Education is a process of fostering physical and spiritual, so AbstrakPendidikan merupakan suatu proses pembinaan jasmaniah dan ruhaniah, sehingga menghajatkan pelaku pendidikan yang memiliki multi kompetensi: paedagogi; personal; sosial dan; spiritual. Kompetensi spiritual dapat ditingkatkan melalui peningkatan kualitas qalbu. Qalbu berpotensi kebaikan memiliki karakteristik diantaranya sebagaimana disebutkan dalam al Quran: qalbun saliim; qalbun muniib; qalbun muallafun; qalbun muthmainnun; taqwal qulub; hati yang sakiinah; dan ra'fatul qalbi warahmatuh. Sebaliknya qalbu juga harus dipelihara dari karakter yang membuatnya mengeras bagai batu sehingga sulit memperoleh hidayah dari Allah SWT, yaitu atsimun qalbuhu; ghillun fi al qalbi; man aghfalna qalbuhu. Pendidik yang senantiasa meningkatkan kompetensi spiritualnya dengan menghidupkan karakter baik dari qalbunya akan lebih mudah mewujudkan cita-cita pendidikan secara lebih efektif, karena ia selaras dengan arah dan sasaran yang diinginkan Rabbnya.
The study of the competency of lecturers in Indonesia cannot be separated from the study of state intervention in education. State hegemony occurs in the form of formalization of regulations governing the improvement of capabilities and competences of lecturers. Research shows that the presence of Law No. 14 of 2005 and Government Regulation No. 37 of 2009 has been used as an implementation juridical foothold to encourage the increase of qualifications and competences of lecturers at State Islamic Religious Colleges (PTKIN) in Indonesia in general, and in UIN Ar-Raniry and UIN Bandung specifically. A qualitative-quantitative combination research design was applied in this research with data set approaches through documentation studies, observations, in-depth interviews, and questionnaires. This research establishes that the development of lecturer competence in PTKIN is in line with and not contradictory to the national education system and strengthens the content of Law No. 14 of 2005 and Government Regulation No. 37 of 2009. The qualifications and competences of lecturers at PTKIN have improved, but there is still a treat of implementation of regulations that have not been maximally felt by the lecturers. Upgrading the qualifications and competences of lecturers well and maximally, substantially affects PTKIN lecturers in improving the performance, professionalism and quality of academic benefits for students. These logical consequences have a positive impact on the transformation of education in the PTKIN environment after COVID-19, where learning processes and academic services can run online based on information technology. Keywords: Education policy, lecturer competency, Covid-19, educational license
AbstrakProses pembelajaran yang berlangsung di lembaga pendidikan seperti sekolah, madrasah dan bahkan perguruan tinggi masih kering dari upaya penanaman nilai bagi peserta didik. Proses yang berlangsung lebih didominasi transfer knowledge (penuangan pengetahuan) alih-alih dari internalisasi nilai yang merupakan perkara penting dalam sebuah aktifitas pendidikan. Sementara itu, metodologi pembelajaran dewasa ini telah berkembang demikian pesat, sehingga telah terjadi perubahan paradigma pembelajaran dari yang berpusat pada guru menjadi pembelajaran yang berpusat pada peserta didik. Seiring perubahan tersebut muncul kekhawatiran sebagian pendidik terhadap semakin keringnya proses pembelajaran dari upaya internalisasi nilai pada peserta didik di berbagai lembaga pendidikan. Kajian ini berusaha menyuguhkan benang merah diantara berbagai kekhawatiran tereliminir upaya internalisasi nilai dalam praktik pendidikan di satu sisi dan semangat penerapan pendekatan pembelajaran yang berpusat pada peserta didik di sisi lain.Kata kunci: Peserta didik, poros utama, internalisasi, dan nilai PendahuluanBangsa Indonesia dewasa ini sedang mengalami krisis multidimensional, salah satunya dimensi akhlak. 1 Hal ini ditandai dengan berkembangnya serangkaian praktik yang tidak sesuai dengan nilai yang dianut bangsa. Krisis akhlak disinyalir akibat proses pendidikan yang kurang berhasil menyiapkan generasi muda bangsanya. Krisis akhlak disebabkan oleh tidak efektifnya pendidikan nilai dalam arti luas; di rumah, di sekolah, dan di lingkungan masyarakat.
There are some modern scholars who criticize the existence of schooling that still cannot realize the hopes of mankind in general. PENDAHULUANSelama beberapa generasi, masyarakat dunia telah berusaha menjadikan dunia sebagai tempat yang lebih baik dengan cara menyediakan makin banyak
scite is a Brooklyn-based organization that helps researchers better discover and understand research articles through Smart Citations–citations that display the context of the citation and describe whether the article provides supporting or contrasting evidence. scite is used by students and researchers from around the world and is funded in part by the National Science Foundation and the National Institute on Drug Abuse of the National Institutes of Health.
customersupport@researchsolutions.com
10624 S. Eastern Ave., Ste. A-614
Henderson, NV 89052, USA
This site is protected by reCAPTCHA and the Google Privacy Policy and Terms of Service apply.
Copyright © 2024 scite LLC. All rights reserved.
Made with 💙 for researchers
Part of the Research Solutions Family.