Pattern of Breastfeeding in Toddlers Age 6-24 Months. WHO in WHA reported that 60% of direct and indirect infant deaths were caused by malnutrition and 2/3 of these deaths were associated with poor feeding practices in infants and children. Based on PSG results in 2016, Lampung and Bandar Lampung acute and chronic community nutritional problems (short prevalence ≥20% and thin ≥5%). The purpose of this study is to know the pattern of giving of breast milk in infants aged 6-24 months in the work area of Puskesmas Kota Baru New Town Bandar Lampung in 2017. This research is a qualitative research with phenomenology approach. Information obtained by conducting in-depth interviews, FGD, and observation. Informants in this study consisted of 5 main informants, 2 informants triangulation. The results showed that the form of MP-ASI have given for the age of 6-8 months and 12-24 months was appropriate but for 9-11 months age was not yet appropriate. The amount given is still less than the need with the frequency of giving 2-3 times a day plus 2 times a distraction. Type of MP-ASI is a local MP-ASI and MP-ASI manufacturer. How to serve in the form of dilute and liquid who fed by the mother. Raw food ingredients are stored separately with cooked foods. Feeding meals and suggestions are from their own mothers. Advice for MP-ASI counselors to provide regular and recorded counseling so that the stages and success of counseling can be evaluated.Abstrak: Pola Pemberian MP-ASI pada Balita Usia 6-24 Bulan. WHO dalam WHA melaporkan bahwa 60% kematian balita langsung maupun tidak langsung disebabkan oleh kurang gizi dan 2/3 dari kematian tersebut terkait dengan praktik pemberian makanan yang kurang tepat pada bayi dan anak. Berdasarkan hasil PSG tahun 2016, Provinsi Lampung dan Kota Bandar Lampung memiliki masalah gizi masyarakat akut dan kronis (prevalensi pendek ≥20% dan kurus ≥5%). Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pola pemberian MP-ASI pada balita usia 6-24 bulan di wilayah kerja Puskesmas Susunan Baru Kota Bandar Lampung tahun 2017. Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif dengan pendekatan fenomenologi. Informasi diperoleh dengan melakukan wawancara mendalam, FGD dan observasi. Informan dalam penelitian ini terdiri dari 5 informan utama, 2 informan triangulasi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa bentuk MP-ASI yang diberikan untuk usia 6-8 bulan dan 12-24 bulan telah sesuai namun untuk usia 9-11 bulan belum sesuai. Jumlah yang diberikan masih kurang dari kebutuhan dengan frekuensi pemberian 2-3 kali sehari ditambah 2 kali selingan. Jenis MP-ASI adalah MP-ASI lokal dan MP-ASI pabrikan. Cara penyajian dalam bentuk encer dan berkuah yang disuapi oleh ibu. Bahan makanan mentah disimpan secara terpisah dengan makanan matang. Makanan pantangan dan anjuran berasal dari ibu sendiri. Saran untuk konselor MP-ASI agar dilakukan pemberian konseling secara berkala dan tercatat sehingga tahapan dan keberhasilan konseling dapat dievaluasi.
