Konstruk Technology Acceptance Model yang sering dikenal dengan TAM merupakan konsep yang dipakai untuk mengukur kehandalan sebuah aplikasi teknologi. Kebanyakan untuk mengetahui seberapa handal sebuah teknologi yang diluncurkan dengan persepsi yang dibuat oleh masyarakat. Pada penelitian ini yang hendak diukur dalam TAM adalah layanan Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) Surya Sembada Kota Surabaya yang telah meluncurkan Mobile Application. Metode penelitian dengan Jenis penelitian ini menggunakan pendekatan penelitian eksplanatori (explanatory research). Sampel yang dipilih adalah 76 orang pelanggan PDAM Surya Sembada Kota Surabaya di Wilayah Kelurahan Dukuh Menanggal Kecamatan Gayungan Kota Surabaya. Analisa data menggunakan Partial Least Square (PLS). Kesimpulannya adalah Ada Pengaruh persepsi kemudahan (perceived ease of use) terhadap transaksi sesungguhnya (actual usage) pengguna mobile application PDAM Surya Sembada Kota Surabaya karena nilai thitung = 7,033 ( > 1,96) artinya pengguna aplikasi ini lebih memilih konstruk kemudahan sebagai alasan untuk melakukan transaksi informasi tagihan rekening dibandingkan dengan konstruk yang lain yaitu persepsi kegunaan dan persepsi sikap konsumen.
Koperasi Usaha Wanita (KOPWAN) memang menjadi idola perekonomian di Kota Surabaya, melalui konsep yang dibuat Walikota Surabaya menjadikan koperasi ini berkembang lebih cepat, kendala utama koperasi dalam persaingan usaha adalah penerapan teknologi, dimana kopearsi dituntut untuk mampu melayani proses penjualan dan pemasaran dalam suatu sistem aplikasi. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui model penerimaan teknologi yang terdiri dari persepsi kegunaan, persepsi kemudahan dan data produk terhadap penggunaan sesungguhnya serta terhadap transaksi pembelian pada Koperasi Usaha Wanita Dukuh Menanggal. Sampel dalam penelitian ini terdiri atas 173 orang dan analisa data dalam penelitian ini menggunakan metode SEM (Structural Equation Modeling). Hasil Analisa data bahwa terdapat tiga variabel yang memiliki pengaruh secara signifikan yaitu persepsi kegunaan terhadap transaksi pembelian, perilaku konsumen terhadap transaksi pembelian dan persepsi kegunaan terhadap transaksi pembelian pada aplikasi pemasaran Koperasi Usaha Wanita Dukuh Menanggal, hal ini dibuktikan dengan nilai Critical Ratio (CR) di atas 1,96 dan probabilitas < 0,05.
Recently, the development of nanoparticle nickel oxide has increased due to their potential application such as biosensors, catalysts, solar cells, supercapacitors, and batteries. In this work, the addition of CTAB for nickel oxide nanoparticle synthesis using electrolysis was investigated. The nickel plates were used as anode and cathode in the electrolysis process. The process was operated at a constant voltage of 60 V for 30 minutes. The XRD result showed conformity with the Nickel oxide diffraction pattern. Meanwhile, the impurity from nickel hydroxide peaks still appeared. From FTIR characterization also indicates the band of Ni-O stretching vibration. The morphology characterization of nickel oxide using Scanning Electron Microscopy (SEM) showed the nanotube structure, while Transmission Electron Microscopy showed the nanoparticle size from 250.44 to 325.60 nm in length. On the other hand, the transformation of Ni(OH)2 to NiO has been shown using TGA characterization.
PT. Temprina Media Grafika (Jawa Pos Group) merupakan perusahaan yang bergerak dalam bidang percetakan atau grafika. Konsep pengendalian kualitas menjadi bagian terpenting karena Koran atau media cetak merupakan produk dengan proses produksi paling cepat. Analisis Critical to Quality digunakan untuk mengidentifikasi berbagai macam kecacatan yang dicatat dalam suatu produksi produk. Tujuan dari penelitian ini untuk menentukan berapa jumlah Critical to Quality (CTQ) pada kecacatam Koran dan bentuk perbaikannya. Menentukan peta kontrol (Control Chart) dari kejadian kecacatan yang ada pada Koran di PT. Temprina Media Grafika (Jawa Pos Group). Hasil penelitian ini CTQ (Critical to Quality dalam diagram pareto mencatat 4 kecacatan paling dominan, yaitu ; cetakan kotor sebanyak 3.148 sekitar (23%), register sebanyak 2.579 sekitar (18%), Kerataan tinta sebanyak 2.464 sekitar (18%), dan cetakan ghosting sebanyak 2.368 sekitar (17%). Peta kontrol dalam Critical to Quality menunjukkan yang mengalami out of control terdiri dua bagian yaitu; Pertama, cetakan kotor melebihi batas atas peta kontrol (Upper Control Limit) yang bernilai 303,08 dengan rata-rata kecacatan (Average) sebesar 197. Kedua, kerataan tinta dengan rentang poin kecacatan melebihi batas atas peta kontrol (Upper Control Limit) yang bernilai 293,62 dengan rata-rata kecacatan (Average) sebesar 200,43. Peta kontrol dalam Critical to Quality yang menunjukkan in control terdiri dua bagian yaitu; Pertama, Register dimana rentang poin kecacatan tidak melebihi batas atas peta kontrol (Upper Control Limit) yang bernilai 260,90 dengan rata-rata kecacatan (Average) sebesar 156,43. Kedua, Cetakan Ghosting dimana rentang poin kecacatan tidak melebihi batas atas peta kontrol (Upper Control Limit) yang bernilai 225,17 dengan rata-rata kecacatan (Average) sebesar 149,04.
Surabaya locomotive warehouse is one part of the company PT. Kereta Api Indonesia (Persero) as a place to store spare parts for repair and maintenance purposes, especially locomotives. The implementation of these inspections and repairs, of course, requires spare parts to facilitate the maintenance process which generally spare parts are placed in storage or warehouses. The problem in the Surabaya locomotive warehouse is that the arrangement of spare parts for bin boxes for each type of group is not always fixed so that the search becomes a bit hampered. This study aims to review the repair of bin box spare parts placement on a regular basis by using the First-In First-Out (FIFO) approach to sort bin box spare parts based on their movement flow. Based on the results of the analysis, the classification of bin boxes in each type of spare parts rack group based on the flow of movement in sequence is fast moving, medium moving, and slow moving. In the fast moving spare parts bin boxes are placed on the bottom row of shelves, bin boxes that have medium moving spare parts are placed on the second and third rows of shelves. Meanwhile, bin boxes that have slow-moving spare parts will be placed on the top shelf. After classifying the spare parts in the bin box, an addressing area is made on each row of the rack to determine the location of the spare part position.
scite is a Brooklyn-based organization that helps researchers better discover and understand research articles through Smart Citations–citations that display the context of the citation and describe whether the article provides supporting or contrasting evidence. scite is used by students and researchers from around the world and is funded in part by the National Science Foundation and the National Institute on Drug Abuse of the National Institutes of Health.
customersupport@researchsolutions.com
10624 S. Eastern Ave., Ste. A-614
Henderson, NV 89052, USA
This site is protected by reCAPTCHA and the Google Privacy Policy and Terms of Service apply.
Copyright © 2024 scite LLC. All rights reserved.
Made with 💙 for researchers
Part of the Research Solutions Family.