analitik dengan desain cross sectional dimana pengambilan data dilakukan pada satu waktu. Sampel penelitian 96 remaja yang diproporsikan pada Puskesmas Tlogosari, Tamanan dan Maesan Kabupaten Bondowoso dengan teknik multistage sampling. Data diperoleh melalui angket kuesioner dan studi dokumentasi. Analisis data dilakukan dengan uji statistik chi-square atau fisher’s exact test dan regresi logistik berupa forward dengan tingkat signifikansi α = 0,05. Hasil penelitian menunjukkan bahwa uji statistik chi-square dan fisher’s exact test untuk karakteristik predisposisi tidak terdapat pengaruh yaitu umur (p=0,554); jenis kelamin (p=0,853); tingkat pendidikan (p=0,348); dan pengetahuan (p=0,584). Karakteristik enabling tidak terdapat pengaruh yaitu kepemilikan asuransi kesehatan (p=0,784) dan aksesibilitas menuju pelayanan kesehatan (p=1,000); serta variabel yang terdapat pengaruh ialah ketersediaan tenaga kesehatan (p=0,002) dan fasilitas kesehatan (p=0,000), kompetensi tenaga kesehatan (p=0,002), dan waktu/kecepatan pelayanan (p=0,012). Faktor kebutuhan (perceived need) tidak terdapat pengaruh (p=1,000). Hasil uji multivariat regresi logistik dengan metode forward stepwise (likelihood ratio) faktor yang paling berpengaruh terhadap pemanfaatan PKPR adalah tidak tersedia fasilitas kesehatan (p=0,045) dan tenaga kesehatan kurang kompeten (p=0,001). Kata Kunci: program PKPR, pemanfaatan PKPR, remaja, akses
scite is a Brooklyn-based organization that helps researchers better discover and understand research articles through Smart Citations–citations that display the context of the citation and describe whether the article provides supporting or contrasting evidence. scite is used by students and researchers from around the world and is funded in part by the National Science Foundation and the National Institute on Drug Abuse of the National Institutes of Health.
customersupport@researchsolutions.com
10624 S. Eastern Ave., Ste. A-614
Henderson, NV 89052, USA
This site is protected by reCAPTCHA and the Google Privacy Policy and Terms of Service apply.
Copyright © 2025 scite LLC. All rights reserved.
Made with 💙 for researchers
Part of the Research Solutions Family.