Konsumsi obat, suplemen kesehatan, dan obat tradisional meningkat saat pandemi Covid-19. Masyarakat dengan keluhan kesehatan lebih memilih swamedikasi daripada melakukan rawat jalan. Risiko swamedikasi perlu diimbangi dengan pengetahuan dan kemampuan masyarakat dalam memilih produk obat, suplemen kesehatan, dan obat tradisional yang aman. BPOM meningkatkan kesadaran masyarakat terkait keamanan obat dan makanan melalui program Komunikasi, Informasi, dan Edukasi (KIE) yang efektif. Tingkat kesadaran yang meliputi pengetahuan, sikap dan perilaku masyarakat dapat dipengaruhi oleh profil demografi. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan faktor demografi terhadap tingkat efektivitas KIE saat pandemi Covid-19. Penelitian menggunakan metode kuantitatif. Pengumpulan data melalui kuesioner online. Sebanyak 39.398 responden dipilih melalui purposive sampling dari populasi penerima KIE BPOM di seluruh Indonesia pada periode Juni 2020 hingga Juni 2021. Data dianalisis menggunakan uji ANOVA dengan SPSS 16 pada tingkat signifikansi 0,05. Hasil penelitian menunjukkan indeks efektivitas KIE sebesar 92,61 (sangat efektif). Faktor demografi yaitu pekerjaan dan pendidikan memiliki pengaruh terhadap indeks efektivitas KIE saat pandemi Covid-19, namun jenis kelamin dan umur tidak memiliki pengaruh terhadap indeks efektivitas KIE. Faktor demografi juga memiliki pengaruh terhadap indeks indikator pembentuk indeks efektivitas KIE. Pekerjaan, pendidikan, dan umur berpengaruh terhadap indeks ragam media. Pekerjaan dan pendidikan juga berpengaruh terhadap indeks pemahaman, umur berpengaruh terhadap indeks manfaat, serta pekerjaan, pendidikan, dan umur berpengaruh terhadap indeks minat. Tingkat efektivitas KIE saat pandemi Covid-19 dipengaruhi oleh faktor demografi yaitu pekerjaan dan pendidikan. BPOM perlu membuat perencanaan program KIE dengan mempertimbangkan karakteristik demografi, antara lain pendidikan, pekerjaan, dan umur dari target sasaran penerima KIE agar pelaksanaan KIE dapat efektif.