Pasar Angso Duo Kota Jambi setiap harinya menghasilkan 54 m³ sampah dan sebanyak 1.288 kg/tahun limbah padat dihasilkan dari Rumah Potong Hewan (RPH) Kota Jambi. Sebagai upaya mengurangi jumlah timbulan sampah dan limbah padat RPH, maka dilakukan penelitian dengan memanfaatkan sampah organik pasar dan limbah padat RPH sebagai bahan baku kompos. Pengomposan dilakukan dengan metode aerobik-open windrow dan membandingkan 2 variasi tinggi tumpukan kompos untuk dilihat pengaruhnya terhadap jumlah bakteri Escherichia coli dan Salmonella sp. Hasil penelitian menunjukkan bahwa perbedaan tinggi tumpukan kompos mempengaruhi pencapaian suhu kompos. Kompos mencapai suhu tertinggi 63ºC pada tinggi tumpukan 0,6 m (T-I) dan 64ºC pada tinggi tumpukan 1 m (T-II). Jumlah bakteri Escherichia coli mengalami penurunan jumlah pada komposter T-I dan T-II menjadi 220 MPN/gr dan 130 MPN/gr pada hari ke-45 pengomposan. Namun, jumlah ini belum sesuai dengan yang disyaratkan pada Peraturan Menteri Pertanian No. 70 tahun 2011 tentang Pupuk Organik, Pupuk Hayati dan Pembenah Tanah. Sedangkan, kompos pada penelitian ini bebas dari kontaminasi bakteri Salmonella sp. Perbedaan tinggi tumpukan kompos tidak menghasilkan perbedaan yang mencolok untuk parameter kematangan kompos yaitu warna, bau dan tekstur kompos. Parameter kematangan kompos sudah sesuai dengan SNI 14-7030-2004 tentang Spesifikasi Kompos dari Sampah Organik Domestik.
The gateway of city is the point of entry and exit for traffic activities, the high traffic activity that occurs causes air pollution, thereby reducing air quality. The use of lichen as a bioindicator is considered more efficient than using other indicator tools or machines. Purpose of this study was to determine the level of air pollution at the gateway of Jambi city using lichen as a bioindicator and to determine the concentration of Pb metal content in lichen. The research method used is exploration with roaming methods. The location of the research was carried out at the West Gate of Simpang Rimbo, the South Gate of Paal 10, and the East Gate of Aurduri 2. The Pb metal test in lichen was carried out using Inductively Coupled Plasma Mass Spectroscopy analysis method (ICP-MS). Based on the measurement results, the Aurduri 2 location is included in the location of low traffic density with an average number of 18,509 vehicles/ day. The location with moderate traffic density is Paal 10 with an average number of 31,941 vehicles/ day. The vehicle traffic density with the highest number was the Simpang Rimbo location with an average number of 45,041 vehicles/ day. The highest concentration of Pb in lichen was at the Aurduri 2 sampling location with a Pb metal value of 3.01 ppm and the lowest at the Simpang Rimbo location of 2.31 ppm.
Abstrak, Hutan kota adalah salah satu ruang terbuka hijau masyarakat yang mengontrol pencemaran atmosfer, air dan tanah Karbon dioksida (CO2) merupakan suatu substansi yang paling utama dari gas-gas rumah kaca dimana peningkatannya dapat terjadi dikarenakan penggunaan bahan bakar dan gas yang dapat menyebabkan berbagai penyakit seperti infeksi-infeksi saluran pernapasan bagian atas, sakit di bagian hati, kanker dan lain sebagainya. Oleh karena itu, merupakan hal yang penting untuk mengurangi emisi-emisi CO2 yang salah satunya dapat dilakukan melalui pemanfaatan ruang terbuka hijau publik, khususnya adalah hutan kota. Kota Jambi sebagai sebuah kota besar di Indonesia tentunya memiliki potensi emisi CO2 yang juga besar. Tujuan dari riset ini adalah untuk memprediksi potensi dari vegetasi pohon di hutan kota yang dimiliki oleh Kota Jambi dalam mengurangi emisi gas CO2. Riset ini dilakukan di tiga lokasi: hutan kota Bagan Pete, hutan kota Muhammad Sabki, dan hutan pinus Kenali. Analisis vegetasi dilakukan dengan metode kuadran dimana plot observasi pada 10 x 10 m dilakukan untuk mendapatkan area basal secara acak. Pada setiap lokasi kemudian dideterminasi potensi pengurangan emisi CO2 masing-masing. Area basal dari vegetasi pohon-pohon di tiap lokasi didapatkan seluas 72,72 m2/Ha untuk hutan kota bagan Pete, 25,45 m2/Ha pada hutan kota Muhammad Sabki, dan 5,12 m2/Ha untuk hutan pinus Kenali. Sedangkan pengurangan CO2 dari vegetasi pohon di hutan kota pada tiap lokasi secara berurutan adalah 41.386 Ton/Ha/Tahun, 14.482,93 Ton/Ha/Tahun, 2.916,94 Tons/Ha/Tahun. Berdasarkan penelitian ini, hutan kota Bagan Pete memiliki potensi tertinggi dari ketiga hutan kota yang dimiliki oleh kota Jambi, dan total pengurangan emisi karbon dioksida di kota Jambi dari keberadaan hutan-hutan kota yang ada adalah sebesar 58.785,87 Ton/Ha/Tahun.
