This study aims to describe masculinity in literature and religion of China. The focus of this study are (1) how is the representation of masculinity in literature and religion in China, (2) how is the representation of the other side of masculinity literature and religion in China, and (3)
AbstrakPenelitian ini bertujuan memaparkan maskulinitas dalam sastra dan agama Tiongkok. Fokus penelitian ini, yakni (1) bagaimanakah representasi maskulinitas dalam sastra dan agama di Tiongkok, (2) bagaimanakah representasi sisi lain maskulinitas sastra dan agama di Tiongkok, dan (3) bagaimanakah maskulinitas sastra dan agama dalam kaitannya dengan relevansi kehidupan masyarakat di Tiongkok saat ini. Teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah maskulinitas. Dalam penelitian ini digunakan metode deskriptif-kualitatif dengan paparan bergaya naratif dan autoetnografi. Sumber data yang digunakan berupa (1) studi pustaka sastra klasik Tiongkok (Journey to the West, Kisah Klasik Dinasti Ming, dan The Plum in the Golden Vase or,Chin P' Ing Mei Volume 1: The Gathering dan (2) auto-etnografi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa maskulinitas dalam sastra dan agama di Tiongkok sangat kental. Maskulinitas dalam sastra dan agama di Tiongkok muncul dalam bentuk kepemimpinan, keperkasaan, dan tanggung jawab; (2) sisi lain maskulinitas sastra dan agama di Tiongkok, yakni perseliran dan dominasi dalam kepemimpinan; dan (3) maskulinitas sastra dan agama dalam kaitannya dengan relevansi kehidupan masyarakat merepresentasikan bahwa Tiongkok menjunjung tinggi maskulinitas yang tampak pada kepemimpinan negara, kepemimpinan rumah tangga, dan kepemimpinan agama.Kata kunci: maskulinitas, sastra, agama, Tiongkok
PendahuluanMasyarakat Tiongkok adalah masyarakat yang dianggap sebagai 'raksasa' dunia. Beberapa bukti menguatkan hal tersebut. Sisi ekonomi dan politik, sebagaimana ramalan Bremmer (2006) yang menggunakan J-Curve Theory, Tiongkok akan semakin melejit dari segi perkembangan ekonomi dan politik sebab (Tiongkok) mengolaborasikan dua tipologi, yakni ekstroversi (keterbukaan) untuk ekonomi dan perdagangan dan introversi (ketertutupan) untuk politik. Pertumbuhan ekonomi naik sekitar 6% per tahun (tahun 2013). Zhou (2010) mengklaim bahwa saat ini Tiongkok sebagai negara besar sangat menjunjung tinggi perdamaian dunia. Meskipun demikian, tidak bisa dipungkiri bahwa Tiongkok mempunyai masalah internal yang kompleks. Sisi pendidikan, Li Lan Qing (wakil perdana menteri Tiongkok [1993][1994][1995][1996][1997][1998][1999][2000][2001][2002][2003]) melakukan reformasi pendidikan untuk 1.3 miliar penduduknya melalui "rejuvenating the nation through science and education" (Qing 2004). Tentunya, sebagai negara yang jumlah penduduknya besar, masalah pendidikan juga kompleks. Sisi obat-obatan, Tiongkok terkenal dengan pengobatan herbal dan tradisional. Sisi branding, Tiongkok banyak memiliki dan memunculkan brand baru, misal kehidupan bohemian, trend smartphone, dan makanan cepat saji (Wang 2008).