Berdasarkan Permenkes 585/1989 dikatakan bahwa informed consent adalah persetujuan yang diberikan oleh pasien atau keluarganya atas dasar penjelasan mengenai tindakan medis yang akan dilakukan terhadap pasien tersebut. Peran dan tanggung jawab dokter terhadap pelaksanaan tindakan medis berdasarkan imformed consent sangat penting untuk mencegah kemungkinan yang akan terjadi kepada pasien nantinya. Pemahaman terhadap informasi yang diberikan dipengaruhi oleh beberapa faktor, diantaranya karakteristik orang tersebut. Survey analitik dengan desain cross sectional dengan wawancara terpimpin menggunakan kuesioner terhadap 100 responden, dan diolah menggunakan analisa univariat dan bivariat dengan uji Chi-Square. Hasil penelitian menunjukkan bahwa: yang berusia dewasa 84 responden (84%) dan yang berusia muda sebanyak 16 responden (16%), laki- laki 63 responden (63%) dan perempuan 37 responden (37%), yang berpendidikan rendah 41 responden (41%) dan yang berpendidikan tinggi 59 responden, yang tidak bekerja 24 responden (24%) sedangkan yang bekerja 76 responden (76%), yang mempunyai pemahaman baik 58 responden (58%) dan yang tidak baik sebanyak 42 responden (42%). Variabel yang terdapat hubungan bermakna dengan pemahaman terhadap persetujuan tindakan medis pada tindakan bedah di RSPBA pada bulan Maret 2015 adalah umur (nilai p value = 0,037) OR = 3.761 dengan nilai Confidence Interval (1.195-11.835)dan pendidikan (nilai p value = 0,00) OR = 8.551 dengan Confidence Interval (3.436-21.285). Sedangkan variabel yang tidak terdapat hubungan bermakna dengan pemahaman persetujuan tindakan medispada tindakan bedah di RSPBA pada bulan Maret 2015 adalah jenis kelamin (nilai p value = 0,987) dan pekerjaan (p value = 0,251). Terdapat hubungan bermakna antara umur dan pendidikan dengan pemahaman terhadap persetujuan tindakan medis pada tindakan bedah di RS Pertamina Bintang Aamin (RSPBA) pada bulan Maret 2015.
Hernia inguinalis permagna merupakan salah satu bentuk hernia yang jarang, umumnya didefinisikan sebagai hernia inguinalis yang ukurannya meluas hingga melebihi titik tengah paha bagian dalam saat posisi berdiri. Penatalaksanaannya menggunakan metode operasi dengan berbagai teknik. Hernia jenis ini tergolong sulit karena butuh pengembalian isi kantong hernia ke dalam rongga abdomen yang biasanya kosong sehingga dapat menyebabkan hipertensi intra abdominal dan kompartemen sindrom abdominal. Ilustrasi Kasus terdapat 2 pasien yaitu : Seorang laki-laki usia 53 tahun datang dengan keluhan munculnya benjolan besar pada lipat paha kiri. Keluhan lain tidak ada. Penatalaksaan pada pasien ini berupa laparotomi, dilanjutkan penguatan canalis inguinalis dengan teknik Bassini dilanjutkan prosedur McVay dan pada kasus kedua yaitu seorang pasien laki-laki usia 53 tahun datang dengan keluhan munculnya benjolan pada lipat paha kiri sejak 19 tahun yang lalu. Seluruh isi katung hernia dikembalikan kedalam rongga abdomen secara manual. Kemudian dilanjutkan dengan teknik Bassiniplasti untuk rekonstruksi, McVay prosedur untuk menguatkan cincin inguinal. Diskusi: Terdapat klasifikasi tentang hernia inguinalis permagna. Teknik operasi yang dapat dilakukan untuk menangani hernia inguinalis permagna juga beragam. Kesimpulan: Hernia inguinalis permagna merupakan kasus jarang, memerlukan penatalaksanaan yang tepat agar mortalitas dan morbiditas tidak meningkat.
