Complete health care is an important factor in achieving patient satisfaction. With the increase in people's living standards, so do the increasing demands of the community for quality health. This study aims to determine the quality of health services on the level of patient satisfaction. The quantitative research method uses a cross-sectional design with accidental sampling sample techniques totaling 66 respondents. The results of statistical analysis using the chi-square test obtained a value of p = 0.00. It can be concluded that there is a relationship between embodiment, reliability, reassurance, responsiveness and empathy for patient satisfaction. Quality health care is an important factor in achieving patient satisfaction. Patient satisfaction is the level of feeling the patient feels that arises as a result of the performance of health services obtained after the patient compares it to exceed what he expected
Latar Belakang: Pasien dengan masalah gangguan halusinasi pendengaran apabila tidak ditangani secara baik dapat menimbulkan resiko terhadap keamanan diri pasien dan orang lain. Bercakap-cakap dengan orang lain merupakan upaya untuk mengurangi munculnya halusinasi pada pasien. Tujuan: Mengetahui gambaran implementasi keperawatan teknik bercakap-cakap pada pasien halusinasi pendengaran. Metode: Penelitian kualitatif menggunakan pendekatan studi kasus bersifat deskriptif, dengan metode implementasi menggunakan asuhan keperawatan. Penelitian dilaksanakan tanggal 31 Januari sampai 06 Februari 2022. Populasi subjek studi kasus berjumlah tiga pasien yang dilakukan di Klinik Rawat Inap Orang Dengan Gangguan Jiwa (ODGJ) Banyuasin dengan masalah halusinasi pendengaran yang ditentukan dengan menggunakan teknik purposive sampling. Menganalisis data studi kasus berdasarkan hasil eksplorasi mendalam dan selanjutnya dicari kesamaan informasi diantara pasien dan selanjutnya diberikan eksplanasi sesuai kondisi pasien. Hasil: Setelah dilakukan implementasi pada pasien didapatkan hasil bahwa bercakap-cakap efektif dalam mengontrol halusinasi pendengaran. Seluruh pasien dapat mengidentifikasi isi halusinasi, waktu terjadinya halusinasi, situasi yang memicu munculnya halusinasi, menjelaskan manfaat bercakap-cakap sebagai upaya untuk mengontrol halusinasinya, mendemonstrasikan teknik bercakap-cakap saat halusinasinya sedang dialami. Saran: Implementasi strategi pelaksanaan pada halusinasi pendengaran diharapkan dapat dilaksanakan berkesinambungan dan diajarkan kepada keluarga untuk mempersiapkan pelaksanaannya ketika pasien kembali berada di tengah keluarga. Kata Kunci: Implementasi Bercakap-Cakap, Halusinasi Pendengaran, Keperawatan Jiwa
Latar Belakang: Perilaku kekerasan merupakan suatu bentuk ekspresi kemarahan yang tidak sesuai, ditandai dengan tindakan yang dapat membahayakan atau mencederai diri sendiri, orang lain maupun lingkungan. Tindakan asertif adalah tindakan mengungkapkan perasaan secara langsung kepada orang lain yang dilakukan untuk mengekspresikan marah, meminta, dan menolak dengan baik dan sopan tanpa merugikan diri sendiri, orang lain maupun lingkungan. Penting bagi klien perilaku kekerasan untuk dapat melakukan tindakan asertif. Tujuan: Memperoleh gambaran kemampuan klien skizofrenia dalam mengimplementasikan tindakan asertif dalam mengekspresikan kemarahannya. Metode: Jenis penelitian yang digunakan adalah deskriptif dalam bentuk studi kasus menggunakan pendekatan proses keperawatan yang meliputi pengkajian, diagnosa keperawatan, intervensi keperawatan, implementasi keperawatan, evaluasi dan tindak lanjut. Penentuan subyek pada penelitian ini menggunakan teknik pengambilan sampel purposive sampling, dengan melibatkan klien skizofrenia yang sedang dirawat di klinik rawat inap bagi orang dengan gangguan jiwa. Hasil: Implementasi tindakan asertif sebagai intervensi dalam mengekspresikan marah dapat dilaksanakan secara efektif pada kedua klien, namun menjadi kurang efektif yang terjadi pada satu klien lainnya. Perbedaan kondisi dan karakteristik klien turut mempengaruhi keberhasilan implementasi tindakan asertif. Dapat disimpulkan bahwa tindakan asertif dapat menjadi intervensi dalam mengekspresikan marah pada klien skizofrenia dengan masalah perilaku kekerasan. Saran: Disarankan agar keterlibatan keluarga untuk dapat dioptimalkan agar tindakan asertif dapat dilanjutkan di rumah sehingga mengurangi perilaku kekerasan klien. Koordinasi antara pihak pemberi layanan keperawatan bersama keluarga menjadi salah satu kunci keberhasilan proses perawatan terhadap orang dengan gangguan jiwa. Kata Kunci: Skizofrenia, Mengekspresikan Marah, Tindakan Asertif
scite is a Brooklyn-based organization that helps researchers better discover and understand research articles through Smart Citations–citations that display the context of the citation and describe whether the article provides supporting or contrasting evidence. scite is used by students and researchers from around the world and is funded in part by the National Science Foundation and the National Institute on Drug Abuse of the National Institutes of Health.
customersupport@researchsolutions.com
10624 S. Eastern Ave., Ste. A-614
Henderson, NV 89052, USA
This site is protected by reCAPTCHA and the Google Privacy Policy and Terms of Service apply.
Copyright © 2025 scite LLC. All rights reserved.
Made with 💙 for researchers
Part of the Research Solutions Family.