“…Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah melalui kuesioner untuk mendapatkan nilai tingkat kepentingan dan kinerja. Indikator bengkel yang akan dikembangkan pada penelitian ini adalah: Realibility (kehandalan): (P1) ketepatan waktu perbaikan sesuai dengan yang dijanjikan, (P2) Prosedur dan kemampuan pengelola dalam memberikan pelayanan yang memadai, (P3) Hasil mengikuti preferensi konsumen, dan (P4) Manajer dan staf bengkel berpengetahuan luas; Responsiveness (daya tanggap): (P5) Kecepatan layanan, (P6) Respon manajer dan staf dalam memberikan layanan, (P7) Pemenuhan permintaan khusus konsumen; Assurance (jaminan): (P8) Jaminan kualitas produk dan layanan, (P9) Produk murah dan harga pelayanan, (P10) Keramahan dan sopan santun manajer dan staf bengkel, (P11) Kredibilitas dan kejujuran manajer dan staf bengkel; Emphaty (empati): (P12) Kejelasan komunikasi dan informasi pada konsumen, (P13) Pemahaman manajer dan staf tentang kebutuhan konsumen, (P14) Empati manajer dan staf terhadap kepuasan konsumen; Tangible (bukti langsung): (P15) Kebersihan dan kerapian bengkel, (P16) Kenyamanan bengkel, dan (P17) Fasilitas bengkel yang memadai dengan nilai kinerja yang berbeda [17] [18][19] [20]. Selanjutnya, data hasil angket yang diujikan kepada 30 konsumen, dan diolah dengan uji validitas serta reliabilitas, sebelum dianalisis dengan software SPSS analisis kinerja penting (Importance Performance Analysis).…”