ABSTRAK Pembinaan mental di lembaga pemasyarakatan harus dilaksanakan, tetapi bila hanya mengandalkan konseling individu tentu sulit, oleh karena itu Konseling kelompok sangat dibutuhkan karena jumlah staf lapas bila dibandingkan dengan jumlah warga binaan sangat tidak seimbang. Keterampilan menjadi pembimbing konseling kelompok, sebaiknya dimiliki staf lapas sebagai alternatif pembinaan mental dan perilaku. Kegiatan pengabdian masyarakat ini bertujuan membentuk dan melaksanakan konseling kelompok di lapas-lapas di Bandar Lampung. Metode yang dilakukan dengan mengadakan pelatihan konseling kelompok, pembentukan kelompok konseling, pelaksanaan di masing-masing lembaga pemasyarakatan dan pendampingan pada saat pelaksanaan agar sesuai dengan panduan. Hasilnya pelaksanaan pelatihan berhasil dilakukan, kemampuan pengetahuan dan keterampilan petugas meningkat, adanya kelompok konseling dan terselenggara konseling-konseling kelompok di masing-masing lembaga pemasyarakatan dan adanya pendampingan staf lapas pada saat pelaksanaan. Konseling kelompok ini baik karena memungkinkan pembinaan dilakukan serentak pada beberapa warga binaan dengan permasalahan yang sama. Perubahan perilaku, kerja sama para peserta, proses pembelajaran dapat dicapai dalam konseling kelompok dan warga binaan gembira karena ada kegiatan yang bervariasi. Konseling kelompok tidak hanya untuk membina mental dan perilaku, tetapi juga bisa dipakai untuk program pembinaan yang bertujuan ketertiban yang dikelola bagian keamanan. Konseling kelompok cepat memulihkan, memberi pelajaran bagi warga binaan, lebih efektif dan efisien karena dalam waktu cepat bisa menjangkau banyak orang. Sebaiknya program ini tetap dijalankan di lembaga-lembaga pemasyarakatan secara terstruktur dan terprogram. Kata Kunci: Konseling Kelompok, Staf, Warga Binaan ABSTRACT Mental development in prison must be carried out, but relying solely on individual counseling is certainly difficult, therefore group counseling is very much needed because the number of prison staff compared to the number of inmates is very unbalanced. The skills to become a group counselor should be owned by prison staff as an alternative to mental and behavioral development. This community service activity aims to establish and implement group counseling in prisons in Bandar Lampung. The method is carried out by holding group counseling training, forming a counseling group, implementing it in each correctional institution and providing assistance at the time of implementation to comply with the guidelines. As a result, the training was successfully carried out, the knowledge and skills of officers increased, there were counseling groups and group counseling was held in each correctional institution and there was assistance for prison staff at the time of implementation. This group counseling is good because it allows coaching to be carried out simultaneously on several inmates with the same problem. Changes in behavior, the cooperation of the participants, the learning process can be achieved in group counseling and the inmates are happy because there are various activities. Group counseling is not only for mental and behavioral development, but can also be used for coaching programs aimed at order that are managed by the security department. Group counseling is quick to recover, provides lessons for the inmates, is more effective and efficient because it can reach many people in a short time. It is better if this program is carried out in prisons in a structured and programmed manner. Keywords: Group Counseling, Staff, inmates
Asupan gizi yang tidak ade kuat menyebabkan ketidakteraturan menstruasi pada kebanyakan remaja putri. Berhubungan dengan menstruasi jumlah wanita anovulasi akan meningkat apabila berat badannya mengalami perubahan (meningkat atau menurun). Presurvey yang dilakukan pada siswi disalah satu MAN di Bandar Lampung didapatkan 4 (40%) siswi yang mengalami siklus menstruasi teratur dengan status gizi normal dan 6 (60%) siswi mengalami siklus menstruasi tidak teratur, 3 (30%) siswi diantaranya mengalami status gizi kurang dan 3 (30%) siswi lainnya mengalami status gizi lebih (obesitas). Desain penelitian menggunakan observasional analitik dengan pendekatan <em>Crosss Sectional.</em>Jumlah populasi 161,menggunakan teknik<em>proportional random sampling </em>dengan cara s<em>imple random sampling</em>, didapatkan sampel 62 responden. Alat pengumpul data menggunakan lembar observasi dan lembar kuesioner, menggunakan metode analisa <em>chi square.</em>Hasil penelitian dari 62 orang responden, diketahui bahwa sebagian besar responden memiliki status gizi normal yaitu 38 responden (61,3%) dan mengalami siklus menstruasi teratur sebanyak 39 responden (62,9%). Hasil uji statistik<em> Chi Square </em>dengan derajat kepercayaan (CI) 95% dan nilai α (0,05) didapatkan hasil perhitungan<em> ρ value</em> (0,01) < α (0,05) yang menunjukan bahwa ada hubungan bermakna antara status gizi dengan siklus menstruasi pada remaja di Bandar Lampung. Disarankan untuk dilakukan penyuluhan pada para remaja putri untuk lebih menjaga status gizinya agar memiliki siklus menstruasi yang teratur.