Pengobatan kanker kolorektal salah satunya adalah kemoterapi, Regimen/obat kemoterapi salah satunya adalah CapeOX (Capecitabine + Oxaliplatin). Penggunaan oxaliplatin yang merupakan kemoterapi berbasis platinum memiliki efek samping antara lain berupa toksisitas hematologi (myelosupresi) antara lain ialah kadar trombosit. Trombositopenia adalah jumlah trombosit yang kurang dari 100.000/mm3hal ini merupakan salah satu toksisitas hematologi yang dapat ditemukan pada pasien kanker kolorektal yang menjalani kemoterapi.Tujuan Penelitian : Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui perbedaan rerata kadar trombosit pre dan post kemoterapi CapeOX dan derajat toksisitas trombosit pada penderita kanker kolorektal yang mendapat kemoterapi CapeOX. Metode : Penelitian ini berbentuk historical (retrospective) cohort. Sampel penelitian ini adalah 70 pasien yang didapatkan dari perhitungan consecutive sampling. Analisis data menggunakan uji T-Test Berpasangan.Hasil :Usia pasien kanker kolorektal berkisar antara 18 tahun sampai dengan 73 tahun dengan frekuensi tertinggi 56-65 (38,6%). Perbandingan wanita 34(48,6%) dan laki-laki 36(51,4%). Didapatkan jenis operasi paling banyak digunakan adalah Low Anterior Resction sebanyak 40(57,1%). Terdapat penurunan rerata kadar trombosit tertinggi terjadi pada siklus keenam sebesar 54,186/mm3 dengan simpangan baku sebesar 16,127/mm3, dan didapatkan toksisitas trombosit derajat satu pada siklus ke-5 dan ke-6 masing-masing sebanyak 3(4,3%) dan 18(25,7%) dan yang mengalami derajat dua pada siklus ke-5 dan ke-6 masing-masing sebanyak 1(1,4%) dan 10(14,3%).
Latar Belakang : Ikterus atau jaundice adalah perubahan warna jaringan menjadi kekuningan akibat pengendapan bilirubin. Tumor merupakan salah satu penyebab ikterus obstruktif yang paling sering. Beberapa penelitian sebelumnya menunjukkan gambaran klinis ikterus obstruktif yang disebabkan tumor berdasarkan umur, jenis kelamin, tatalaksana, gambaran CT Scan, Histopatologi. Tujuan Penelitian : Tujuan penelitian ini untuk mengetahui gambaran klinis ikterus obstruktif yang disebabkan tumor di RSUD Dr. H. Abdul Moeloek Bandar Lampung Periode 2017. Metode Penelitian : Jenis penelitian ini adalah deskriptif retrospektif menggunakan data sekunder dari rekam medik. Sampel penelitian ini menggunakan teknik Total Sampling. Hasil Penelitian : Sampel penelitian ini sebanyak 60 pasien. Frekuensi terbanyak ditemukan pada kelompok umur 50-59 tahun sebanyak 15 pasien (25%) dan 32 pasien (53.3%) pada laki-laki. Penatalaksanaan dilakukan tindakan operatif sebanyak 51.7%. Dari hasil pemeriksaan CT Scan didapatkan pada hati sebanyak 51.7% dan dari hasil histopatologi didapatkan Hepatocellular Ca sebanyak 26.7%. Kesimpulan : Gambaran klinis terbanyak ditemukan pada kelompok umur 50-59 tahun, jenis kelamin laki-laki dengan dilakukan tindakan operatif, gambaran CT Scan pelebaran intrahepatic atau ekstrahepatic pada hati, histopatologi Hepatocellular Ca.
scite is a Brooklyn-based organization that helps researchers better discover and understand research articles through Smart Citations–citations that display the context of the citation and describe whether the article provides supporting or contrasting evidence. scite is used by students and researchers from around the world and is funded in part by the National Science Foundation and the National Institute on Drug Abuse of the National Institutes of Health.
customersupport@researchsolutions.com
10624 S. Eastern Ave., Ste. A-614
Henderson, NV 89052, USA
This site is protected by reCAPTCHA and the Google Privacy Policy and Terms of Service apply.
Copyright © 2024 scite LLC. All rights reserved.
Made with 💙 for researchers
Part of the Research Solutions Family.