Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji sifat fisik, kimia, dan organoleptik nugget ayam dengan bahan pengisi tepung pati ubi kayu dan tepung sagu dengan persentase yang berbeda. Perlakuan bahan pengisi yang digunakan pada penelitian ini yaitu P1 (100% tepung pati ubi kayu), P2 (75% tepung pati ubi kayu dan 25% tepung sagu), P3 (50% tepung pati ubi kayu dan 50% tepung sagu), P4 (25% tepung pati ubi kayu dan 75% tepung sagu), dan P5 (100% tepung sagu). Penelitian ini dilakukan menggunakan rancangan acak lengkap (RAL) dengan 3 kali ulangan. Sifat fisik yang diuji yaitu daya ikat air, nilai kekerasan, stabilitas emulsi, dan nilai pH. Sifat kimia yang diuji yaitu kadar air, protein, lemak, karbohidrat, dan abu. Sifat organoleptik diuji dengan uji hedonik (penampakan warna, aroma, rasa, dan tekstur). Data hasil uji sifat fisik dan kimia dianalisis dengan sidik ragam dan diuji lanjut dengan BNT. Data hasil uji sifat organoleptik dianalisis statistik non parametrik dengan uji Hedonic Kurskal Wallis dan diuji lanjut dengan Multiple Comparisson of Mean Rank Test. Hasil penelitian menunjukkan bahwa nugget ayam dengan bahan pengisi 100% tepung pati ubi kayu mempunyai sifat fisik yang lebih bagus dengan daya ikat air paling besar 47,30%, tingkat kekerasan paling rendah 676,22 gF, dan nilai pH paling mendekati normal 5,23. Sifat kimia nugget yang mendekati persyaratan nugget ayam menurut SNI adalah nugget dengan bahan pengisi 25% tepung pati ubi kayu dan 75% tepung sagu. Sifat organoleptik menunjukkan bahwa nugget yang mengandung bahan pengisi 100% tepung pati ubi kayu yang paling diterima oleh panelis. Kesimpulan yang dapat diambil bahwa tepung pati ubi kayu dan tepung sagu lokal di Provinsi Maluku Utara dapat dijadikan sebagai bahan pengisi nugget ayam. Tepung pati ubi kayu lokal dapat menggantikan 100% tepung tapioka komersil dan tepung sagu dapat mensubtitusi hingga 50% untuk mendapatkan nugget sesuai standar.
The utilization of local resources such as tumang sago flour is needed to be conducted to increase diversification of local food with superior quality. This study aims to determine the physicochemical and functional quality of crispy seasoned flour using tumang sago substitution. In addition, the sensory quality of the chicken crispy is also checked using those spiced flour. Tumang sago flour was obtained by drying the sago under the sun until it was dry and then sifted using a 100 mesh sieve. This study used a total of 5 treatments with 5 times. Four treatments were applied namely control (without substitution of sago tumang flour); 10%; 20%; 30% and 40% of sago tumang flour. Observations were made on the crispy seasoning flour, among others: Water Content (SNI-01-02891-1992); Crude Fiber Content (Sudarmadji, et al. (1997); Water Holding Capacity (Subagio, 2006); Oil Holding Capacity (Subagio, 2006); Color (L, a and b) (Digital Colorimeter), while the sensory test chicken crispy (color, aroma, crunch, taste and acceptability). Data on physicochemical quality and color using a digital colorimeter were analyzed using a completely randomized design with a unidirectional pattern, while the quality of crispy chicken accessories was analyzed by Kruskall Wallis' Non-Parametric analysis. If there is a real effect, then Duncan's test is continued. The results showed that the quality of seasoning flour is moisture content (12.518-15.208%), crude fiber content (0.396-2.138%), WHC (64.606-89.855%), OHC (96,373-115,498%), L (87.677-93.330), a (2,153-2,697), b (5,630 – 7,743), while the sensory quality of crispy chicken is color (1,57-4,29), aroma (2,00-4,14), crispy (3,57-3,86), taste (2,86-3,86) and receptivity (2,57-4.00). The addition of Tumang sago flour in different percentages had a significant effect (P<0.05) on water content, crude fiber content, WHC, OHC, color (digital colorimeter), color sensory parameters, scent and acceptance of crispy chicken. In conclusion, the best treatment in this study was seasoned flour with the addition of 10% sago flour.
This study aims to determine the interaction between the different concentrations of starter L. bulgaricus and mulu bebe banana puree on the characteristics of sibiotic yogurt, to determine the effect of different L. bulgaricus.This study aims to determine the interaction between the different concentrations of starter L. bulgaricus and mulu bebe banana puree on the characteristics of synbiotic yogurt, to determine the effect of different L. bulgaricusstarter concentrations on the characteristics of synbiotic yogurt, to determine the effect of different mulu bebe bananas on the characteristics of synbiotic yogurt. This research was conducted in September - January 2021. The test is a chemical test. The purpose of this study was to find out the characteristics of yogurt with the addition of banana puree mulu bebe and different concentrations of L. bulgaricus and look at the interaction influence of each - each treatment of banana puree addition and starter concentration with a fermentation duration of 72 hours. This research is an experimental study using complete randomized design (RAL) factorial, the first factor is the concentration of L. bulgaricus and the second factor of banana puree with 16 levels of perlakua and 3 repeats with each starter concentration L. bulgaricus A1 0, A2 2.5, A3 5, A4 7.5, Puree banana B1 0 ml, B2 2 ml, B3 4 ml, B4 6 ml. If there is a difference in influence between the treatment of each factor, then it is continued with Duncan's test. The observed parameters include: rendemen, pH, water content, ash content, and protein content. The results of this study showed banana puree and L. bulgaricus concentration had a real effect (P<0.05) on rendemen, ash content, protein content. While the water content has no real effect (P>0.05). The interaction between factors A and B in Duncan's advanced test had a significant effect including rendemen, protein levels and ash levels to the characteristics of yogurt.