Narapidana atau warga binaan mempunyai masalah mental, emosi dan perilaku yang memerlukan konseling individu untuk memulihkan mereka, tetapi jumlah petugas tidak sebanding dengan jumlah warga binaan sehingga diperlukan terapi secara berkelompok agar lebih mudah menjangkau banyak warga binaan, Kegiatan pengabdian masyarakat ini berfokus pada pembinaan berkelompok warga binaan yang dilakukan konselor kelompok atau kegiatan konseling kelompok, memberikan pelatihan menjadi konselor kelompok bagi staf lembaga permasyarakatan bagian pembinaan dan keamanan. Konseling kelompok berhasil membuat perubahan mental, emosi dan perilaku warga binaan. Pelatihan konselor kelompok diberikan kepada staf lembaga pemasyarakatan baik yang di Lembaga Permasyarakatan Perempuan, maupun staf lembaga permasyarakatan lain di Bandar Lampung sehingga para staf memperoleh pengetahuan dan keterampilan dalam melakukan konseling kelompok. Konseling kelompok cepat memulihkan, memberi pelajaran bagi warga binaan untuk memulihkan mental dan koping mereka, lebih efektif dan efisien karena dalam waktu cepat bisa menjangkau banyak warga binaan. Kegiatan ini sebaiknya tetap dilanjutkan di Lembaga Permasyarakatan Perempuan dengan berorientasi kepada pelaksanaan konseling kelompok disetiap blok dengan melibatkan warga binaan, dibimbing para konselor yang sudah dilatih sehingga pada akhirnya terbentuk kelompok warga binaan yang bisa untuk membina diri mereka secara group (peer group). Lembaga-lembaga permasyarakatan lain bisa memulai dengan membentuk kelompok-kelompok warga binaan dan pelatihan konselor kelompok.
<p>Angka persalinan <em>sectio caesarea</em> di Provinsi Lampung tahun 2013 menurut hasil Riskesdas sekitar 4,5%. Berbagai masalah psikologis yang dialami ibu bersalin di rumah sakit sangat memerlukan perhatian dan perawatan yang optimal dari seorang perawat/bidan dan keluarganya. Berdasarkan data rekam medis Rumah Sakit Mardi Waluyo Metro tahun 2016 terdapat 289 (78,3%) persalinan <em>sectio caesarea </em>dan 80 persalinan normal (21,68%) dari 369 persalinan. Tujuan dari penelitian ini adalah diketahui perbedaan kejadian stres pasca trauma pada ibu post partum dengan <em>sectio caesarea emergency</em> dan partus spontan. Jenis penelitian kuantitatif, desain penelitian analitik pendekatan <em>cross sectional. </em>Populasi semua pasien post partum primigravida 60 orang yang terdiri dari 30 ibu post partum SC emergency dan 30 ibu post partum normal, sampel 60 responden. Analisa data menggunakan uji<em>t-Independen</em><em>.</em>Hasil penelitian menunjukkan rata-rata tingkat stress pasca trauma pada ibu yang melakukan persalinan dengan <em>Sectio Caesaremergency </em>adalah 16,7, dengan SD 4,95. Rata-rata tingkat stress pasca trauma pada ibu yang melakukan persalinan dengan persalinan normal adalah 16.7, dengan SD 3,39. Ada perbedaan kejadian stres pasca trauma pada ibu post partum dengan <em>sectio caesarea emergency</em> dan partus spontan di Rumah Sakit (<em>p-value</em> 0,000). Disarankan dilakukan intervensi khusus seperti penyuluhan dan pendampingan untuk menurunkan derajat stres pasca persalinan pada pada perempuan postpartum.</p>
scite is a Brooklyn-based organization that helps researchers better discover and understand research articles through Smart Citations–citations that display the context of the citation and describe whether the article provides supporting or contrasting evidence. scite is used by students and researchers from around the world and is funded in part by the National Science Foundation and the National Institute on Drug Abuse of the National Institutes of Health.
customersupport@researchsolutions.com
10624 S. Eastern Ave., Ste. A-614
Henderson, NV 89052, USA
This site is protected by reCAPTCHA and the Google Privacy Policy and Terms of Service apply.
Copyright © 2025 scite LLC. All rights reserved.
Made with 💙 for researchers
Part of the Research Solutions Family.