2014
DOI: 10.14421/jpi.2014.32.267-288
|View full text |Cite
|
Sign up to set email alerts
|

Bias Gender dalam Buku Teks Pendidikan Agama Islam dan Kristen

Abstract: This research has been done to reveal the gender bias in text books of Islamic and AbstrakPenelitian ini dilakukan untuk menyingkap bias gender dalam buku teks pendidikan agama Islam dan Kristen sebagai dasar untuk mempromosikan pendidikan agama berwawasan gender secara faktual. Hasil penelitian menunjukkan bahwa buku teks pelajaran pendidikan agama Islam dan Kristen yang dipelajari oleh siswa dewasa ini, hanya berisi sedikit nilai norma gender.Oleh karena itu, perlu adanya revisi materi pendidikan agama yang … Show more

Help me understand this report

Search citation statements

Order By: Relevance

Paper Sections

Select...
1
1
1
1

Citation Types

0
3
0
5

Year Published

2019
2019
2022
2022

Publication Types

Select...
5
1

Relationship

0
6

Authors

Journals

citations
Cited by 6 publications
(8 citation statements)
references
References 0 publications
0
3
0
5
Order By: Relevance
“…Dalam menyatakan pendapat, mereka sering menggunakan Alkitab sebagai pendukung tafsirannya tersebut. Adapun beberapa tokoh Kekristenan tersebut, sebagai berikut: 1) Johanes Calvin mengatakan, perempuan diciptakan lebih rendah dari laki-laki, sehingga perempuan memiliki peran nomor dua dalam hal menentukan fungsinya dalam kehidupan masyarakat, terlebih dalam urusan kepemimpinan publik (Murfi, 2014); 2) Thomas Aquinas mengatakan, perempuan adalah manusia yang diciptakan dari laki-laki yang cacat dan memiliki kekurangan; 3) Immanuel Kant berpendapat, perempuan memiliki perasaan kuat, cantik, anggun, lemah-lembut, dan sebagainya, namun perempuan kurang dalam aspek kognitif yang berkaitan dengan nalar, sehingga perempuan tidak dapat untuk memutuskan tindakan moral yang tepat. Oleh karena itu, perempuan tidak layak untuk mengambil peran yang lebih luas di dalam lingkungan masyarakat (Kania, 2012).…”
Section: Pendahuluanunclassified
See 1 more Smart Citation
“…Dalam menyatakan pendapat, mereka sering menggunakan Alkitab sebagai pendukung tafsirannya tersebut. Adapun beberapa tokoh Kekristenan tersebut, sebagai berikut: 1) Johanes Calvin mengatakan, perempuan diciptakan lebih rendah dari laki-laki, sehingga perempuan memiliki peran nomor dua dalam hal menentukan fungsinya dalam kehidupan masyarakat, terlebih dalam urusan kepemimpinan publik (Murfi, 2014); 2) Thomas Aquinas mengatakan, perempuan adalah manusia yang diciptakan dari laki-laki yang cacat dan memiliki kekurangan; 3) Immanuel Kant berpendapat, perempuan memiliki perasaan kuat, cantik, anggun, lemah-lembut, dan sebagainya, namun perempuan kurang dalam aspek kognitif yang berkaitan dengan nalar, sehingga perempuan tidak dapat untuk memutuskan tindakan moral yang tepat. Oleh karena itu, perempuan tidak layak untuk mengambil peran yang lebih luas di dalam lingkungan masyarakat (Kania, 2012).…”
Section: Pendahuluanunclassified
“…Tuhan menciptakan jenis kelamin, sementara manusia yang menciptakan perbedaan gender antara perempuan dengan laki-laki dalam kehidupan masyarakat. Dengan demikian, gender merupakan hal yang dapat dipertukarkan karena dikonstruksi oleh sosial budaya (Murfi, 2014).…”
Section: Perbedaan Gender Dengan Jenis Kelamin (Sex)unclassified
“…Observation of the material on the implementation of learning both in the extracurricular and extracurricular learnings, or Islamic boarding school's curriculum, is continuously monitored as an effort to prevent deviation from the context of the Qur'an, the hadith, and to prevent the understanding of radical thoughts that can potentially foster misconceptions and result in embryos of radicalism 38 . Therefore, such a pattern will erode any momentum that has the potential to cause radicalism 39 .…”
Section: Revitalization Of Islamic Boarding School Management In Indonesia: a Practicementioning
confidence: 99%
“…Sugiyono (2017) mendefiniskan bahwa penelitian kualitatif merupakan hal yang dapat dilakukan dalam penelitian ilmu-ilmu sosial, oleh karena itu penelitian ini menggunakan metode kualitatif, dimana penelitian digunakan untuk meneliti kondisi obyek yang alamiah (Istiningtyas & Lukmawati, 2019;Rusandi, Sugiharto, & Sunawan, 2019). Pengumpulan data dilakukan secara gabungan atau simultan melalui proses pertanyaan, analisis, dan mengkonstruksi sosial sehingga hasil penelitian menjadi jelas dan bermakna (Fitri et al, 2018;Ristianti et al, 2019;Rusandi et al, 2019) menjelaskan bahwa dalam penelitian kualitatif peneliti berperan langsung sebagai instrumen penelitian, sehingga data penelitian tentang Kebijakan Kepala Sekolanh ini dapat terkumpul dengan baik dan dapat diolah menjadi hasil penelitian yang mampu menggambarkan obyek penelitian secara alami (Fathurrochman, Budiman, Alamsyahril, & Kristiawan, 2019;Kristiawan, 2016;Murfi, 2014).…”
Section: Metodeunclassified