Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengkaji nilai budaya malu (Haji no Bunka) dalam cerpen “Yabu no Naka” karya Akutagawa Ryunosuke. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif kualitatif, yang mana proses analisis dilakukan untuk mengetahui nilai-nilai budaya malu yang tergambar dalam cerita “Yabu no Naka”. Dengan kajian sosiologi sastra dan teori budaya Jepang, sebagai hasil kajian diketahui bahwa dalam cerpen “Yabu no Naka” terdapat tiga nilai budaya malu yaitu nilai haji, gimu dan giri. Ketiga nilai budaya malu tersebut tergambar dari beberapa unsur intrinsiknya, antara lain tergambar dalam karakter tokoh-tokoh utamanya, tema dan amanat cerita. Dari hasil analisis diperoleh kesimpulan bahwa cerita yang berlatar masyarakat pada masa Heian tersebut selain memegang teguh nilai-nilai dalam Haji no Bunka, juga masih menjungjung tinggi nilai-nilai Bushido yang menjadi jalan hidup para samurai. Selain itu bila dilihat dari gambaran nilai budaya malu yang terdapat dalam rangkaian ceritanya, maka cerpen berjudul “Yabu no Naka” ini penulis maknai sebagai pesan pengarang yang terkait langsung dengan Haji no Bunka. Melalui judul tersebut tersirat pesan bahwa haji (aib) merupakan hal tersembunyi yang sewaktu-waktu dapat dengan mudahnya terbongkar, layaknya menutupi sesuatu hanya dengan “yabu” (semak belukar).