Ternate memiliki variasi ayam kampung tinggi dan khas, dari karakter fenotip yang ada. Hingga sekarang belum ada kajian yang dapat mengidentifikasi jumlah rumpun ayam lokal asli yang beranekaragam tersebut. Penyediaan bibit ayam lokal dengan mutu genetik yang baik sangat sulit diperoleh karena belum ada bibit ayam lokal hasil pemuliaan dari rumpun dengan struktur breeding yang jelas. Melihat permasalahan ini maka perlu dilakukan penelitian dengan tujuan membentuk rumpun baru ternak ayam lokal khas Kota Ternate. Penelitian ini dilakukan dengan menyilangkan ayam hasil persilangan (F1) ayam ras petelur dengan ayam bangkok RB jantan dengan hasil persilangan (F1) bangkok dan kampung BK betina beserta resiprokalnya. Ayam hasil persilangan ini dikandangkan secara koloni berdasarkan umur dan jenis kelamin. Ayam diberi pakan 2 kali sehari yaitu pada pagi dan sore hari. Kombinasi pakan yaitu pakan ayam komersial berbentuk crumble untuk ras pedaging fase starter sebanyak 60% dan 40% dedak padi untuk ayam umur 12-17 minggu dengan kandungan protein kasar 16.6%. Kombinasi pakan untuk umur 17-22 minggu yaitu pakan komersial petelur layer sebanyak 60% dan dedak padi 40% dengan kandungan protein kasar 14.2% diberikan ad libitum dalam 1 hanging feeder setiap 1 kandang. Air minum diberikan ad libitum di dalam 1 galon plastik pada setiap kandang. Parameter yang diukur adalah bobot badan, konsumsi pakan, konversi pakan, ukuran tubuh, bobot dewasa kelamin, umur dewasa kelamin, dan berat telur pertama. Kemudian data dianalisis dengan uji t. Hasil penelitian menunjukkan bahwa tingkat keragaman baik karakter fenotip maupun tingkat produktivitas ayam hasil persilangan beberapa kelompok terseleksi untuk pembentukan rumpun baru ayam kampung khas ternate masih dalam kategori tinggi, maka upaya seleksi perlu dilakukan secara kontinyu untuk memperoleh strain ayam kampung khas ternate.
Kota Ternate memiliki variasi ayam kampung tinggi dan khas, dari karakter fenotip yang ada.Hingga sekarang belum ada kajian yang dapat mengidentifikasi jumlah rumpun ayam lokal asli yang beranekaragam tersebut. Penyediaan bibit ayam lokal dengan mutu genetik yang baik sangat sulit diperoleh, karena belum ada bibit ayam lokal hasil pemuliaan dari rumpun dengan struktur breeding yang jelas. Melihat permasalahan ini maka perlu dilakukan penelitian dengan tujuan membentuk rumpun baru ternak ayam lokal khas Kota Ternate. Peneltian ini menggunakan metode eksperimental design dengan tahapan sebagai berikut: Tahap awal: Penelitian dilakukan perkawinan antara ayam kampung jantan berjumlah 5 ekor dengan betina berjumlah 25 ekor. Tahap kedua : Hasil pengumpulan telur selama seminggu dimasukkan ke dalam mesin penetasan. Setelah telur menetas anak ayam umur sehari diberi wing band sebagai identitas lalu dilakukan penimbangan untuk memperoleh data bobot tetas. Tahap ketiga: Anak ayam kampung yang telah diberi wing band dimasukkan ke kandang kelompok dari ram kawat berukuran 70 x 60 x 30 cm dilengkapi induk buatan. Pemberian ransum dan air minum diberikan 2 kali sehari, pagi dan sore. Penimbangan bobot hidup pada tiap individu dilakukan setiap minggu sampai dengan umur 8 minggu. Peubah yang diamati adalah selain karakter fenotip, juga bobot telur, bobot tetas dan bobot, kemudian analisis data digunakan untuk melihat keragaman pada masing-masing parameter. Hasil penelitian menunjukkan bahwa tingkat keragaman baik karakter fenotip maupun tingkat produktivitas ayam buras masih dalam kategori tinggi, maka upaya seleksi perlu dilakukan secara kontinyu untuk memperoleh strain ayam buras murni.
scite is a Brooklyn-based organization that helps researchers better discover and understand research articles through Smart Citations–citations that display the context of the citation and describe whether the article provides supporting or contrasting evidence. scite is used by students and researchers from around the world and is funded in part by the National Science Foundation and the National Institute on Drug Abuse of the National Institutes of Health.
customersupport@researchsolutions.com
10624 S. Eastern Ave., Ste. A-614
Henderson, NV 89052, USA
This site is protected by reCAPTCHA and the Google Privacy Policy and Terms of Service apply.
Copyright © 2024 scite LLC. All rights reserved.
Made with 💙 for researchers
Part of the Research Solutions Family.