Tuberculosis is one of the causes of morbidity and mortality that often occurs in children. WHO 2018 data states that there are 1.1 million cases of TB in children each year. One of the causes of TB in children is nutritional status. Poor nutritional status led to weak immunity and thus easier to be infected by tuberculosis. This study aims to analyze the correlation of nutritional status and the occurrence of TB in children aged 1-5 years old in Indonesia. This research is a quantitative study with a cross-sectional design using Riskesdas 2018 data. The sample of the study was children aged 1-5 years old with a total sample of 27779. The confounding variables were sex, residence area, BCG immunization, parents’ education status, parents’ employment status, the existence of smokers, and the physical condition of the house. Bivariate analysis using Chi-Square test and regression logistic for multivariate analysis. The variable associated with TB in children was nutritional status (p-value 0.02) PR 1.78 (95% CI; 1.1-2.9). Other variables related were the area of residence (p <0.05) PR 2.336 (95% CI 1.449-3.768) and the employment status of the father (PR 3.943 95% CI 1.584-9.815). There was a correlation between nutritional status and pulmonary tuberculosis in children aged 1-5 years in Indonesia. Further research is needed by using different designs and other variables. Abstrak TB paru merupakan salah satu penyebab kesakitan dan kematian yang sering terjadi pada anak. Data WHO 2018 menyebutkan terdapat 1,1 juta kasus TB anak terjadi setiap tahunnya. Salah satu penyebab TB anak adalah status gizi. Status gizi yang buruk membuat imunitas anak rentan sehingga dapat terserang TB paru. Penelitian ini bertujuan unuk melihat ada tidaknya hubungan status gizi terhadap kejadian TB paru anak usia 1-5 tahun di Indonesia. Penelitian kuantitatif studi crossectional dengan menggunakan data Riskesdas 2018. Sampel penelitian adalah anak usia 1-5 tahun dengan jumlah sampel 27779. Variabel perancu jenis kelamin, wilayah tempat tinggal, imunisasi BCG, status pendidikan orang tua, status pekerjaan orang tua, keberadaan perokok, dan kondisi fisik rumah. Analisis bivariat menggunakan uji Chi-Square dan multivariate menggunakan analisis regresi logistic ganda. Variabel yang berhubungan dengan TB paru anak adalah status gizi (p value 0,020) PR 1,78, (95% CI; 1,1-2,9). Variabel lainnya yang berhubungan adalah wilayah tempat tinggal (p value 0,00) PR 2,336 (95%CI 1,449-3,768) dan status pekerjaan ayah (PR 3,943 95%CI 1,584-9,815). Terdapat hubungan antara status gizi terhadap kejadian TB paru anak usia 1-5 tahun. Diperlukan penelitian lebih lanjut dengan desain yang berbeda dan variabel lainnya.
Angka Kematian Bayi (AKB) Indonesia masih yang tertinggi di ASEAN dengan penyebab utama kematian adalah penyakit infeksi saluran nafas dan diare yang dapat dicegah. Pencegahan dilakukan antara lain dengan pemberian ASI secara benar, termasuk inisiasi pemberian ASI dalam 30 menit pertama setelah lahir. Pemberian ASI segera dapat mempertahankan kadar hormon prolaktin dan mencegah pemberian makanan pralakteal. Penelitian ini bertujuan mengetahui gambaran dan determinan pemberian ASI segera pada bayi baru lahir di Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten Cianjur tahun 2007. Desain penelitian adalah potong lintang. Pengumpulan Sampel 92 orang ibu post partum yang melahirkan di RSUD Kabupaten Cianjur yang dipilih dengan cara convenience sampling. Pemberian ASI segera pada bayi baru lahir (30%) rendah. Pada analisis multivariat ditemukan bahwa faktor yang paling dominan berhubungan dengan pemberian ASI segera pada bayi baru lahir adalah perilaku penolong persalinan. Berdasarkan hasil penelitian ini disarankan untuk meningkatkan pengetahuan manfaat kolostrum dan pemberian susu segera, mendorong penolong persalinan memfasilitasi pemberian Asi segera dan menyempurnakan tata laksana rumah sakit yang mendukung pemberian ASI segera.Kata kunci : ASI segera, bayi baru lahirAbstractInfant Mortality Rate in Indonesia is the highest in ASEAN with Acute Respiratory Tract Infection and diarrhea as major causes of death. One mean of prevention is by providing breastmilk appropriately including immediate breastfeeding within the first 30 minutes after birth. Immediate breastfeeding could help maintain prolactin hormone level and prevent prelacteal feeding. This study aims ait describing the situation and