The phenomenon of wearing a face veil in Ende City has received a rather negative response from Catholics. The Catholics think that the face veil worn by Muslim women has created a social and emotional distance that disrupts the kinship system of Muslims and Catholics of the same ethnic culture. This study explores and analyzes the motivation for Muslims wearing the face veil, the reasons behind the response of Muslims and Catholics, and the negotiation efforts made by Muslims in responding to and accommodating the local culture of dressing among the Ende people. This study is qualitative research through in-depth interviews with Muslim and Catholic sources as well participant observations. This field study was conducted from July 2019 to December 2021. The data analysis process used was descriptive and interpretive. The findings of this study show that; first, the choice to wear the face veil comes from personal motivation towards piety of the faith of Muslim women. A face veil is not an expression of a suspicious radical movement and will not disrupt the kinship system as perceived by the Catholics. Second, it turns out that the response of the Catholics is due to the assumption that Muslim women who wear the face veil have left the local dress culture because they are adopting Arab culture and causing social rifts in daily life even though they are ethnically still brothers and sisters. Third, Ende Muslims combine the face veil with local clothing, the lawo-lambu, on different occasions. This combination is a negotiation process between personal autonomy towards a true Muslimah and a strategy to accommodate the beauty of the local dress, the lawo-lambu, so as not to lose their identity as Ende people who are predominantly Catholics.
Artikel ini bertujuan untuk mengkaji peran imam dan awam dalam membangun relasi antar iman. Penulis beralasan bahwa dinamika keberagamaan di tengah masyarakat lintas iman dewasa ini sudah menjadi sangat kompleks dan multi dimensi. Karena itu, peran tokoh agama dalam diri imam dan kaum awam sangat diperlukan untuk menggerakan dan merancang model relasi antar iman. Dengan menggunakan metode penelitian kepustakaan, studi ini kemudian menguraikan dasar-dasar teologis tentang sinergisitas imam dan awam beserta pandangan Gereja Katolik terhadap agama-agama lain. Dengan dasar teologis tersebut, penulis sampai pada anjuran untuk mere-design peran imam dan awam melalui dua model peran yakni: pertama, "membumikan" dialog teologis dan kedua, membentuk komunitas lintas iman. Dua model peran ini menurut penulis sudah menunjukkan keterlibatan imam dan awam yang tepat sasar serta praktis-nyata melalui langkah-langkah konkret yang lebih kontekstual.
rtikel ini bertujuan untuk memperkenalkan sebuah refleksi biblis-eklesiologis tentang karakter cinta pluralitas dengan berpedoman Kisah Para Rasul. Di kala merebaknya paham radikalisme yang anti terhadap pluralitas, tulisan ini mencoba membedah kekayaan Kisah Para Rasul, demi mengambil makna dan pesan biblis-eklesiologisnya dalam konteks pembentukan karakter anak bangsa, yang mampu mencintai keberagaman agama dan kepercayaan di Indonesia. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah kajian kepustakaan. Sumber-sumber yang relevan dengan tema pluralisme dan tinjauan-tinjauan biblis menjadi acuan dalam studi kepustakaan. Hasil yang diperoleh dari studi ini bahwa berbagai kisah dan tokoh-tokoh yang diulas dari Kisah Para Rasul, menunjukkan sebuah kisah iman dengan perjumpaan antarpribadi maupun dalam komunitas, demi membangun sebuah relasi mutual yang komunikatif dan mendalam. Peran tokoh-tokoh dan kisah-kisah tersebut telah menghadirkan sebuah pemahaman yang sangat inspiratif demi membentuk mentalitas hidup dan karakter pribadi pemeluk agama yang cinta pluralitas.
Fenomena radikalisme Islam telah menjadi wacana publik yang sangat mencemaskan, sebab model radikalisme Islam ini sangat identitk dengan kekerasan dan terorisme. Artikel ini mengulas radikalisme Islam sebagai sebuah fenomena global dalam bingkai keindonesiaan, yang memiliki penduduk Muslim terbanyak serta hidup dalam keberagaman. Melalui berbagai kajian kepustakaan serta temuan hasil riset, penulis mengangkat fakta radikalisme Islam yang termanifestasi dalam gerakan-gerakan islamisme, baik dalam konteks global maupun dalam konteks Indonesia. Tujuan utamanya adalah untuk memahami sejauh mana kiprah radikalisme Islam di Indonesia berimplikasi pada sistem berdemokrasi dan konteks pluralisme di Indonesia. Akhir dari uraian ini memuat catatan kritis terhadap radikalisme Islam di Indonesia untuk mengembalikan citra Islam yang rahmatan lil alamin (rahmat untuk alam semesta).
scite is a Brooklyn-based organization that helps researchers better discover and understand research articles through Smart Citations–citations that display the context of the citation and describe whether the article provides supporting or contrasting evidence. scite is used by students and researchers from around the world and is funded in part by the National Science Foundation and the National Institute on Drug Abuse of the National Institutes of Health.
customersupport@researchsolutions.com
10624 S. Eastern Ave., Ste. A-614
Henderson, NV 89052, USA
This site is protected by reCAPTCHA and the Google Privacy Policy and Terms of Service apply.
Copyright © 2024 scite LLC. All rights reserved.
Made with 💙 for researchers
Part of the Research Solutions Family.