The optical fiber sensing system is free from the effects of electromagnetic wave interference and radio frequency interference. The temperature difference between the incoming light source at one end of the fiber optic cable and the temperature of the sensor will cause a difference in wavelength between the incoming light source and the light reflected by a sensor or passed by a sensor. The difference in wavelength will be converted into RGB value, then the RGB value will be converted into a temperature. It becomes a strong reason why this research takes the topic of temperature sensor design using fiber optics. The method to design fiber optic sensors used in this research is experiment, such as: - heating the ends of the fiber optic core with analytic splicers so it will obtain spherical and oval shape of the optical fiber end, -peeling the jacket between two ends of the fiber optics and coating optical fiber with plates. The calibration and validation method is using RMSE (Root Mean Square Error) of the temperature which measured by Infrared thermometer and optical fiber sensor designed in this research. The test results for temperature measurements between 303oK to 543oK by using optical fiber sensor designed by researcher show that the reflected light model has error 1,596683 and forwarded light model has error 1,029278.
Kenaikan suhu pada fiber optik mengakibatkan kenaikan indeks bias dan Numerical Aperture, sehingga terjadinya rugi penyebaran dan penyerapan pada fiber optik. Maka dianggap perlu dilakukan penelitian yang membahas tentang pengaruh perubahan suhu terhadap panjang gelomboang pada media fiber optik berstruktur Singlemode-Multimode yang dihubungkan secara aksial. Fiber optik yang terhubung pada OSA dipanaskan mengunakan pemanas akan menunjukkan nilai panjang gelombang, nilai tersebut dikonversikan ke dalam warna. Kemudian mengkonversi ke dalam CCT sehingga menghasilkan nilai suhu dalam satuan kelvin. Pada penelitian ini menggunakan media fiber optik dengan struktur yang berbeda-beda yaitu singlemode, multimode, singlemode-multimode. Penyambungan pada tiap-tiap fiber optik menggunakan Fusion Splacer. Untuk sumber cahaya menggunakan Visual Fault Locator dengan panjang gelombang 660 nm dan 680 nm. Berdasarkan hasil pengujian dapat disimpulkan bahwa semakin tinggi suhu yang diberikan, maka semakin jauh pergeseran panjang gelombang. Kabel singlemode-multimode memiliki nilai pergeseran paling jauh yaitu sebesar 8,44 nm pada panjang gelombang 660 nm, serta sebesar 9,3 nm pada panjang gelombang 680 nm. Kabel singlemode-multimode memiliki nilai akurasi pengukuran paling baik. Karena pada panjang gelombang 660 nm, selisih antara nilai suhu yang terukur pada thermocouple dan yang terhitung pada matlab memiliki persentase rata-rata sebesar 0,54%. Sementara pada panjang gelombang 680 nm sebesar 0,63%
Dalam penelitian ini dapat diketahui pengaruh suhu terhadap Panjang gelombang dan frekuensi pada media fiber optic dengan menggunakan splitter dengan melihat panjang gelombang yang terukur ketika serat optic di panaskan menggunakan perantara alumunium sebagai sensor panas. Dengan suhu yang akan digunakan mulai dari suhu 270?C hingga 400?C.Pengukurn dilakukan dengan menggunakan perangkat Optical Spectrum Analyzer (OSA). Dari Variasi suhu yang diberikan menghasilkan kesimpulan bahwa semakin besar suhu yang diberikan, semakin jauh pergeseran panjang gelombang dan semakin kecil juga frekuensi yang dihasilkan. Panjang gelombang yang dihasilkan pada kabel fiber optic splitter 1 sampai dengan kabel fiber optic splitter 4 mempunyai nilai Panjang gelombang yang hampir sama mulai dari suhu 270°C- 400°C. perbedaan terjadi saat kabel sebelum di splitter dan setelah di seplitter. Tingkat kevalidan di setiap splitter mempunyai nilai persesn yang berbeda seperti pada splitter mempunyai nilai kevaildan 99.80%, splitter 2 dengan kevalida 99.72%, Splitter 3 dengan kevalidan 99.72% dan pada splitter 4 dengan kevalidan 99.70%
Hasil output layanan TV menggunakan sistem Hybrid Fiber Coaxial didapatkan kualitas sinyal sebesar 74% dengan jumlah channel sebanyak 49 channel. Nilai redaman dengan input 1 decoder receiver antena parabola menggunakan panjang kabel fiber optik 200 cm didapatkan nilai rugi-rugi 1,79 dB dan pada panjang kabel 2 km nilai rugi-rugi sebesar 8,91 dB. Sedangkan dengan input 2 decoder receiver antena parabola menggunakan panjang kabel fiber optik 200 cm didapatkan nilai rugi-rugi 1,93 dB dan pada panjang kabel 2 km nilai rugi-rugi sebesar 9,83 dB. Rata-rata deviasi error RGB pada hasil keluaran gambar televisi terbesar adalah Green sebesar 0,226% dan deviasi error terendah adalah Red sebesar 0,148%. Pengaruh output audio dan video sebelum ditambahkan perangkat fiber optik didapatkan, nilai tegangan output audio 1,792 V dan nilai tegangan output video 2,591 V. Setelah ditambahkan perangkat fiber optik nilai Tegangan output dengan 1 output televisi dan 1 decoder receiver pada panjang 200 cm audio 1,144 V dan video 1,167 V sedangkan pada panjang 2 km audio sebesar 0,834 V dan video sebesar 1,005 V.
scite is a Brooklyn-based organization that helps researchers better discover and understand research articles through Smart Citations–citations that display the context of the citation and describe whether the article provides supporting or contrasting evidence. scite is used by students and researchers from around the world and is funded in part by the National Science Foundation and the National Institute on Drug Abuse of the National Institutes of Health.
customersupport@researchsolutions.com
10624 S. Eastern Ave., Ste. A-614
Henderson, NV 89052, USA
This site is protected by reCAPTCHA and the Google Privacy Policy and Terms of Service apply.
Copyright © 2024 scite LLC. All rights reserved.
Made with 💙 for researchers
Part of the Research Solutions Family.