ABSTRAKKepulauan Riau merupakan salah satu pintu gerbang masuknya para pedagang internasional ke Nusantara. Kepulauan ini memiliki sejarah maritim yang panjang, dan aktivitas perdagangan global terekam secara baik di kawasan ini dengan ditemukannya situs-situs arkeologi salah satunya situs kapal karam dan barang komoditasnya. Kapal karam merupakan bukti langsung secara arkeologi untuk merekonstruksi aktivitas pelayaran laut. Dari temuan kapal karam kita dapat mempelajari teknologi struktur kapal itu sendiri, navigasi laut dalam jalur perdagangan, interaksi budaya, serta jenis komoditas yang dipasarkan di Perairan Nusantara secara khusus. Kerajaan-kerajaan Melayu berkembang pesat seiring makin ramainya aktivitas perdagangan di Laut Cina Selatan dan Selat Malaka. Data arkeologi menunjukkan pedagang-pedagang dari India, Arab, Persia, bahkan Eropa telah singgah dan beraktivitas di perairan Kepulauan Riau. Para ahli pun berpendapat bahwa Perairan Laut Cina Selatan hingga Selat Malaka tidak kalah ramainya dengan perairan Mediteranian. Hal ini tergambar pada situs-situs arkeologi bawah air yang berada di Perairan Pulau Natuna dan Pulau Bintan. Kedua pulau ini hingga sekarang memiliki peran yang signifikan bagi aktivitas pelayaran dan perdagangan di Indonesia. Aktivitas perdagangan masa lalu tersaji dengan sangat baik di situs-situs arkeologi bawah air di perairan kedua pulau tersebut. Namun, aktivitas penjarahan juga terus terjadi pada situs-situs arkeologi bawah air sehingga memunculkan diskusi mengenai perlunyadikembangkan model pelestarian yang aman untuk situs arkeologi bawah air di Kepulauan Riau agar masyarakat dapat menerima manfaatnya.
ABSTRACTRiau Archipelago is one of the gates for international merchant going into Nusantara waters. This archipelago has a long maritime history, andglobal trade activities were recorded in this area in the sites of shipwreck and its cargos. Shipwrecksarearchaelogical direct evidence to reconstruct the seafaring activities. From shipwrecks we will be able to learnabout the technology of ship structure, ship navigationin the sea trading routes, cultural interaction, and the type of commodities specifically marketed in Nusantara. Malay empireswere growing rapidly corresponding to the increasing trade activities in the South China Sea and Malaka Strait. Archaeological data show that Indian, Arabian, Persian, Chinese and even Europeantraders have visited the Riau Islands for trading. Experts suggested that the waters of the South China Sea to the Malaka Straitwereno less crowded from the mediterranean waters. This is reflected in the underwater archaeological sites located in the waters of Natuna Island and Bintan Island. Both islands played a significant role in shipping and trading activities in the past. Past trading activities were presented very well in underwater archaeological sites of the two islands. However, lootingis also occuringin thesites which triggered discussions on the need to develop asecure preservation model for underwater archaeological sites in Riau Islands for...