determinants of immediate breastfeeding among newborn infants in Cianjur District General Hospital in 2007. Design of the study was cross-sectional and 92 subjects (post-partum mothers) were selected through convenience sampling method. The study found that the rate of immediate breastfeeding was quite low (30%). Multivariate analysis shows that the most dominant factor related to immediate breastfeeding practice was the practice of birth attendant. It is suggested to improve knowledge about benefits of colostrum and immediate breastfeeding, support birth attendant to facilitate immediate breastfeeding practice and improve hospital management system related to immediate breastfeeding practice.Keywords: immediate breastfeeding, newborn infant
Penelitian mengenai hubungan obesitas dengan risiko kejadian penyakit asma sudah banyak dilakukan namun masih jarang dilakukan penelitian yang mengambil sampel perempuan usia produktif (15-64 tahun). Tujuan penelitian ini adalah untuk mengevaluasi hubungan obesitas dalam menyebabkan asma pada perempuan usia produktif (15-64 tahun). Penelitian ini menggunakan data bersumber dari Indonesian Family Life Survey-5 (IFLS-5) tahun 2014 dengan desain penelitian cross sectional. Sampel yang dianalisis pada penelitian ini berjumlah 15.654 setelah memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi. Data sampel dianalisis dengan menggunakan uji regresi logistik untuk mengetahui besar risiko obesitas dalam menyebabkan asma. Hasil penelitian didapatkan prevalensi asma sebesar 2,91%. Hasil analisis menunjukkan bahwa perempuan usia produktif yang obesitas memiliki risiko 1,21 kali (95% CI 0,987-1,485) untuk mengalami asma (POR=1,21) dibandingkan dengan yang tidak obesitas setelah dikontrol dengan variabel merokok. Perlu adanya adanya promosi kesehatan lebih baik dan variatif untuk mencegah asma terutama pada perempuan obesitas pada umur 15-64 tahun.
TB RO menyebabkan beban pengendalian penyakit TB menjadi bertambah. Adanya penurunan angka keberhasilan pengobatan dari tahun 2010 sebesar 67,9% menjadi 51,1% di tahun 2013 dan peningkatan kasus pasien putus berobat mendorong Indonesia menerapkan pengobatan jangka pendek untuk meningkatkan angka keberhasilan pengobatan TB RO dan menurunkan kasus pasien putus berobat. Penelitian ini bertujuan untuk melihat status kesuksesan kesembuhan dari pengobatan TB RO dan faktor-faktor yang berhubungan dengan status kesuksesan kesembuhan dari pengobatan regimen pendek di Indonesia tahun 2017 dengan menggunakan data pasien TB RO yang tercatat dalam e-TB manager dari pasien-pasien berusia ≥ 15 tahun yang telah ada status hasil pengobatan regimen pendek maksimal pada bulan November 2018 dengan desain penelitian kohort retrospektif. Didapatkan 223 kasus dengan 104 (46,6%) pengobatan sukses dan sisanya yaitu 119 (53,4%) pengobatan tidak sukses. Hasil analisis bivariat dengan chi-square menunjukkan beberapa factor yang berhubungan dengan status kesuksesan kesembuhan dari pengobatan regimen pendek. Faktor-faktor ini ialah usia (crude RR 2,09, 95% CI 1,19–3,65), resistensi ofloksasin (crude RR 7,73, 95% CI 0,92–64,28) dan resistensi kanamisin (crude RR 0,47, 95% CI 0,39–0,57) memiliki hubungan yang signifikan secara statistik dengan kesuksesan kesembuhan dari pengobatan regimen pendek. Berdasarkan hasil penelitian ini, penderita TB RO dengan usia 45 tahun ke atas agar mendapatkan perhatian lebih dalam pengobatan regimen pendek ini karena berpeluang lebih rendah untuk mendapatkan status pengobatan yang sukses. Ketepatan data pada e-TB manager pun perlu dilihat kembali karena pada penelitian ini agar penelitian selanjutnya mendapatkan hasil yang akurat.
scite is a Brooklyn-based organization that helps researchers better discover and understand research articles through Smart Citations–citations that display the context of the citation and describe whether the article provides supporting or contrasting evidence. scite is used by students and researchers from around the world and is funded in part by the National Science Foundation and the National Institute on Drug Abuse of the National Institutes of Health.
customersupport@researchsolutions.com
10624 S. Eastern Ave., Ste. A-614
Henderson, NV 89052, USA
This site is protected by reCAPTCHA and the Google Privacy Policy and Terms of Service apply.
Copyright © 2025 scite LLC. All rights reserved.
Made with 💙 for researchers
Part of the Research Solutions Family.