Abstrak. Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan gambaran tentang peningkatan keterampilan proses sains siswa sebagai impact penerapan model pembelajaran levels of inquiry yang menggunakan kombinasi praktikum nyata-maya. Penelitian ini dilatarbelakangi oleh pentingnya keterampilan proses sains siswa di dalam pembelajaran fisika. Model pembelajaran levels of inquiry yang menggunakan kombinasi praktikum nyata-maya dapat digunakan sebagai solusi dalam upaya peningkatan keterampilan proses sains siswa. Penelitian pre-experimental dengan one-group pretest-posttest design dilakukan di kelas X di salah satu SMA Negeri Kabupaten Subang. Hasil penelitian menunjukkan bahwa adanya peningkatan keterampilan proses sains siswa dengan kategori tinggi (N-Gain 0.73). Kata Kunci: model pembelajaran levels of inquiry, keterampilan proses sains, praktikum nyata-maya I. PENDAHULUAN Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) khususnya fisika berkaitan dengan cara mencari tahu tentang alam secara sistematis, sehingga fisika bukan hanya penguasaan kumpulan pengetahuan yang berupa fakta-fakta, konsep-konsep, atau prinsip-prinsip saja tetapi juga merupakan suatu proses penemuan [1]. Oleh karena itu, pembelajaran fisika di sekolah harus menekankan pada pemberian pengalaman langsung kepada siswa untuk mengembangkan kompetensi agar dapat menjelajahi dan memahami alam sekitar secara ilmiah.Salah satu tujuan pembelajaran fisika yang tercantum dalam Badan Standar Nasional Pendidikan (2006) yaitu agar peserta didik mampu mengembangkan pengalaman melalui percobaan agar dapat merumuskan masalah, mengajukan dan menguji hipotesis, merancang dan merakit instrumen, mengumpulkan, mengolah dan menafsirkan data, serta mengkomunikasikan secara lisan dan tertulis [1]. Keterampilan-keterampilan yang tertera dalam tujuan pembelajaran fisika menurut BNSP tersebut merupakan sejumlah keterampilan yang terdapat pada keterampilan proses sains. Hal ini menunjukkan bahwa salah satu kemampuan yang harus dilatihkan dalam pembelajaran fisika adalah keterampilan proses sains (KPS). Sehingga, pembelajaran fisika di sekolah selain memfasilitasi pengembangan kemampuan kognitif siswa juga harus mengembangkan keterampilan proses sains siswa.Akan tetapi, pada kenyataannya proses di lapangan belum sesuai dengan harapan. Berdasarkan hasil pengamatan di beberapa sekolah keterampilan proses sains siswa masih rendah [2][3]. Hal ini didukung oleh hasil studi pendahuluan yang dilakukan di salah satu SMA negeri di kabupaten Subang yang menunjukkan fakta bahwa rata-rata keterampilan proses sains siswa juga masih masih dalam kategori rendah, dari skala 100 rata-rata hasilketerampilan proses sains siswa hanya mencapai angka 58,5. Hal tersebut dikarenakanproses pembelajaran masih bersifat teacher centered, berorientasi pada tes/ujian, guru hanya menyampaikan fisika sebagai produk, dan siswa masih menghafal informasi faktual. Selain itu, kegiatan praktikum juga jarang dilakukan karena keterbatasan alat dan waktu, sehingga kemampuan proses sains siswa tidak tergali secara optimal. Oleh karena itu, p...