Tourism is one of the sectors that contribute to the absorption of the national workforce where tourism absorbed around 10% of the national workforce in 2019. Tourism labor has natural rights that are already attached to it. The fulfillment of workers' rights can help workers in feeling self-esteem and dignity, feeling freedom and security during work, and having the opportunity to choose and carry out productive work without restrictions. Labor rights are based on human rights derived from a set of assumptions of moral theories of the intrinsic value of human beings assessed for their status as human beings regardless of certain historical, religious, or cultural abilities. This research uses a qualitative approach with literature analysis methods and inductive content analysis using secondary data based on 14 previous studies that discuss tourism labor rights in Indonesia from 2016 to 2021 obtained from several journals published online. The conclusions of this study show that the labor rights demanded include: 1) living wages, 2) social security, 3) protection of women and children, 4) working hours and leave, 5) benefits (fixed and non-fixed), 6) termination of employment (layoffs), 7) overtime and overtime pay 8) gender equality, and 9) training and certification. Tourism labor unions can function and play a role in the protection and enforcement of tourism labor rights.

Lombok merupakan Destinasi Super Prioritas pengembangan oleh Kementrian Pariwisata. Program Desa Wisata juga menjadi prioritas lainnya dalam mengembangkan sebuah destinasi agar masyarakatnya dapat memiliki penghasilan tanpa bermigrasi ke daerah lain. Desa Wisata Kembang Kuning dan Tetebatu merupakan desa yang menjadi percontohan dan sama-sama memiliki pintu masuk ke Gunung Rinjani dan Air Terjun Sarang Walet. Sistem yang digunakan oleh kedua Desa Wisata tersebut merupakan bottom-up sehingga kesadaran masyarakat akan pariwisata sudah tumbuh dan dikembangkan dengan baik. Mulai dari pengelolaan homestay, BumDes dan juga koordinasi antar komunitasnya sudah baik. Pada penelitian ini, tahapan desa wisata tersebut akan di identifikasi menggunakan teori Community Based Tourism hingga menilai dampak serta efektifitas desa wisaata tersebut. Dengan adanya penghargaan kepada Desa Wisata Tetebatu dari UNWTO sebagai Best Tourism Village menjadikan penelitian ini patut dilakukan karena tahapan yang telah dilakukan bisa terekam dan menjadi best practice bagi desa yang mau mengembangkan konsep desa wisata menggunakan Community Based Tourism.