This research tries to reveal how Muslim teenagers' perceptions and interpretations of hoax news are often circulating in social media. The phenomenon of hoax spreads or false information gets a big moment when social media becomes very common on the internet. People become agents of hoax distribution because they believe in hoax content. Young teenagers are considered the most vulnerable affected by false or hoax news because the characteristics tend to be explorative, always curious, easily influenced, and tend to receive just the contents of the media. It may pose a latent danger and potentially divisive perceptions of society. This research uses Stimulus, Organism, and Response (SOR) theory through qualitative approaches. Data was collected through the FGD method, observation, in-depth interviews, and documentation by using purposive sampling. Meanwhile, to ensure the validity of the data, it is done with the triangulation of data and sources. The results revealed a relationship between understandings of the hoax with the rejection of hoax. It suggests that hoaxes as false news are designed to pose a threat to social life. The study concluded that people, especially Muslim youth, reexamine the truth of the information with "Tabayyun. It also increases digital literacy to be smart and critical in the media.
Penelitian ini mencoba untuk mengungkap bagaimana persepsi dan interpretasi remaja muslim mengenai berita hoaks yang kerap beredar di media sosial Fenomena penyebaran hoaks atau berita bohong mendapat momen besar ketika media sosial menjadi sangat umum berkembang di zaman internet. Masyarakat menjadi agen penyebaran Hoaks karena percaya dengan konten hoaks. Kalangan remaja remaja dinilai paling rentan terpengaruh berita bohong atau hoaks karena karakteristiknya cenderung eksploratif, selalu ingin tahu, mudah terpengaruh dan cenderung menerima begitu saja isi media. Ini dapat menimbulkan bahaya laten dan beragam persepsi yang berpotensi memecah belah masyarakat. Penelitian ini akan menggunakan teori Stimulus, Organisme dan Respon (SOR) melalui pendekatan kualitatif. Pengumpulan data penelitian dilakukan melalui, metode FGD, Observasi, wawancara mendalam dan dokumentasi dengan menggunakan teknik purposive sampling. Sementara itu, untuk menjamin validitas data, dilakukan dengan triangulasi data dan sumber. Hasil penelitian mengungkapkan terdapat hubungan antara pemahaman terhadap hoaks dengan penolakan terhadap hoaks. Hal ini menunjukkan bahwa hoaks sebagai berita bohong yang terdesain menjadi ancaman bagi kehidupan sosial. Penelitian menyimpulkan agar masyarakat khususnya remaja muslim memeriksa kembali kebenaran sebuah berita dengan “Tabayyun. Selain itu juga meningkatkan literasi digital agar dapat pintar dan kritis dalam bermedia.