Latar belakang: Lebih dari 40% ibu hamil yang mengalami anemia menjadi penyebab dari Berat Bayi Lahir Rendah (BBLR) dan memberikan kontribusi hingga 60-80% terhadap kematian neonatal. Menurut Riskesdas (2018) prevalensi anemia pada ibu hamil di Indonesia sebesar 48,9% dan prevalensi di provinsi lampung mencapai 11,67%. Anemia pada ibu hamil disebabkan oleh kekurangan zat besi yang dipicu oleh asupan gizi yang kurang. Yang berdampak pada pertumbuhan dan perkembangan janin. Upaya pencegahan dan penanganan anemia pada ibu hamil dapat di lakukan dengan cara pemeriksaan kehamilan rutin (ANC), konsumsi tablet zat besi, dan pemantauan kadar hemoglobin secara teratur selama kehamilan dan diharapkan dapat meminimalkan dampak anemia pada ibu hamil serta mengurangi risiko BBLR.
Tujuan: Menganalisis hasil penelitian selama Lima tahun terakhir terkait hubungan anemia dengan kejadian bayi berat badan lahir rendah (BBLR).
Metode: Metode yang di gunakan dalam penelitian ini adalah metode literature review dimana peneliti mengkaji secara kritis ide-ide yang terkandung di dalam beberapa penelitian. Metode penelusuran di lakukan menggunakan analisis PICO. Pencarian artikel ini di lakukan pada sejumlah database ilmiah seperti ScienceDirect, PubMed, dan Google Scholar pada tahun 2018-2023.
Hasil: Dari hasil analisis 10 artikel dengan 7 jurnal internasional dan 3 jurnal nasional, terdapat hubungan antara anemia pada ibu hamil dengan kejadian bayi berat badan lahir rendah (BBLR) dan 1 jurnal mengatakan tidak terdapat hubungan antara anemia pada ibu hamil dengan kejadian bayi berat badan lahir rendah (BBLR), dan Sebanyak 9 artikel memiliki nilai p-value <0,05 dan satu artikel memiliki nilai p-value >0,05.
Kesimpulan: Anemia pada ibu hamil berpengaruh terhadap kejadian BBLR, Semakin rendah kadar hemoglobin pada ibu hamil maka semakin tinggi resiko melahirkan bayi dengan berat badan lahir rendah