Kontrasepsi merupakan metode untuk menghindari atau mencegah terjadinya kehamilan. Salah satu metode kontrasepsi efektif adalah implant. Berdasarkan hasil survey awal, pengguna implant hanya 2,5%. Hal itu dikarenakan kurangnya konseling dari bidan. Tujuan penelitian ini yaitu untuk mengetahui adanya pengaruh konseling terhadap persepsi tentang kontrasepsi implan di Puskesmas Pembantu Kelurahan Lawangan Daya Kecamatan Pademawu Kabupaten Pamekasan.Desain penelitian ini bersifat survey analitik, berdasarkan waktunya menggunakan cross sectional. Sampelnya adalah sebagian WUS yang tidak mengunakan kontrasepsi sebanyak 279 orang menggunakan teknik sampling probability sampling tipe simple random sampling. Teknik pengumpulan data dengan cara pengisian kuesioner dan cheklist. Uji statistik yang digunakan adalah Chi-Square.Berdasarkan tabulasi silang diketahui bahwa sebagian besar responden yang paham tentang kontrasepsi implant mempunyai persepsi positif yaitu sebanyak 140 responden (55,6 %). Berdasarkan uji statistik Chi-Square didapatkan nilai , dk = 1, X2 hitung = 4,84 > X2 tabel = 3,841, sehingga dapat disimpulkan bahwa H0 ditolak dan H1 diterima, yang berarti terdapat pengaruh konseling terhadap persepsi tentang kontrasepsi implant di Puskesmas Pembantu Kelurahan Lawangan Daya Kecamatan Pademawu Kabupaten Pamekasan. Maka di perlukan upaya dari petugas kesehatan untuk meningkatkan intensitas konseling/temu wicara dengan para WUS sebagai upaya promotif dalam pemakaian kontrasepsi implant.
The process of childbirth often results in tearing of the birth canal which causes bleeding in varying amounts. One source of bleeding that comes from perineal wounds that require optimal care. Based on data obtained from the Polindes Marengan Laok, it showed that 7 postpartum mothers (70%) had their perineal wounds in 1 week still wet, moist, some even had pus. The purpose of this study was to determine the effect of vulvar hygiene on the healing of perineal wounds on the 7th day of postpartum women. This type of research is correlation analytic. Based on the time this research uses cross sectional. The independent variable is vulva hygiene and the dependent variable is perineal wound healing. The population is 30 postpartum mothers in Marengan Laok Village with a total sampling technique. Data collection techniques using questionnaires and checklists. Based on the cross tabulation, almost all respondents who performed vulvar hygiene well (88.2%) had their perineal wounds healed as many as 15 respondents, and respondents who lacked vulva hygiene mostly (62.5%) did not heal perineal wounds as many as 5 respondents. From the statistical test of the contingency coefficient using SPSS 18, it was found that 2 count > 2 table (7,297 > 5,991). Based on the coefficient value (0.442) there is a moderate relationship between vulva hygiene and healing of perineal of postpartum women in the Marengan Laok Village. Based on these conclusions, the solution that can be done is that health workers should further improve postnatal services, especially in conducting home visits to prevent, detect, and treat problems in the perineal wound healing process. Keywords: Vulva hygiene, perineal wound, postpartum mother.
Toilet training berhubungan dengan perkembangan sosial anak dimana anak tersebut dituntut secara sosial untuk menjaga kebersihan diri dan menjadi awal terbentuknya kemandirian anak secara nyata, sehingga toilet training sangat penting untuk diterapkan pada anak yang dapat dimulai saat usia berkisar antara 18–24 bulan. Tetapi masih banyak orang tua yang tidak menerapkannya karena belum mengerti teknik atau metode penerapan toilet training. Berdasarkan data yang diperoleh di Desa Teja Barat dari 10 anak usia 2 sampai 3 tahun terdapat 7 anak (70%) tidak dapat menerapkan toilet training. Jenis penelitian ini bersifat deskriptif. Berdasarkan waktunya menggunakan retrospektif. Populasinya adalah semua Ibu yang mempunyai anak usia 2-3 tahun. Variabel dalam penelitian ini adalah keberhasilan metode penerapan toilet training. Hasil penelitian ini menunjukkan sebagian besar Ibu tidak mengajarkan anak bagaimana melepas celana dan mendudukkan diatas toilet pada tehnik lisan, sebagian besar Ibu tidak memberi contoh cara duduk atau jongkok dihadapan anak sambil mengajak berbicara dan bercerita saat buang air kecil atau buang air besar pada tehnik modelling, hampir seluruh Ibu tidak memiliki jadwal buang air besar dan buang air kecil yang teratur untuk anak pada metode taiming dan sebagian besar Ibu tidak memberikan pujian kepada boneka misalnya karena celana dalamnya kering dan berhasil buang air besar dan buang air kecil) dan tidak memberikan pujian pada anak jika anak berhasil menirukan apa yang diajarkan oleh ibu pada metode boneka. Upaya yang dapat dilakukan antara lain petugas kesehatan terutama bidan komunitas diharapkan lebih intensif lagi dalam rangka memberikan penyuluhan tentang metode penerapan toilet training.
