Proses pengeringan biji sorgum secara konvensional menggunakan sinar matahari memiliki beberapa kendala, seperti ketergantungan terhadap kondisi cuaca, lahan yang luas, dan kemungkinan pencemaran bahan. Sehingga penting untuk dimodifikasi dengan menggunakan teknologi pengeringan yang tepat. Inovasi dari penelitian ini adalah pengembangan pengering tipe rak dengan sumber energi dari kombinasi sinar matahari dan biomassa. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis perubahan suhu, kadar air dan menentukan konstanta laju pengeringan. Tray dryer dilengkapi dengan lubang pemanas yang berfungsi untuk memasak sari buah sorgum. Dalam penelitian ini digunakan tiga variasi debit udara, yaitu 0,124m3/s, 0,158 m3/s, dan 0,192m3/s. Proses pengeringan ini dilakukan selama 6 jam dengan kapasitas bahan 30 kg. Kayu yang digunakan dalam proses ini adalah kayu melinjo (Gnetum gnemon Linn.). Hasil analisis data menunjukkan bahwa semakin besar debit/aliran udara, menyebabkan suhu udara dan suhu bahan menjadi lebih rendah. Kadar air sorgum yang dapat dikeringkan dari kadar air awal (wb) 16,04% sampai 7,89%. Sedangkan di kondisi lingkungan/kontrol kadar air awal 16,85% sampai mencapai 7,86%. Kedua proses ini tidak memiliki perbedaan signifikan. Dalam proses pengeringan biji sorgum ini terdapat dua periode, yaitu laju pengeringan konstan dan laju pengeringan menurun. Nilai laju pengeringan konstan berturut-turut adalah 0,00037%/menit, 0,00046%/menit, dan 0,00038%/menit. Sedangkan periode laju pengeringan menurun adalah 0,01348%/menit; 0,01541%/menit, dan 0,01557%/menit. Metode pengeringan hybrid yang dikembangkan mempunyai kelebihan dapat mengeringkan bahan dengan stabil dan menggunakan sumber panas yang tersedia secara berkelanjutan. Penelitian ini dapat bermanfaat sebagai referensi alternatif teknologi pengeringan biji sorgum.