Otitis media akut (OMA) adalah infeksi pada telinga tengah yang disebabkan oleh virus atau
bakteri. OMA memiliki lima stadium, yaitu stadium oklusi, stadium hiperemis, stadium
supuratif, stadium perforasi, dan stadium resolusi. Penurunan pendengaran adalah salah satu
gejala klinis dari OMA. Tujuan penelitian ini untuk mencari apakah ada hubungan antara
stadium OMA dengan derajat gangguan dengar dan bagaimana hubungan antara kedua
variabel tersebut. Metode: Desain penelitian ini menggunakan metode cross sectional yang
melibatkan rekam medis untuk menyeleksi kriteria eksklusi, setelah itu pasien yang sudah
sesuai dengan kriteria inklusi akan dilakukan pemeriksaan audiometri nada murni. Hasil
analisis hubungan antara stadium OMA dengan derajat gangguan dengar menggunakan uji
Chi Square Pearson dengan nilai p= 0,001. Hasil analisis hubungan setiap stadium OMA
dengan derajat gangguan dengar, memiliki nilai nilai p berbeda-beda. Stadium oklusi
memiliki nilai p= 0,000, stadium hipermis memiliki nilai p= 0,000, stadium supuratif
memiliki nilai p= 0,007, stadium perforasi memiliki nilai p= 0,000, dan stadium resolusi
memiliki nilai p= 0,000. Dapat disimpulkan bahwa hubungan semua stadium OMA dengan
derajat gangguan pendengaran di klinik Telinga Hidung Tenggorokan (THT) RS Dustira
adalah signifikan karena nilai p< 0,05. Hubungan yang terjadi antara stadium OMA dengan
derajat gangguan dengar disebabkan oleh gangguan hantar gelombang suara. Kesimpulan
penelitian ini adalah gangguan hantaran gelombang suara ini dipengaruhi oleh beberapa
komponen yang terganggu proses fisiologisnya. Komponen tersebut yaitu membran timpani,
tekanan di telinga tengah, dan tulang-tulang di telinga tengah.