2020
DOI: 10.25026/jsk.v2i4.150
|View full text |Cite
|
Sign up to set email alerts
|

Aktivitas Antidiabetes Serbuk Semut Jepang (Tenebrio molitor Linn.) pada Mencit Swiss Webster Jantan yang Diinduksi Aloksan

Abstract: Diabetes mellitus is a disease caused by metabolic disorders with hyperglycemia conditions that can occur due to impaired insulin secretion, insulin sensitivity or both. Semut Jepang (SJ) are used by people of Indonesians as a drug to reduce blood sugar levels, but have not been scientifically studied as antidiabetic. Therefore, this study aims to examine the antidiabetic activity of Japanese ant powder in mice. Method: The study was carried out using the antihyperglycemic method in mice induced by alloxan. In… Show more

Help me understand this report

Search citation statements

Order By: Relevance

Paper Sections

Select...
2

Citation Types

0
0
0
2

Year Published

2022
2022
2023
2023

Publication Types

Select...
1
1

Relationship

0
2

Authors

Journals

citations
Cited by 2 publications
(2 citation statements)
references
References 0 publications
0
0
0
2
Order By: Relevance
“…Dosis aloksan yang diberikan adalah 175mg/kg BB. Aloksan monohidrat digunakan pada penelitian ini karena aloksan memiliki sifat toksik selektif terhadap sel beta pankreas yang memproduksi insulin, dimana aksi sitotoksik aloksan dimediasi oleh senyawa radikal bebas [12]. Mencit dipuasakan agar kadar glukosa darah stabil dan tidak terjadi perubahan kadar glukosa darah karena asupan makanan [13].…”
Section: Hasil Dan Pembahasanunclassified
See 1 more Smart Citation
“…Dosis aloksan yang diberikan adalah 175mg/kg BB. Aloksan monohidrat digunakan pada penelitian ini karena aloksan memiliki sifat toksik selektif terhadap sel beta pankreas yang memproduksi insulin, dimana aksi sitotoksik aloksan dimediasi oleh senyawa radikal bebas [12]. Mencit dipuasakan agar kadar glukosa darah stabil dan tidak terjadi perubahan kadar glukosa darah karena asupan makanan [13].…”
Section: Hasil Dan Pembahasanunclassified
“…Pada hari ke -8 terjadi kenaikan pada kelompok kontrol NaCMC yaitu 429.67 dan kelompok glibenklamid 264.67 mg/dL, terlihat potensi glibenklamid dalam menurunkan kadar glukosa darah lebih rendah dibandingkan kelompok UTDK dan UTBK. Hal ini diduga karena adanya perbedaan mekanisme kerja antara glibenklamid dalam menurunkan kadar glukosa dalam darah dengan kondisi diabetes akibat pemberian aloksan, sehingga penurunannya tidak terlalu signifikan [12]. Sedangkan pada dua kelompok uji lainnya, terjadi penurunan kadar glukosa darah pada kelompok UTDK 340.33 mg/dL dan kelompok UTBK 255.33 mg/dL.…”
Section: Hasil Dan Pembahasanunclassified