Dampak negatif yang ditimbulkan pernikahan dini pada remaja adalah kurang siapnya psikologi, putusnya akses pendidikan dan komplikasi kehamilan dan persalinan. Kehamilan remaja akan meningkatkan resiko dua hingga empat kali lebih tinggi dibandingkan usia perempuan yang hamil pada usia lebih dari 20 tahun. Data dari United Nations International Children’s Emergency Fund (UNICEF) di Asia Selatan mendapati 48% dari 9,7 juta anak perempuan telah menikah sebelum usia 18 tahun sedangkan untuk tahun 2000 angka pernikahan dini hampir ditemukan di seluruh provinsi di Indonesia bahkan sekitar 10% remaja puteri melahirkan anak pertamanya pada usia 15-19 tahun. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana hubungan pendidikan, tingkat ekonomi keluarga, dukungan keluarga dan sumber informasi dengan terjadinya pernikahan dini. Penelitian bersifat studi korelasi dengan pendekatan Cross Sectional dan jenis data primer. Populasi sebanyak 136 responden dan sampel sebanyak 37 responden dengan menggunakan metode accidental Sampling. Data dianalisis secara univariat dan bivariat menggunakan uji korelasi Sphearman. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pernikahan dini memiliki hubungan cukup kuat dengan pendidikan dimana rho sebesar –0,369. Ditemukan hubungan cukup kuat dengan tingkat ekonomi keluarga dimana rho sebesar –0,476. Hubungan kuat dengan dukungan keluarga dimana rho sebesar –0,596 dan hubungan yang kuat juga ditemukan dengan sumber informasi dimana rho sebesar 0,691, sehingga dapat disimpulkan bahwa ada hubungan antara faktor pendidikan, tingkat ekonomi keluarga, dukungan keluarga, sumber informasi dengan terjadinya pernikahan dini.
Obesitas telah menjadi masalah kesehatan dan gizi masyarakat dunia, baik di negara maju maupun negara berkembang. Prevalensi obesitas meningkat pada beberapa tahun terakhir dan telah menimbulkan masalah kesehatan yang serius. Secara global setidaknya 2,8 juta meninggal setiap tahun terkait dengan peningkatan berat badan dan obesitas. Obesitas yang menetap dan asupan makanan yang berlebih dapat menyebabkan terjadinya gangguan sistem metabolik berupa hiperkolesterolemia. Kondisi berlebihnya kadar kolesterol dalam darah dapat menyebabkan aterosklerosis, penyakit jantung koroner, stroke, dan tekanan darah tinggi yang dapat berujung pada kematian. Obesitas sering dikaitkan dengan kondisi hiperkolesterol, namun adakalanya kadar kolesterol juga tinggi pada orang yang memiliki berat badan normal. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbandingan kadar kolesterol pada orang dewasa dengan obesitas dan non obesitas. Jenis penelitian ini adalah deskriptif analitik dengan desain cross sectional. Hipotesa penelitian bahwa kadar kolesterol lebih tinggi pada orang obes dibandingkan non obes. Penelitian ini dilaksanakan di lingkungan Poltekkes Kemenkes Medan. Populasi penelitian ini berjumlah 375 besar sampel ditentukan berdasarkan kriteria inklusi dan pengambilannya secara accidental sampling. Uji data yang digunakan adalah uji T dengan level signifikan p= 0.05. Hasil yang diperoleh dari penelitian ini menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan kadar kolesterol antara orang yang obesitas dengan non obesitas dimana rata-rata kadar kolesterol orang yang obesitas adalah 188.89 sedangkan rata-rata kadar kolesterol orang yang non obesitas adalah 190.11. hasil T test menunjukkan bahwa nilai t hitung = 0.932 yang berarti lebih besar dari 0.05 yang artinya kedua kelompok identik (tidak ada perbedaan). Diharapkan bagi pegawai yang ada di poltekkes untuk melakukan aktifitas yang dapat menurunkan kadar kolesterol juga menjaga asupan makanan yang berimbang.
Berbagai keluhan dapat terjadi pada masa kehamilan, satu diantaranya adalah mual dan muntah pada awal kehamilan. Mual dan muntah adalah gejala yang wajar dan sering didapatkan pada kehamilan, hampir 70-85% wanita hamil mengalami mual muntah pada trimester pertama . Hal ini dapat menimbulkan kerusakan jaringan yang dapat membahayakan kesehatan ibu dan perkembangan janin yang dikandungnya. Intervensi untuk penanganan mual muntah pada kehamilan dapat dilakukan secara farmakologi dan non farmakologi. Metode farmakologi berpotensi mempunyai efek samping yang kurang baik, sedangkan metode nonfarmakologi bersifat murah, simpel, efektif, dan lebih aman. Penelitian ini bertujuan untuk melihat pengaruh pemberian aromaterapi lemon dan wedang jahe terhadap penurunan mual muntah pada ibu hamil yang ada di kota Medan. Penelitian pre Eksperimental dengan desain pre test post test group design . Sampel penelitian adalah ibu hamil yang datang ke klinik dengan keluhan mual muntah yang berjumlah 79 orang yang ditentukan menjadi 2 kelompok perlakuan. Pengambilan sampel dengan teknik simple random sampling sesuai kriteria inklusi. Analisis data menggunakan uji wilcoxon dengan ?= 0,05. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemberian wedang jahe dan aromaterapi lemon dapat menurunkan skor mual muntah pada ibu hamil dengan tingkat signifikansi masing-masing p=0.001, Kesimpulan yang didapat bahwa aromaterapi lemon dan wedang jahe berperan menurunkan mual muntah.
