Abstrak: Dalam keadaan gawat darurat, penanganan korban kecelakaan dalam satu jam pertama merupakan waktu yang sangat penting untuk menghindari kondisi buruk bahkan kematian. Salah satu pelayanan prehospital adalah transportasi ambulans yang sudah tersedia baik dibawah kewenangan dinas kesehatan setempat, maupun unit masyarakat yang memiliki ambulans mandiri. Meskipun demikian, pelayanan ambulans mandiri kurang dilengkapi pengetahuan dan keterampilan mengenai penanganan pre hospital dan cara rujuk yang memadai. Tujuan kegiatan pelatihan prehospital dan Basic Life Support (BLS) bertujuan untuk memperluas pengetahuan dan keterampilan tim Ambulans mandiri di Yogyakarta sehingga dapat meningkatkan angka hidup pasien/korban yang dirujuk ke rumah sakit. Pelatihan ini dilakukan dengan pemaparan materi dan praktik menggunakan manekin agar peserta yang berjumlah 30 orang mampu melakukan penanganan Prehospital dan BLS dengan benar. Selanjutnya kegiatan evaluasi dilakukan dengan membagikan kuesioner yang terdiri dari 15 pertanyaan pilihan ganda pada saat sebelum kegiatan pelatihan dan sesudah dilakukannya pelatihan. Hasil evaluasi peserta pelatihan menunjukkan bahwa terdapat peningkatan sebesar 1.07 pada keterampilan dan pengetahuan peserta pelatihan dalam melakukan penanganan Prehospital dan BLS pada pasien gawat darurat. Sehingga harapannya kegiatan serupa dapat dilakukan oleh lebih banyak organisasi/institusi agar dapat bermanfaat bagi masyarakat luas. Abstract: Handling accident patients within the first hour of an emergency is crucial to avoid destructive conditions and even death. One of the prehospital services is an ambulance which is already available under the authority of the local health office, as well as community units that have independent ambulances. Independent ambulance services must gain knowledge and skills regarding prehospital handling and adequate referral methods. The prehospital and Basic Life Support (BLS) training activities aimed to increase the knowledge and skills of the independent Ambulance team in Yogyakarta to increase the survival rate of patients/victims referred to hospitals. This training was carried out by presenting material and practicing using mannequins so that the 30 participants were able to carry out prehospital and BLS treatment properly. Furthermore, evaluation activities were carried out by distributing questionnaires consisting of 15 multiple choice questions at the time before the training activities and after the training is carried out. The evaluation results of the training participants showed an increase of 1.07 in the skills and knowledge of the training participants in carrying out prehospital and BLS treatment in emergency patients. So it is expected that similar training activities can be carried out by more organizations/institutions so that they can benefit the wider community