Salah satu kelemahan utama vaksinasi pada avian influenza adalah bahwa vaksinasi tersebut tidak dapat memberikan perlindungan terhadap infeksi. Bila peternakan yang menerapkan vaksinasi terpapar virus dalam jumlah besar, infeksi subklinis dapat menyebar dalam peternakan tersebut dalam waktu yang lama tanpa diketahui. Kondisi tersebut hanya dapat dimonitor dengan alat tes DIVA (differentiation of infected from vaccinated animals), alat uji konvensional tidak dapat digunakan. Tes DIVA berdasarkan antibodi yang terbentuk akibat stimulasi virus bereplikasi merupakan tes DIVA yang paling sesuai. Untuk influenza H5N1 antibodi yang dimaksud antara lain antibodi terhadap M2e, protein NS1 dan peptida HA2 (HA_488-516). Tujuan penelitian ini adalah membandingkan level antibodi terhadap peptida M2e, NS1 dan HA2 pada ayam normal, vaksinasi dan infeksi (1, 2-3, ≥4 minggu pasca infeksi). Level antibodi diukur dengan ELISA menggunakan sintetik peptida sebagai antigen koting. Peptida yang digunakan antara lain: 4 buah peptida NS1 yang didasarkan pada berbagai lokasi pada protein NS1, peptida M2e dan HA2. Semua peptida dibiotinilasi pada ujung N nya. Koting peptida pada microtitre plate dilakukan secara langsung atau melalui jembatan streptavidin. Penelitian ini menunjukkan bahwa vaksinasi tidak merangsang pembentukan antibodi terhadap semua peptida. Ayam yang terinfeksi membentuk antibodi dengan level yang tinggi terhadap peptida M2e, tetapi sangat rendah terhadap peptida NS1 dan HA2. Antibodi terhadap peptida NS1 dan HA2 hanya dapat dideteksi dengan ELISA streptavidin-peptida. ELISA berbasis NS1 atau HA2 tidak dapat diandalkan sebagai tes DIVA untuk penyakit AI H5N1 pada ayam.