Infancy and toddler years are the best period to receive nutritional intake. The better the nutritional intake, the better the physical development and immunity. At the age of the two yeard old baby, the infection rate is high because the antibodies formed have not been maximized. Infections that often attack toddlers at that age include diarrhea, fever and upper respiratory tract infection. Data obtained from Lemper Village shows that the diseases that attack children under five in January 2021 are 50% upper respiratory tract infection, 33% diarrhea and 16% fever. These data indicate that upper respiratory tract infectionis a disease with the highest percentage that attacks toddlers. From the results of the preliminary study, it was found that 10 mothers with upper respiratory tract infection under five, 5 children were not given exclusive breastfeeding, 3 people had low body weight, and 2 people lived in a smoking family environment. Based on the research objectives, the research design used was an analytical survey with a cross sectional research design. Based on the results of the study showed that almost entirely (80.0%) of mothers who gave exclusive breastfeeding did not experience upper respiratory tract infection as many as 16 mothers, while infants who were not exclusively breastfed (81.9%) had ARI as many as 36 toddlers. The results of the statistical test show that the calculated X2 value = 22.42 is greater than the table X2 value = 3.841. It can be concluded that Ho is rejected while H1 is accepted, meaning that there is a relationship between exclusive breastfeeding and the incidence of upper respiratory tract infection in children aged 7–24 years in Lemper Village. The importance of the benefits of exclusive breastfeeding for infants can reduce the number of infections in infants, thus enabling mothers to improve their lifestyle. Because exclusive breastfeeding contains a lot of antibodies, so that babies who are breastfed have antibodies that increase so that it will reduce the incidence of upper respiratory tract infection. The conclusion in this study is that there is a relationship between exclusive breastfeeding and the incidence of upper respiratory tract infection in toddlers aged 7-24 months at the Lemper Village Health Care. Mothers of toddlers are advised to be more active in participating in any counseling on breastfeeding techniques to prevent the occurrence of upper respiratory tract infection in infants. Keywords: Exclusive breastfeeding, upper respiratory tract infection, baby
Masalah gizi di Indonesia sudah menyebar ke berbagai pelosok di tanah air. Salah satunya adalah kasus malnutrisi yang terjadi di Pulau Madura tepatnya di Kabupaten Pamekasan. Timbulnya masalah gizi di Indonesia disebabkan oleh berbagai faktor salah satunya adalah pola pemberian makan. Penelitian ini ingin membuktikan apakah ada hubungan antara pola pemberian makan dengan status gizi balita di Polindes Tentenan Barat Kabupaten Pamekasan. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui adanya hubungan antara pola pemberian makan dengan status gizi balita di Polindes Tentenan Barat Kecamatan Larangan Kabupaten Pamekasan tahun 2015. Penelitian ini merupakan penelitian analitik korelasi dengan menggunakan pendekatan cross sectional. Populasi dalam penelitian ini sebanyak 32 anak usia 1 – 5 tahun dan seluruhnya diambil sebagai sampel. Variabel independen dalam penelitian ini adalah pola pemberian makan dan variabel dependen dalam penelitian ini adalah status gizi balita. Data dikumpulkan menggunakan angket dan di analisa menggunakan uji statistik spearman rank dengan tingkat kesalahan α : 0,05. Setelah dianalisis maka didapatkan hasil responden yang pola pemberian makannya kurang dan status gizinya baik yakni sebesar (43,8%) dengan (ρ= 0,000). Dapat disimpulkan ada hubungan antara pola pemberian makan dengan status gizi batita. Untuk itu peneliti harus mengkaji lebih dalam tentang variabel yang digunakan serta kekuatan dari instrument dan uji yang dipakai dan tetap memberikan arahan dan meningkatkan pemahaman ibu pentingnya mengatur pola makan yang baik dan bergizi pada usia batita.
scite is a Brooklyn-based organization that helps researchers better discover and understand research articles through Smart Citations–citations that display the context of the citation and describe whether the article provides supporting or contrasting evidence. scite is used by students and researchers from around the world and is funded in part by the National Science Foundation and the National Institute on Drug Abuse of the National Institutes of Health.
customersupport@researchsolutions.com
10624 S. Eastern Ave., Ste. A-614
Henderson, NV 89052, USA
This site is protected by reCAPTCHA and the Google Privacy Policy and Terms of Service apply.
Copyright © 2024 scite LLC. All rights reserved.
Made with 💙 for researchers
Part of the Research Solutions Family.