A trend in sea level rise as a result of global warming could be a threat to small islands and coastal areas in Indonesia. The objective of this study was to determine the trend and variability of mean sea level anomaly (MSLA)
Keywords: mean sea level, anomaly, SOI, DIM, PDO, interannual, ENSO
ABSTRAKTrend kenaikan paras laut yang terjadi sebagai akibat pemanasan global dapat menjadi ancaman bagi pulau-pulau kecil dan daerah pesisir di Indonesia. Penelitian ini bertujuan untuk menentukan laju dan variabilitas anomali paras laut rata-rata (MSLA) di perairan Indonesia selama 20 tahun pengamatan. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data MSLA bulanan yang diperoleh dari AVISO website (ftp://ftp.aviso.oceanobs.com). Data pendukung seperti Southern Oscillation Index (SOI) (http://www.gom.gov.au/climate/enso), Dipole Indian Mode (DIM) index (http://gcmd. nasa.gov/ records/GCMD_Indian_Ocean_Dipole.html), dan Pacific Decadal Oscillation (PDO) index (http:// research.jisao.washington.edu/pdo/). Delapan stasiun pengamatan ditentukan untuk mewakili perairan Indonesia. Secara umum variabilitas MSLA di perairan Indonesia mengikuti pola musiman, berkorelasi positif dengan SOI index, dan berkorelasi negatif dengan DIM dan PDO indeks. Korelasi parsial DIM lebih dominan di perairan barat Sumatra (r=-0,52) dan selatan Jawa (r=-0,44), PDO lebih dominan di perairan utara Papua (r=-0,37) dan Selat Makassar (r=-0,33), dan SOI paling dominan di perairan utara Papua (r=0,52) dan semakin kecil kearah perairan Indonesia bagian barat. Secara keseluruhan, variabilitas MSLA di perairan Indonesia dapat dijelaskan oleh variabilitas SOI, DIM, dan PDO indeks paling rendah di perairan Natuna sebesar 12% (R 2 =0,12) dan paling tinggi di perairan utara Papua sebesar 54% (R 2 =0,54). Varibilitas interannual disebabkan kejadian ENSO (SOI<-10) bersamaan dengan nilai DIM maksimum yang menghasilkan MSLA terendah, dan saat La Nina (SOI>10) bersamaan dengan nilai DIM dan PDO minimum menyebabkan MSLA tertinggi. Laju ratarata kenaikan paras laut di seluruh perairan Indonesia adalah 5,84 mm/thn dan nilai ini hampir dua kali lebih tinggi dari laju rata-rata kenaikan paras laut global (3,2 mm/thn).