Defining information systems as work systems: implications for the IS field

Alter, Steven

doi:10.1057/ejis.2008.37

Cited by 262 publications

(217 citation statements)

References 34 publications

Supporting

Mentioning

192

Contrasting

Unclassified

Order By: Relevance

“…IS failure research in particular has focused on a project management, neglecting the various facets of implementing change. To redress an overly technical bias, Markus (2004) introduced the concept of "technochange", and Alter (2008Alter ( , 2013 proposed his concept of the "work system". We concur with these authors that IS development should be theorized in future research within a broader view of the dynamics of organizational change in a complex business environment.…”

Section: Discussion and Recommendations For Future Researchmentioning

confidence: 99%

Research on information systems failures and successes: Status update and future directions

et al. 2014

View full text Add to dashboard Cite

Section: Discussion and Recommendations For Future Researchmentioning

confidence: 99%

Research on information systems failures and successes: Status update and future directions

et al. 2014

View full text Add to dashboard Cite

“…Nonetheless Avison and Elliot (2006) argue that organizational context is key and that people will be involved as much as computers, and that not all parts of the information system will be automated. Alter (2008) defines IS as a special case of work system, a definition that covers totally manual, partially automated and totally automated ISs. Through this he differentiates IS from IT.…”

Section: Implications To Information Systemsmentioning

confidence: 99%

Working with tacit knowledge: An empirical investigation in glass blowing tradition in Sweden

Kurti¹

2012

PsycEXTRA Dataset

View full text Add to dashboard Cite

Tacit knowledge is argued to be a crucial resource to organizations' competitive advantage. The majority of research on tacit knowledge is oriented towards the conversion of tacit knowledge into explicit knowledge, thus assuming that all knowledge can be made explicit and captured in formal ways. These approaches overlook the intangible nature of tacit knowledge by overestimating that explicit knowledge. This study takes a human centered approach with the aim to examine the factors that are necessary for an environment that works with tacit knowledge. A theoretical framework derived from the literature review and served as guidance for the data collection and analysis. Hermeneutics is the underlying philosophy that guides this study. The study is qualitative study conducted in the glass blowing in Sweden, respectively in two sites Pukeberg and Transjö Hytta. Participants of the study were masters and apprentices from these two settings. Data collection methods included literature studies, documents, participant observation, informal interviews and semi-structured interviews.Results from the analysis show the significance of several social factors that need to be present in an environment that involves tacit knowledge. These factors appeared to be related to each other. Data analysis indicated that not all factors are equally important, thus they have been classified into primary and secondary factors. III Executive summaryIn the knowledge-driven society, tacit knowledge is argued to have become the primary resource for sustainable competitive advantage for organizations. The intangible nature that characterizes tacit knowledge is argued to provide organizations with unique market positions. Despite its importance, tacit knowledge has often been an ambiguous notion and often attributed as the opposite of the explicit knowledge. The majority of approaches focus towards the codification of tacit knowledge and ways of storing it into different Information Technology systems. These approaches treat knowledge as an object that can be detached from the humans, stored, transferred and shared.This study has taken a human centred approach aiming to identify the necessary factors that enable effective working with tacit knowledge. The study is conducted in the glass blowing tradition in Sweden, respectively in two glass blowing facilities. The rationale on focusing the study in this tradition relies on the fact that this tradition has preserved the traditional master/apprentice relation. Data is collected from both settings through literature studies, documents, participant observations, informal interviews and semi-structured interviews.Results from the data analysis show the significance of several social factors that need to be present in an environment that involves tacit knowledge. These factors appeared to be related to each other, some contributing to the others. Data analysis indicated that not all factors are equally important. Thus they have been classified into primary and secondary factors. Data collect...

show abstract

“…Lyytinen & Newan mendefinisikan sistem informasi sebagai sistem organisatoris yang meliputi hal teknis, organisasi, komunikasi yang ditata ulang dan diperluas dalam pengembangan sistem informasi untuk memenuhi tujuan organisasi [6]. Tren pemanfaatan SIM telah banyak diadopsi oleh badan usaha dengan istilah Enterprise Resource Planning (ERP).…”

