INTISARIPenelitian dilakukan terhadap tiga ekor kuda hasil persilangan antara pejantan Thoroughbred dengan induk lokal, dengan kandungan genetik lokal antara 6,25% sampai dengan 12,5% dengan kisaran umur 12-20 tahun. Penelitian dimulai dengan sinkronisasi estrus yang dilakukan dengan penyuntikan hormon PGF2α dosis tunggal 10 mg i.m pada fase luteal, diikuti dengan penyuntikan 1.500 IU hCG pada saat folikel dominan telah mencapai diameter ≥30 mm. Pemeriksaan dengan ultrasonografi dilakukan secara rutin pada waktu yang sama. Dari pengamatan terhadap sinkronisasi estrus dan induksi ovulasi didapatkan hasil bahwa interval awal perlakuan PGF2α hingga onset estrus adalah 1,33±0,58 hari, dengan lama estrus 4,00±1,00 hari, interval mencapai ovulasi dari awal perlakuan PGF2α adalah 5,33±1,15 hari, sedangkan dari awal perlakuan hCG adalah 66,67±10,07 jam. Diamater maksimal folikel terbesar adalah 4,50±0,52 cm yang dicapai sehari sebelum terjadinya ovulasi. Secara umum dapat dilihat bahwa rerata panjang siklus estrus kuda hasil persilangan pejantan Thoroughbred dengan induk lokal Indonesia yang telah berumur 12-20 tahun adalah 25,4±3,38 hari dengan 2 sampai 3 gelombang folikel dan lama estrus 6,8±1,92 hari. Rerata diameter folikel terbesar maksimum sebelum ovulasi adalah 4,2±1,24 cm dengan kisaran 3,0 sampai dengan 5,8 cm. Hasil pengamatan terhadap tingkah laku estrus menunjukkan bahwa saat-saat menjelang ovulasi akan ditandai dengan pencapaian skor maksimal pada nilai 3, yang dicirikan dengan lebih menunjukkan ketertarikan terhadap pejantan, mengangkat ekor, winked vulva, squatting dan urinasi dan pada nilai 4 yang dicirikan dengan ketertarikan yang kuat terhadap pejantan, menyodorkan pantat pada jantan, mengangkat ekor dan winked vulva serta urinasi yang berkelanjutan.(Kata kunci: Dinamika ovarium, Estrus, Kuda betina, Siklus, Ultrasonografi)
ABSTRACT The development of horse breeding industry in Indonesia was