This research was aimed to determine the difference between the costs and income of the partnership and the independent patterns of the dairy cattle business. The research area was determined in Dompyong Village, Bendungan District, Trenggalek Regency, considering that the site has a high dairy cattle population. The purposive sampling method was used to take samples, which took respondents who had two dairy cattle and had been reared for one year. Sampling for this research amounted to 40 farmers, 20 with partnership patterns and 20 with independent practices. Primary data was obtained from observations and direct interviews with the breeders, while secondary data was collected from written reports of various relatedagencies. The independent pattern of dairy cattle business per two cows obtained data on the average production cost of IDR18,779,958. Revenue was IDR25,909,500, and the average income was IDR7,129.541. While the dairy cattle business with a partnership pattern per 2 cows, the average production cost was IDR9,188,550. Revenue was IDR13,150,950, and the average income was IDR3,962,400. From the analysis of the R/C Ratio, the value of the independent dairy cattle business efficiency was 1.37, and the partnership pattern was 1.43. Tujuan dilakukan penelitian ini yaitu agar pendapatan usaha dan perbedaan biaya ternak sapi perah pola gaduh dan pola mandiri dapat diketahui. Penelitian ditentukan pada daerah Desa Dompyong, Kecamatan Bendungan, Kabupaten Trenggalek dengan pemikiran tingginya populasi ternak sapi perah pada daerah tersebut. Dalam pengambilan sampel digunakan metode Purposive Sampling yang mana diambil responden dengan kepemilikan sapi perah sejumlah 2 ekor sapi yang sudah satu tahun dipelihara. Pengambilan sampel untuk penelitian ini sejumlah 20 peternak menggunakan pola mandiri dan 20 peternak menggunakan pola gaduh sehingga ada 40 peternak sebagai sampel. Data yang didapatkan melalui data sekunder dan data primer. Data primer didapatkan dari wawancara dan pengamatan dengan peternak secara langsung sedangkan sumber data sekunder adalah laporan tertulis dari instansi terkait yang bervariasi sebagai pelengkap data penelitian. Pada usaha ternak sapi perah pola mandiri didapatkan hasil penelitian tiap 2 ekor sapi dengan data rata-rata biaya Penerimaan Rp 25,909,500 untuk produksi Rp 18,779,958. dan untuk pendapatan rata-ratanya Rp 7,129,541, sementara itu pada usaha ternak sapi perah pola gaduh tiap 2 ekor sapi di peroleh Penerimaan Rp 13,150,950 untuk biaya produksi rata-ratanya Rp 9,188,550 dan pendapatan memiliki ratarata Rp 3,962,400. Berdasarkan analisis R/C Ratio pola gaduh bernilai efisiensi sebesar 1,43. Sedangkan untuk pola mandiri yang diterapkan pada usaha ternak sapi perah bernilai 1,37.