Kawasan Gentala Arasy Kota Jambi sebagai area wisata berdampingan dengan Sungai Batanghari. Terdapat berbagai macam aktivitas seperti perdagangan, perkantoran, penginapan, pendidikan, dan aktivitas transportasi darat maupun air yang dapat mempengaruhi kualitas udara sehingga menjadi tercemar. Partikulat dapat tersebar ke berbagai daerah yang dapat mengakibatkan gangguan pada sistem pernafasan dan kesehatan. Maka, perlu dilakukannya pemodelan sebaran udara sebagai pertimbangan untuk mengambil kebijakan terkait masalah lingkungan dengan memprediksi arah sebaran polutan dari suatu sumber. Sebaran polutan di udara diprediksi dengan model Hysplit menggunakan program READY NOAA Hysplit. Hasil penelitian menggunakan model Hysplit dapat memprediksi konsentrasi PM10 dan PM2,5 yang menyebar di sekitar lokasi penelitian dan sejauh mana sebarannya. Arah sebaran PM10 dan PM2,5 pada saat penelitian sebagian besar mengarah ke arah barat laut Kota Jambi. Adapun daerah yang berpotensi terkena sebaran PM10 dan PM2,5 meliputi 8 Kecamatan yaitu Pasar Jambi, Danau Teluk, Pelayangan, Jambi Timur, Telanaipura, Jelutung, Jambi Selatan dan Kota Baru. Kecamatan Pasar Jambi, Danau Teluk dan Pelayangan merupakan 3 Kecamatan yang paling beresiko terkena paparan PM10 dan PM2,5 pada kawasan Gentala Arasy Kota Jambi..
Kegiatan pemanfaatan lahan gambut dengan cara membakar dan membuat kanal tanpa penerapan sekat kanal menyebabkan muncul banyaknya titik kebakaran, khususnya ketika musim kemarau tiba. Hal ini dapat menyebabkan turunnya kualitas udara ambien yang disebabkan oleh partikulat pencemar udara salah satunya adalah PM2,5, yang dapat berdampak pada kesehatan dan pemanasan global yang disebabkan oleh Karbon Organik (KO) dan Elemen Karbon (EK) yang terdapat di dalam PM2.5. Penelitian dilakukan untuk mengetahui konsentrasi PM2,5 serta karakteristik Karbon Organik (KO) dan Elemen Karbon (EK) di kawasan kebakaran lahan gambut yang sedang terjadi. Pengukuran PM2,5 menggunakan metode Gravimetri dan Karbon Organik (KO) serta Elemen Karbon (EK) dianalisis menggunakan alat DRI Model 2015 Multiwavelength Thermal/ Optical Carbon Analyzer Protokol IMPROVE_A. Konsentrasi PM2,5 yang diukur dengan 2 alat nano sampler (NS) sekaligus selama 5 jam dari pukul 12.39 – 17.39 WIB yaitu NS1 sebesar 146,75 µg/m3 dan NS2 583,33 µg/m3. Konsentrasi Karbon Organik (KO) dan Elemen Karbon (EK) di dalam PM2,5 dengan karakteristik KO1, KO2, KO3, KO4, Pirol K, EK1, EK2, EK3 pada NS1 secara berturut-turut yaitu 0,31; 19,48; 11,79; 3,30; 4,24; 2,95; 0,99; dan 0,33 µg/m3 sedangkan pada NS2 secara berturut-turut yaitu 1,00; 52,72; 29,4; 8,89; 8,38; 5,61; 2,02; dan 0,74 µg/m3
scite is a Brooklyn-based organization that helps researchers better discover and understand research articles through Smart Citations–citations that display the context of the citation and describe whether the article provides supporting or contrasting evidence. scite is used by students and researchers from around the world and is funded in part by the National Science Foundation and the National Institute on Drug Abuse of the National Institutes of Health.
customersupport@researchsolutions.com
10624 S. Eastern Ave., Ste. A-614
Henderson, NV 89052, USA
This site is protected by reCAPTCHA and the Google Privacy Policy and Terms of Service apply.
Copyright © 2024 scite LLC. All rights reserved.
Made with 💙 for researchers
Part of the Research Solutions Family.