Section: B Management Information Systemunclassified

Sistem Informasi Manajemen Limbah Untuk Simbiosis Usaha Tani dan Ternak

Dwiputri¹,

Albarda²

2017

JEPIN

View full text Add to dashboard Cite

Abstrak-Perkembangan sektor agrobisnis pada era ini membutuhkan berbagai pertimbangan yang dapat menjamin tingkat keberlanjutan usaha. Zero waste merupakan salah satu kondisi yang dapat dicapai dengan pemanfaatan green technology untuk menghasilkan lingkungan operasi agrobisnis yang mendukung. Sebuah konsep integrasi tanaman-ternak yang diperkenalkan oleh FAO menjadi salah satu hal yang dapat diterapkan untuk membantu mengurangi pembuangan limbah dan biaya operasional usaha. Pada paper ini dilakukan perancangan sebuah sistem informasi yang dapat diterapkan pada sebuah organisasi kelompok agrobisnis skala rumah tangga untuk mendukung aplikasi konsep integrasi tanaman-ternak dengan mengolah limbah secara kolektif. Sistem informasi yang dibangun diharapkan dapat membantu pengawasan proses pengumpulan limbah kolektif serta membantu perhitungan distribusi. Pengujian rancangan dilakukan dengan membangun simulasi implementasi sistem untuk membuktikan fungsionalitas sistem.Kata kunci-Zero waste, Integrasi tanaman-ternak, Sistem Informasi, Simulasi I. PENDAHULUAN Sektor agrobisnis di Indonesia merupakan salah satu sektor terbesar yang mengikat lebih dari 40% tenaga kerja di Indonesia. Namun, sektor ini dapat dikatakan tidak mengalami perkembangan yang signifikan baik dari tingkat pendapatan. Semakin sedikit rumah tangga yang meneruskan mata pencaharian pada bidang agrobisnis dikarenakan rendahnya tingkat keberlanjutan usaha pada sektor ini. Sebuah konsep yang diperkenalkan oleh FAO bertujuan untuk meningkatkan keuntungan dan tingkat produk usaha pertanian dan peternakan, sementara menekan dampak negatif pada lingkungan [1]. Konsep ini dikenal dengan nama integrated crop-livestock atau integrasi tanaman-ternak. Implementasi konsep ini pada sebuah sistem digambarkan dengan aktivitas usaha yang dicirikan dengan keterkaitan erat komponen tanaman dan ternak dalam suatu usaha atau suatu wilayah sebagai faktor pemicu pertumbuhan pendapatan masyarakat [2]. Keterkaitan yang dimaksud adalah pemanfaatan produk limbah sebagai sumber daya untuk produksi komoditas lainnya.Penerapan sistem integrasi tanaman-ternak sendiri pada praktiknya sudah diketahui oleh rumah tangga usaha. Namun, praktik tersebut didasari atas kebutuhan individual dan tidak dilakukan secara sistematis. Sementara, potensi implementasi sistem pada tingkat wilayah tidak dapat diabaikan. Untuk dapat mengangkat implementasi sistem pada tingkat wilayah, dibutuhkan sebuah pihak yang akan bertanggung jawab untuk melakukan pengelolaan limbah kolektif. Organisasi kelompok rumah tangga usaha merupakan lembaga yang diakui pemerintah sebagai salah satu lembaga masyarakat dan salah satu kelembagaan yang menjadi obyek revitalisasi pemerintah adalah gabungan kelompok tani (Gapoktan) [3]. Organisasi ini sendiri tidak memiliki fungsi yang spesifik dan disesuaikan dengan kebutuhan dari anggotanya.Salah satu organisasi yang memiliki fungsi serupa adalah organisasi food hubs yang berkembang di Amerika. Organisasi ini didefinisikan sebagai organisasi yang mengelola agregasi, distribusi...

show abstract

Defining information systems as work systems: implications for the IS field

Cited by 262 publications

References 34 publications

Research on information systems failures and successes: Status update and future directions

Research on information systems failures and successes: Status update and future directions

Working with tacit knowledge: An empirical investigation in glass blowing tradition in Sweden

Sistem Informasi Manajemen Limbah Untuk Simbiosis Usaha Tani dan Ternak

Contact Info

Product

Resources

About