The objective of this work is to evaluate long-term energy demand and supply decarbonization in Indonesia. On the demand side, electric vehicles and biofuels for transportation and induction stoves and urban gas networks for households were considered. Based on the National Energy Policy, primary energy supply projections optimized NRE power plant use and increase NRE's position in the national energy mix. A Low Emissions Analysis Platform (LEAP) model evaluates 2020–2050 energy demand predictions and low-carbon energy systems. This study's sustainable transition options require two basic technical advances. First, electric vehicles and induction stoves would reduce oil fuel usage by 228.34 million BOE and LPG consumption by 24.65 million BOE. Second, power generation should be decarbonized using NRE sources such as solar, hydro, biomass, geothermal, and nuclear. In 2050, solar power (40 GW), hydropower (38.47 GW), geothermal power (10 GW), and other NRE (24.45 GW, 18.67 GW of which would be biomass power) would dominate NRE electrical capacity. Biomass co-firing for coal power plants would reach 36.35 million tons in 2050. In 2035, the Java-Bali or West Kalimantan system will deploy 1 GW of nuclear power reactors, rising to 4 GW by 2050. Under the Transition Energy (TE) scenario, by 2025 and 2050, new and renewable energy would make up 23% and 31% of the primary energy mix, respectively, reducing GHG emissions per capita. According to predictions, annual GHG emissions per capita will decline from the BAU scenario's 4.48 tonne CO2eq/capita in 2050 to the TE scenario's 4.1 tonne.
Berdasarkan peta jalan transisi energi, strategi utama yang disusun Pemerintah untuk menuju karbon netral di sisi kebutuhan energi adalah pemanfaatan kompor induksi dan pengembangan jaringan gas perkotaan di sektor Rumah Tangga serta penerapan kendaraan bermotor listrik berbasis baterai (KBLBB) untuk sektor transportasi. Selama periode 2020-2050, laju pertumbuhan PDB rata-rata sebesar 5,03% per tahun dan pertumbuhan penduduk sebesar 0,63% per tahun, mengakibatkan total kebutuhan energi final (tanpa biomasa ) untuk skenario BAU meningkat dari 845 juta SBM pada tahun 2020 menjadi 2.889 juta SBM pada tahun 2050 atau meningkat rata-rata sebesar 4,2% per tahun. Sedangkan untuk skenario transisi energi (TE), kebutuhan energi final tersebut hanya tumbuh sebesar 3,8% per tahun, atau naik menjadi hanya 2.593 juta SBM pada tahun 2050. Terlihat bahwa terjadi penurunan sekitar 10% pada total kebutuhan energi final, apabila dibandingkan dengan skenario BAU. Hal ini terjadi karena efisiensi kompor induksi dan kompor berbahan bakar gas jauh lebih efisien apabila dibandingkan efisiensi kompor LPG, karena itu akan menurunkan konsumsi LPG secara signifikan, yaitu sebesar 10,12 juta ton per tahun. Disamping itu percepatan penerapan program KBLBB di sektor transportasi juga akan menghemat penggunaan BBM secara signifikan bila diterapkan secara konsisten, dimana pada tahun 2050 tersebut terjadi penghematan kebutuhan bensin dan solar berturut turut sebesar 68 juta kilo liter dan 2,7 juta kilo liter. Di sisi lain, pada tahun yang sama, diprediksi akan terjadi kenaikan kebutuhan listrik untuk sektor transportasi dan sektor rumah tangga, berturut turut mencapai 232 TWh dan 74 TWh.
scite is a Brooklyn-based organization that helps researchers better discover and understand research articles through Smart Citations–citations that display the context of the citation and describe whether the article provides supporting or contrasting evidence. scite is used by students and researchers from around the world and is funded in part by the National Science Foundation and the National Institute on Drug Abuse of the National Institutes of Health.
customersupport@researchsolutions.com
10624 S. Eastern Ave., Ste. A-614
Henderson, NV 89052, USA
This site is protected by reCAPTCHA and the Google Privacy Policy and Terms of Service apply.
Copyright © 2024 scite LLC. All rights reserved.
Made with 💙 for researchers
Part of the Research Solutions Family.