ISPA adalah penyakit saluran pernafasan yang bersifat akut dengan berbagai macam gejala (sindrom) yang disebabkan oleh berbagai sebab, yang terutama mengenai struktur saluran pernapasan diatas laring. Menurut WHO tahun 2012, sebesar 78% balita yang berkunjung ke pelayanan kesehatan adalah akibat ISPA, khususnya pneumonia. Kematian balita akibat ISPA di Asia Tenggara sebanyak 2.1 juta balita pada tahun 2004. India, Bangladesh, Indonesia, dan Myanmar merupakan negara dengan kasus kematian balita akibat ISPA terbanyak. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui hubungan antara status gizi dengan dengan tingkat kejadian ISPA pada balita di Puskesmas Tanah Tinggi Binjai tahun 2013. Penelitian ini adalah penelitian analitik dengan rancangan cross sectional. Dengan menggunakan data sekunder dan primer yang diperoleh melalui catatan rekam medik dan mengukur berat badan balita, yang dilakukan terhadap 53 responden. Teknik pengambian sampel yang digunakan adalah accidental sampling. Data dianalisis menggunakan uji Chi-square. Dari 35 orang balita dengan status gizi tidak baik, mayoritas kejadian ISPA pada balita dengan kategori berat yaitu 23 orang (65,7%) dan minoritas dengan ISPA ringan yaitu 2 orang (5,7%). Dari 18 orang balita dengan status gizi baik, mayoritas dengan ISPA ringan yaitu 11 orang (61,1%) dan minoritas dengan ISPA berat yaitu 2 orang (11,1%). Hasil uji chi-square menunjukkan bahwa p value = 0,000 < 0,05, artinya terdapat hubungan yang signifikan antara status gizi balita dengan kejadian ISPA pada balita di Puskesmas Tanah Tinggi Binjai.
Latar belakang: Obesitas merupakan suatu kondisi dimana terdapat penimbunan lemak tubuh yangberlebihan, dan menjadi factor resiko untuk morbiditas dan mortalitas kardiovaskuler. Prevalensinya yangmeningkat telah menimbulkan masalah kesehatan yang cukup serius. Studi prospektif mendapati bahwaobesitas viseral berkaitan erat dengan hipertensi, dislipidemia dan penyakit kardiovaskuler, meskipunmekanisme yang menghubungkannya belum dipahami sepenuhnya. Keterlibatan leptin diperkirakanberperan terhadap obesitas dan hipertensi mengingat leptin merupakan hormone yang disekresi sel lemakselain berfungsi sebagai pengatur asupan makan dan keseimbangan energy juga berperan pada tekanan darahmelalui aktivitas syaraf simpatis. Tujuan dari penelitian ini untuk melihat perbandingan kadar leptin dantekanan darah pada obesitas visceral dan non visceral.Metode: penelitian ini menggunakan disain crosssectional di wilayah kota Medan. Sampel dikelompokkan menjadi obesitas visceral dan non visceral denganjumlah sampel tiap kelompok 20 orang yang diperoleh secara accidental sampling. Analisis hasilmenggunakan program SPSS dengan tingkat kemaknaan p<0.05. Hasil : kadar leptin antara obesitas visceraldan non visceral tidak berbeda nyata (p>0.05), kadar leptin lebih tinggi pada perempuan dibanding laki-laki(p<0.05), tekanan darah systole lebih tinggi pada obesitas viseral dibanding non viseral (p<0.05)sedangkantekanan darah diastole tidak berbeda nyata antara obesitas viseral dan non viseral (p>0.05)Padaobesitas viseral dan non visceral didapati semakin tinggi kadar leptin maka tekanan darah semakinrendah.Saran : dalam penatalaksanaan masalah kesehatan yang terkait dengan obesitas dan hipertensihendaknya mempertimbangkan peran leptin dalam peningkatan maupun penurunan tekanan darah
scite is a Brooklyn-based organization that helps researchers better discover and understand research articles through Smart Citations–citations that display the context of the citation and describe whether the article provides supporting or contrasting evidence. scite is used by students and researchers from around the world and is funded in part by the National Science Foundation and the National Institute on Drug Abuse of the National Institutes of Health.
customersupport@researchsolutions.com
10624 S. Eastern Ave., Ste. A-614
Henderson, NV 89052, USA
This site is protected by reCAPTCHA and the Google Privacy Policy and Terms of Service apply.
Copyright © 2024 scite LLC. All rights reserved.
Made with 💙 for researchers
Part of the Research Solutions Family.